Dalam perjalanan pulang Olivia menatap wajah putranya yang tegang. Sesuatu pasti terjadi antara dia dan Kevin tadi, pikir Olivia.
"Apa ada yang menganggumu nak?" Tanya Olivia sambil memegang tangan Arya.
"Tidak bu." Jawabnya singkat sambil tersenyum tipis.
"Kau bohong. Ibu mengenal dirimu. Ibu tahu kau sedang menyembunyikan sesuatu kan?" Tanya Olivia lagi. Arya menghela nafas panjang, lalu menatap Ibunya. "Ibu benar. Aku tidak bisa menyembunyikannya lagi." Jawab Arya.
"Ada apa? Apa yang Kevin minta sehingga dia mau melepaskan Ibu?" Jantung Olivia berdetak kencang. Entahlah tapi sesuatu mengganjal di dadanya sebelum putranya itu menjawab.
"Saat aku dan Kevin saling menyerang beberapa waktu lalu, Kevin meminta bayi dalam kandungan Amanda sebagai ganti nyawa Jonathan Bu. Saat itu aku tak mengatakan apapun, tapi tadi aku mengiyakan perjanjian itu. Aku berjanji memberikan anakku padanya sebagai ganti nyawa Jonathan." Ujar Arya dengan berat. Kata-katanya penuh dengan kesedihan.
"APA?? KENAPA KAU MELAKUKANNYA?" Teriak Olivia. Matanya memerah dan siap membendung air matanya. Ikbal yang sedang menyetir langsung menginjak rem. "Kau tak boleh melakukannya Bos!!" Ujar Ikbal.
"Maaf Bu, aku tak ada pilihan lain. Tapi itu hanya bagian dari rencanaku. Aku tak mungkin memberikan anakku pada bajingan itu." Kata Arya. "Ibu percaya padaku, aku tak akan mengorbankan cucu Ibu." Olivia mengangguk. "Ibu tak akan pernah memaafkanmu jika kau benar-benar melakukannya Arya. Ibu tak sanggup menjelaskannya pada Amanda nanti." Arya mengangguk.
*****
Hari-hari Amanda penuh dengan keceriaan. Seperti biasa gadis itu berkuliah namun harus menyamar untuk menyembunyikan identitasnya saat di luar dari anak buah Kevin.
Setiap hari Arya dan Olivia bergantian menjaganya di rumah itu. Jenis kelamin anaknya pun sudah diketahuinya saat USG kemarin. Perempuan.
"Dia pasti cantik sepertimu." Ujar Arya saat mereka keluar dari Rumah Sakit. "Pasti dia cerdas juga sepertimu." Timpal Amanda. Keduanya tersenyum bahagia.
*****
Kehamilan Amanda sudah memasuki bulan ke-sembilan. Nafasnya sudah terengah-engah saat berjalan jauh. Mentor Yoga yang datang setiap seminggu dua kali memberikan pelatihan padanya.
"Kau sudah bagus dalam mengatur nafas, Amanda. Semoga nanti persalinanmu lancar."
"Terimakasih Nessie." Jawab Amanda.
"Baiklah aku pamit. Jangan lupa latihan mengepel jongkok yaa agar memudahkan kau melahirkan." Pesan Nessie pada Amanda. "Baiklah.." Seru amanda sembari mengantarkan Nessie keluar.
Dari kejauhan sepasang mata menatap Amanda dari jauh. Pria itu memotret Amanda beberapa kali, lalu pergi.
*****
Amanda sedang berjalan-jalan di halaman rumahnya. Erlin berjaga tak jauh dari Amanda berdiri, beberapa langkah saja darinya.
"Paket.." Seru seseorang di luar. Erlin bergegas membuka gerbang besi itu. "Mbak Amanda ya?" Tanya kurir tersebut. Erlin tak menjawab hanya menerima paketnya.
"Dari siapa?" Tanya Erlin.
"Ada disitu mbak namanya." Ujar kurir itu.
"Ok. Pergilah." Perintah Erlin. "Sebentar, anda mbak amanda bukan? Saya perlu memotret mbak?" Kata kurirnya.
Amanda mendekat, "paket dari siapa Lin?" Tanyanya. "Dari onlineshop Amanda." Jawab Erlin. "Ooh jadi ini yang namanya mbak Amanda?" Tanya kurir itu. Erlin semakin curiga karena sikap kurir itu yang terus menanyakan Amanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...