Arya datang lagi ke markas dan melihat Cindy terikat dengan mata tertutup. "Buka penutup matanya." Perintah arya pada anak buahnya. Wanita seumuran Olivia itu terkejut saat melihat Arya berdiri di hadapannya dengan tersenyum kecil.
Pandangan mata Cindy menebar ke segala arah. Wanita itu menjerit syock saat melihat anak semata wayangnya sudah seperti orang gila di pinggir-pinggir jalan. "Ameelll..." teriaknya, gadis itu pingsan akibat siksaan beruntun Ikbal dan rekannya. Teriakan Cindy membangunkan Bimo yang sedari tadi pingsan. Tak lepas dari pandangan Cindy, Bimo mengulurkan tangan padanya seperti isyarat meminta tolong.
"Kenapa bisa begini Bim? Jangan pegang saya.." teriak cindy yang jijik melihat tangan Bimo penuh dengan darah dan kukunya menghilang. Arya tertawa, "Apa kau jijik?" Cindy hanya menoleh sekilas pada pria itu. "Kau bisa melihat tangan anakmu jika kau mau." Jawab Arya datar.
Cindy meraih tangan Amel yang tergolek lemas tak berdaya itu. "Aaarrgghhh.. tidaakk Amel bangun sayang.." serunya makin syock melihat tangan anaknya yang biasanya halus dengan kuku-kuku panjangnya yang cantik akan kutek-kutek.
"Kalian akan aku laporkan pada polisi!! Bajingaan kalian semua. Tega berbuat seperti ini pada putriku!!" Teriak Cindy geram. Arya semakin emosi mendengar teriakan Cindy, pria itu membanting kursi yang semula diduduki oleh Cindy ke hadapannya hingga hancur. Gambaran masalalu saat Cindy mengejek dan merendahkannya kembali teringat. "Heyy ini belum seberapa dengan yang sudah kau lakukan pada istri dan anakku. Untung saja mereka berdua selamat, jika salah satu dari mereka hilang maka nyawa putrimulah sebagai gantinya." Ujar Arya sembari membuang putung rokok tepat di punggung tangan Cindy lalu menginjaknya. Membuat wanita itu kesakitan.
Tentu saja Cindy berteriak akan tindakan Arya itu. "Kenapa kau melakukan ini padaku?" Tanya Cindy penuh ketakutan. "Aku hanya melakukan apa yang sudah kau lakuka padaku dulu, menginjak-injak harga diriku." Ujar Arya penuh penekanan. Mata tajamnya menatap Cindy dengan penuh emosi.
"Aku sudah benar membuat keputusan. Kau memang tak pantas dengan putriku." Cindy membentak Arya kembali. "
"Akulah yang bersyukur tidak menikah dengan wanita yang hati dan pikirannya kotor seperti anakmu. Kaulah yang membuat hubunganku dan amel berkahir. Kenapa sekarang kau mendukungnya untuk kembali padaku? Apa maksudmu?" Tanya arya. Cindy terdiam. Wanita itu tak punyai jawaban apapun.
"Lepaskan kami Arya, jika tidak aku akan melaporkan kalian semua ke polisi!!" Ancam Cindy. "Silahkan saja. Aku tidak takut, aku akan memberikan bukti yang lebih memberatkan kau dan putrimu. Kita lihat saja siapa yang akan membusuk di penjara." Ujar Arya santai. Cindy kembali terdiam, wanita itu tak menduga jika Arya Sandya adalah orang yang sangat kejam dan tak berperasaan seperti ini. "Mel.. bangunn Nak.." ujarnya sambil terisak. Gadis itu masih setia dengan memejamkan matanya. Arya tersenyum kecil melihatnya.
"Kejaaam kau Arya.. jahaaatt.."
"Bal, berikan wanita ini kaca untuk bercermin ." Perintah Arya sambil tertawa dan diikuti oleh seluruh anak buahnya tertawa bersamaan. "Dengar, aku akan membuatmu mengingat ini sampai akhir hidupmu. Bahkan mendengar namaku saja akan membuatmu takut." Ucap Arya sambil berjalan meninggalkan markasnya.
"Bal, beri dia pelajaran. Agar dia tau bagaimana cara menghargai nyawa seseorang." Ucap Arya sebelum keluar dari pintu gerbang markasnya.
******
Tiga hari berlalu..
Amanda pulang ke rumah dengan dijemput oleh Arya dan Firly. Amaira sedang bersama Olivia di rumah lama mereka.
"Manda, setelah ini kamu harus jaga diri baik-baik ya. Kakak sudah menyuruh suster untuk menjagamu di rumah." Ujar Firly sambil mengemudikan mobilnya. Arya mengangguk sembari menatap istrinya.
"Hmm.. terimakasih Kak.." ujar Amanda pada Firly. "Tapi, aku punya satu permintaan." Sambung Amanda kemudian. "Apa sayang? Katakan.." tanya Arya sambil membelai lembut pipi istrinya. "Aku ingin bertemu dengan orang yang sudah mencelakaiku." Ujarnya. Membuat Arya dan Firly saling berpandangan dari kaca spion.
"Sayang, buat apasih? Mereka sudah berada di dalam penjara." Jawab Arya berbohong. "Iya Manda. Kamu fokus aja sama baby yaa.." Firly menimpali. "Aku bukan Amanda yang polos lagi seperti dulu sayang, kamu pikir aku nggak tau jika mereka masih kamu tawan di gudang rumah Ibu? Bekas markasmu itu." Jawab Amanda tenang.
Arya terdiam tak bisa berkata-kata. "Aku tau, kamu pasti akan membalas orang-orang yang sudah menyakitiku." Lanjut Amanda. "Sayang, aku tidak mau kau bertemu dengan mereka. Karena mereka..."
"Karena mereka sudah babak belur dihajar oleh anak buahmu? Atau mereka sudah mati dan mayatnya kamu buang ke laut?" Tanya Amanda penasaran. Ada perasaan takut jika benar yang dikatakannya itu terjadi. Arya menghela nafas panjang.
"Oke baiklah kau boleh menemui mereka." Ujar Arya. "Makasih sayang.." jawabnya. Hati amanda harap-harap cemas dan tak sabar melihat keadaan orang yang sudah tega mencelakainya. Semoga Arya tidak membunuh mereka, batinnya.
*****
Amanda berjalan di lorong yang gudang yang minim pencahayaan itu. Ini kedua kalinya aku kemari, batinnya. Gudang itu masih sama seperti awal Amanda kesana. Hanya saja barang haram itu sudah tak ada. Tinggal senjata-senjata api lengkap jenis apapun masih duduk manis ditempatnya.
Amandan terkejut melihat Amel, seorang perempuan dan laki-laki tak berdaya dalam penjara mini itu. Ketiganya terikat dan penuh dengan darah. "Ambilkan aku kursi." Perintah Amanda pada anak buah Arya. Melihat sikap istrinya yang tenang itu, jujur saja Arya menjadi takut sendiri. Mata Amanda menajam dan tersenyum kecil melihat Amel dan kedua orang disebelahnya.
"Amel... apa kau sudah bangun?" Tanya Amanda perlahan. Gadis itu merintih karena sakit yang dirasakan di sekujur tubuhnya. Cindy pun terbangun dan melihat jelas wanita cantik dihadapannya itu berbicara pada putrinya. "Ternyata kaulah yang sudah mencoba mencelakai aku dan anakku." Ujar Amanda. "Kau masih beruntung kami berdua baik-baik saja. Jika aku sampai kehilangan bayiku, tidak perlu menunggu Arya dan yang lainnya aku sendirilah yang akan mengirimmu ke neraka." Kata Amanda lagi membuat Arya, Firly dan Ikbal saling memandang satu sama lain.
"Bos, sepertinya Nona sangat marah pada Nona Amel." Bisik Ikbal pada Arya. "Aku jadi merinding Bal melihatnya begitu." Jawab Arya. "Saya juga Bos." Sahut ikbal yang kemudian keduanya diam karena Amanda menoleh ke belakang. Hahaha..
"Kau dan Arya adalah orang yang kejam. Kalian berdua sangat mengerikan." Jawab Amel dengan suaranya yang lemah itu. "Pantas saja kalian berjodoh." Timpal Cindy perlahan. Amanda berdiri dan mendorong jeruji besi di hadapannya. "TERSERAH KAU MAU MENGATAI AKU DAN SUAMIKU APA!! KAU BAHKAN TIDAK PANTAS DISEBUT MANUSIA. TIDAK ADA WANITA YANG TEGA MENCELAKAI WANITA LAIN YANG SEDANG HAMIL.!!!!" Jawab Amanda emosi. Amel memejamkan matanya karena takut Amanda berbuat sesuatu padanya.
"Sayang.. sayaang ssstt sudah yaa. Kau baru saja sembuh. Tak usah meladeni sampah-sampah ini. Biar mereka menjadi urusan anak buah kita. Sekarang kita pulang." Arya mencoba menenangkan istrinya. Amanda tak melepaskan pandangan tajamnya pada Amel. Wanita itu berjalan menjauh. "Kalian berdua adalah orang yang kejam. Jahaaat!!" Teriak Amel yang diacuhkan oleh sepasang suami istri itu.
Bersambung...
Selamat membaca 💚💜
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERNAL LOVE
Fiksi UmumGabriella Amanda seorang gadis biasa yang bekerja di sebuah Restoran. Hari-harinya begitu berat karena selalu mendapat perlakuan yang buruk dari pacarnya , Gerry. Hidup Amanda berubah menjadi lebih buruk sejak tragedi di hotel itu , Amanda terbangun...