BAGIAN 38

3.1K 317 72
                                    

Keesokan harinya, Melisa yang baru datang dari salon dikejutkan dengan empat orang yang tak dikenalnya.

"Siapa kalian?" Tanya Melisa dengan takut. Salah seorang dari mereka membekap Melisa dari belakang.

"Mmmpphh.." Melisa pingsan. Arya datang dengan tersenyum. "Bawa dia masuk ke mobil." Perintah Arya. Sementara di tempat lain Kamila sedang  mengadakan wawancara dengan para wartawan.

"Disini saya Kamila Putri ingin meminta maaf secara terbuka kepada Nona Gabriella Amanda yang merupakan sepupu saya. Sayalah yang membuat rumor di kampus beberapa hari yang lalu." Ujarnya. "Amanda aku minta maaf, mungkin terlambat tapi aku tulus meminta maaf padamu." Ucapnya lagi.

"Namun, terlepas permintaan maaf saya pada sepupu saya. Rumor yang beredar sebenarnya bukanlah berita yang saya buat-buat. Benar memang sepupu saya sebelum menikah dengan Arya Sandya adalah gadis panggilan. Itulah kenapa kami berdua tidak akrab dan kami tidak tinggal serumah. Kalian juga tahu kan latar belakang sepupu saya karena kemarin Tuan Arya sudah mengumumkan pernikahannya." Lanjutnya. "Sejak ayahnya meninggal, Amanda bekerja seperti itu. Saya dan Mama saya sudah mencoba memberikan bantuan dengan tinggal di rumah kami tapi Amanda menolak dan marah pada kami. Sejak itu pula kami loskontak dengannya dan baru bertemu beberapa waktu yang lalu. Cukup hanya itu yang saya sampaikan. Terimakasih." Lanjutnya lalu pergi darisana.

Ikbal dan Erlin yang melihat acara televisi saat itu di rumah sakit terlihat geram. "Beraninya dia kak!!" Kata Erlin geram. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya.

"Gadis itu licik dan berbahaya. Dia harus dienyahkan dari dunia ini." Timpal Ikbal di jawab anggukan oleh Erlin. Ikbal segera mengirim pesan kepada bosnya.

*****

Kamila masuk ke dalam rumahnya pada sore hari menjelang malam. Dia sedikit terkejut karena rumahnya tak ada penerangan sedikitpun. "Kemana Mama?" Tanyanya pada diri sendiri. Gadis itu masuk ke rumahnya dan menyalakan lampu.

"Maaahh... Mamah... Maaahh aku sudah melakukan rencanaku. Mama sudah liat belum?" Teriaknya menggema di seisi rumah. Gadis itu berlari masuk ke rumah hendak naik ke tangga. Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang laki-laki duduk di ruang tengah sambil menonton acara televisi yang menayangkan dirinya.

"Si-siapa kau?" Tanyanya agak takut dan perlahan mendekat.

"Aku. Arya Sandya." Jawab Arya beranjak dari duduknya. Wajahnya terlihat geram dan sorot matanya tajam. Kamila bergidik takut melihatnya. "A-Arya.." ujarnya lirih.

"Iya. Kenapa? Apa kau terkejut?" Tanya pria itu sambil berjalan maju ke arahnya. Kamila bersikap biasa menutupi ketakutan dan kegugupannya. "Hmm apa kau kemari karena sudah mencampakkan Amanda?" Tanya Kamila santai.

Arya tersenyum. "Tidak. Aku kesini untuk mengambil nyawa seseorang." Jawabnya tegas. "Maksud kamu?" Tanya Kamila lagi. Kamila yang takut berjalan mundur karena langkah Arya semakin dekat ke arahnya.

"Aarrgghhh..." erangnya menginjak serpihan kaca yang tersebar di lantai. Kamila meringis kesakitan. Namun Arya tak merasa iba sedikitpun. "Apakah begitu sakit?" Tanya Arya. Kamila menatap Arya dengan tatapan takut. Gadis itu menangis menahan rasa sakit di telapak kakinya.

"Tenanglah sebentar lagi akan lebih menarik." Ujar pria itu lalu anak buah Arya membekap Kamila dari belakang. Gadis itu tak sadarkan diri.

*****

Sementara Olivia menjaga Amanda bersama Ikbal dan Erlin. "Sepupunya benar-benar keterlaluan." Ujar Olivia geram. "Untung saja tidak terjadi apapun pada cucuku." Lanjutnya.

"Iya Nyonya. Syukurlah." Balas Erlin cepat.

"Erlin, terimakasih ya kau sudah banyak membantu menantuku. Aku harap kau terus seperti itu. Jaga dia untukku dan Arya." Erlin mengangguk. "Dimana Arya?" Ikbal dan Erlin saling menatap. Olivia memahami pandangan mereka.

INTERNAL LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang