Nasi TO bu Dian, ibunya Sonia si sepupu yang amat dekat dengan Esa, Nathan, Abi, juga Jeje. Bu Dian itu adalah kakak kandungnya mama Dina yang membuat keluarganya juga menjadi amat dekat dengan keluarga Dian.
Belum lagi kejadian beberapa tahun silam, saat para anak Kusmawan harus ditinggal oleh kedua orang tuanya. Saat Esa sedang disibukan oleh kuliahnya sehingga kewalahan jika harus sekalian mengurus para adiknya. Saat Nathan kelas delapan SMP. Abian masih kelas lima SD dan Jeje masih kelas tiga SD.
Di saat mereka sedang ada pada masa sulit, bu Dian hadir menolong mereka. Mengurus Jeje, Abian, dan Nathan sudah seperti mengurus anak sendiri, membantu Esa dan memperhatikannya. Bahkan tak jarang Esa menitipkan Nathan, Abi, dan Jeje sampai harus menginap di rumah bu Dian karena takut jika ditinggal hanya bertiga di rumah.
Mereka sudah menganggap bu Dian sebagai ibunya sendiri. Mereka juga punya hutang budi yang besar pada bu Dian.
"Nggak mau di dalem aja atuh, makannya?" tawar bu Dian kini turut duduk di samping Nathan setelah menyajikan nasi TOnya.
"Nggak papa bu, di sini aja," tolak Nathan lengkap dengan senyuman manisnya.
"Sonia tuh, di dalem misuh-misuh terus katanya besok ada ulangan tapi di gangguin mulu sama Surya," cerita bu Dian menyebutkan Surya si putra bungsunya. "Kamu sekelas sama Sonia kan? Kok sekarang masih santai aja."
"Ibu kayak yang nggak kenal kakang aja bu, kan udah pinter dari lahir atuh!"
Dian tertawa mendengarnya seraya mengacak-ngacak pucuk kepala Abian. "Kamu masih sama aja ya kayak dulu Abian, tengil!"
Abian terkikik saja menanggapinya.
Kini Dian memperhatikan Jeje yang menunduk fokus pada nasinya dengan tanpa ekspresi. Sejak tadi hanya diam menjadi pemerhati saja.
"Jeje gimana sekolahnya Je?" tanya Dian.
"Baik bu, sekarang udah pengayaan, makin capek bu," jawab Jeje seadanya.
"Kalo capek istirahat ya Jeje, jangan terlalu keras sama diri sendiri. Atau kamu ke sini aja deh, nanti ibu bikinin lagi sakoteng kesukaan Jeje."
Jeje memajukan bibir bawahnya, mendadak ingin menangis saat teringat kembali dulu saat masih SD.
"Nathan gimana kuliahnya? Aduuh abang yang satu ini makin gagah aja ya," ucap Dian memperhatikan tubuh Nathan yang kini terlihat sangat berbeda dengan saat masih SMP.
Dulu Nathan kurus banget, nyampe sering dikira cacingan. Sekarang badannya kekar, bisepnya keliatan makin gede, sering workout sih. Itu perutnya juga bisa-bisa sudah berbentuk seperti aktor-aktor di drama Korea yang sering Sonia tonton.
"Ya gitulah bu, stress dikit tapi Alhamdulillah."
"Nathan mah pinter, ibu yakin kamu bisa lewatin semuanya."
"Aamiin bu, semoga pas udah dilewatin nggak jadi gila ya, bu?"
Bu Dian mencubit kecil lengan Nathan yang kini tersenyum dengan mata menyipit. Manis.
Dian menatap ketiganya dengan senyuman terlukis pada wajahnya. "Udah lama banget ya, yaampun dulu kalian masih kecil-kecil banget sekarang tingginya udah ngalahin bu Dian kayaknya," ucap perempuan itu.
"Iya nih, berkat di rawat ibu juga dong," sahut kakang.
Bu Dian hanya tersenyum saja mendengar ucapan kakang. Perempuan itu masih memperhatikan ketiganya. Memperhatikan Jeje yang kini misuh-misuh karena digangguin kakang, lalu ada Nathan yang mengomeli kakang. Sampai pada satu waktu, seseorang tiba-tiba saja datang dan mengambil mendoan Nathan dengan santainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_