Bhuuuggg
Arya terjatuh dan terkejut melihat seseorang memukulnya. Wajahnya menegang dan siap menghujam pria di hadapannya.
"Kenapa kau menyerangku bangsaaaatt..." Teriak Arya dengan geram. Pria yang menyerangnya tak berkata apapun. Dia hanya menatap tajam ke arahnya dan mengeluarkan pisau dari saku celananya.
Tanpa basa-basi keduanya terlibat perkelahian. Tanpa banyak waktu Arya menghabisi pria di hadapannya. "Angkat tanganmu.." teriak polisi yang tiba-tiba sudah berada disana dan mengepung Arya. Pria itu tenang dan sama sekali tak panik. Dia melakukan apa yang diperintahkan. Mengangkat tangan lalu masuk ke dalam polisi seperti arahan dari mereka.
Pria yang diserang Arya itu bangun saat merasa keadaan aman dan mendengar mobil polisi pergi. "Hasshh pekerjaan macam apa ini? Disini aku yang terluka tapi tak ada siapapun yang menolongku. Jika tidak karena Bos, aku ogah merebahkan diri di jalanan seperti ini." Ucapnya sambil menarik kantong darah dari dalam bajunya yang ditempelkan di perutnya yang membuat seperti dia tertusuk beneran. Pria itu mengeluarkan ponselnya. "Haloo kak ikbal.. Bos sudah dibawa polisi sesuai rencana. Ok baik kak saya kembali ke markas." Jawabnya lalu menutup telepon.
*****
"Apa?? Kantor polisi?" Teriak amanda di ujung telepon. "Amanda maafkan kami, ini semua adalah ide bodoh temanku itu. Tapi kau jangan takut, Arya akan segera keluar setelah semua beres." Ujar Willy dengan yakin.
"Kenapa semalam dia tidak mengatakan apapun padaku will? Jujur aja sekarang aku khawatir." Ungkap Amanda cemas. "Tenanglah. Jika Arya bisa menemukan Carlos, ini akan mudah untuk kita. Kau doakan saja suamimu. Aku akan kabari kau nanti ya Man. Bye." Willy menutup sambungan teleponnya. Wanita itu gelisah, bagaimana jika misi ini gagal? Tanyanya pada diri sendiri. Ada ada aja kamu sayang, batin Amanda.
Sementara di kantor polisi Arya berjalan memasuki sel setelah melewati beberapa prosedur. "Apa kau sudah mengaturnya?" Bisik Arya pada sipir penjara yang adalah anak buahnya. "Sudah Bos. Sesuai yang anda mau. Bos, jika terjadi apa-apa kabari aku." Bisiknya lagi. "Kau jangan khawatir." Jawab Arya. Dari jauh sepasang mata melihat dengan wajah geram karena mengenal Arya. Pria itu mengepalkan tangannya. "Akhirnya kau kirim sendiri nyawamu kemari. Arya Sandya." Batinnya sembari berdiri menatap Arya dengan pandangan yang tajam.
Arya memasuki sel yang dihuni hanya dua orang narapidana. "Hey kau, keluar. Aku akan memindahkanmu ke sel lain." Ujar sipir anak buah Arya kepada salah satu dari mereka. Arya tersenyum sesaat, lalu duduk di ranjang seberang pria yang tengah berdiri memandangnya sedari tadi. "Jadi kau sudah menungguku ya?" Tanya Arya tenang. Pria itu membulatkan matanya, apa dia sudah mengenaliku? Batinnya. "Tidak susah untuk mengenalimu meskipun kau bersembunyi di ujung dunia sekalipun, Carlos." Jawab arya dengan penuh penekanan.
"Akhirnya kita bertemu juga." Ujar Carlos mencoba untuk tenang meskipun dia gusar karena semua tidak sesuai rencananya. "Kenapa kau mengganggu adikku?" Tanya Arya tanpa basa-basi. Carlos menatap sejenak, lalu tertawa. "Aku hanya bermain-main dengan anak dari wanita yang dicintai Kevin. Kenapa? Apa kau keberatan?" Tanyanya dengan menantang. Arya menahan kemarahannya. "Apa yang kau mau dariku?" Tanya Arya kemudian.
"Kau, Ibumu, Adikmu, Istrimu dan juga anak-anakmu mati. Itu yang kumau." Jawabnya dengan nada meninggi. Arya tak bisa menahan kemarahannya. Pria itu bangkit dan mulai menghajar Carlos. "Kauuu sedikiiit saja kau sentuh mereka, kau akan tamaat.." ujar Arya pada Carlos.
Pria itu tersenyum dengan sinis. "Kau tunggu saja apa yang akan aku lakukan pada istri dan adik kesayanganmu itu." Jawabnya lalu tertawa.
"BANGSAAAAATTTT......" Arya berteriak dan membabi buta memukuli Carlos.
*****
"Kak, kita jadi ke tempat gym kan?" Tanya Naya sembari duduk di dekat Amanda yang tengah melamun. "Kaaakk.." panggilnya lagi. "Aah iyaa jadi. Nay, aku kepikiran dengan Arya." Kata Amanda. Naya mengerutkan keningnya, "Bukankah kakak sedang dalam perjalanan pulang? Kenapa kakak khawatir? Apa terjadi sesuatu dengan kakak?" Tanya Naya mulai cemas.
"Apa? Benarkah? Arya tidak mengabariku." Ujar Amanda setengah gila. Wanita itu senang mendengar apa yang dikatakan oleh adik iparnya itu. Namun, dia masih bingung apa yang sebenarnya disembunyikan oleh suaminya. "Kak, Ikbal bilang kakak sekarang di kantor. Kakak sudah bebas. Tenanglah kak." Ujar Naya meyakinkan Amanda. Wanita itu mengangguk lalu berdiri membawa tas yang sudah disiapkan oleh adiknya itu.
Sesampai di tempat gym Amanda tak menemukan pelatih yang biasanya melatihnya. "Kemana si Doni." Gumamnya pada diri sendiri. "Kak, mana pelatihnya?" Tanya Naya yang mengikuti arah pandangan kakaknya.
"Gak tau. Bentar ya Nay, kakak telpon dulu orangnya." Naya mengangguk. Tiba-tiba ada seorang pria menghampiri keduanya. "Selamat sore, Amanda dan Naya ya? Saya Jafy pengganti Doni. Beliau sedang ada urusan mendadak jadi saya yang menggantikan." Ujarnya. Amanda menoleh dengan masih menelpon Doni.
"Ooh okaay gapapa." Jawab amanda dengan cepat lalu memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.
*****
Willy sedang menyeruput kopinya. Arya duduk di hadapannya dan menyilangkan tangannya. "Kau tidak habisi dia?" Tanya Willy dengan memandang wajah sahabatnya itu.
"Tidak, dia masih belum bicara maunya apa. Kita harus menahannya dulu." Jawab Arya.
"Apa yang dikatakannya?"
"Dia ingin bertemu Amanda."
"APAAAAA KENAPA AMANDA??" Tanya Willy sedikit terkejut dan emosi. "Karena dia tahu yang membunuh Kevin adalah istriku." Jawab Arya cepat dengan matanya yang menatap tajam ke arah lain.
"Lalu kenapa dia menyerang Naya?"
"Itu hanya peringatan untukku. Tak ada yang lain. Hanya alibinya saja kurasa."
"Apa rencanamu?" Tanya Willy lagi dengan membenarkan duduknya.
"Kau ini kenapa jadi kayak wartawan sih. Tanyaaaa terus. Diamlah aku sedang berpikir." Bentak arya. Willy tersentak. "Heeyy heeyy santai dong boossss.. kaget nih gueeee.." ujarnya lagi lalu mendengus sebal.
*****
Amanda sedang menggunakan alat treadmill. Sementara Naya sedang menggunakan lat pull down. Jafy diam-diam mengamati keduanya. Lalu mendekat membenarkan gerakan Naya. Pria itu semakin mencurigakan, Amanda menatap gerakannya dari kaca di hadapannya.
Diam-diam pria itu memasukkan bubuk putih ke dalam minuman Amanda. Wanita itu terus mengamati. Lalu mengetik pesan pada adik iparnya. Naya menoleh kakaknya sesaat. Amanda hanya memberikan kode dengan matanya.
"Nona Amanda, sepertinya anda haus. Silahkan diminum dulu." Ujarnya sembari memberikan minuman milik Amanda. "Thanks." Jawabnya. Naya berhenti lalu berjalan menuju kakaknya. "Kak, aku hausss.... aku minta punya kakak yaa.." ujarnya lalu meraih minuman dari tangan Amanda dan meneguknya. "Hmm segeeerr..." gumamnya. Jafy bingung karena rencananya gagal. Amanda tak ingin membuat Jafy curiga, dia juga meneguk minuman itu kemudian.
Kepala keduanya terasa pusing dan tak sadarkan diri tiba-tiba. Jafy merogoh ponselnya. "Kak, target kita sudah pingsan. Aku tidak membawa satu tapi dua." Lapornya.
"Maksudmu?"
"Adik amanda juga pingsan." Jawabnya.
"Baguss.. cepat bawa keduanya kemari." Perintahnya. Jafy yang memang sudah membawa teman, segera mengangkat tubuh Amanda dan Naya masuk ke dalam mobil. Dia melajukannya ke rumah yang berada di tengah hutan.
*****
"Bos, mereka sudah berani menculik Nona dan Nona Naya." Ujar Ikbal yang geram. Arya mengangguk. "Mereka belum tahu siapa Amanda. Kau tenanglah. Kau tau bagaimana dia kan? Sekarang kita ke tempat yang sudah Amanda kirimkan padaku sebelum dia pingsan." Perintah arya. Ikbal mengangguk. Elang dan willy yang berada disana ikut pergi bersama Arya.
"Amanda... kau sudah berubah menjadi separuh dari diriku sayaang.. aku semakin mencintaimu." Gumam Arya sembari tersenyum menatap layar ponsel yang menampilkan lokasi dimana istrinya itu berada.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
General FictionGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...