"Athan, mama pas telepon Athan, bilang pulangnya mau kapan?"
Nathan yang kini menyendok nasi ke atas piringnya, terlihat menghentikan gerakannya seraya mengingat-ingat mama bilangnya kapan.
"Nggak bilang deh, cuma bilang mau pulang gitu," jawab Nathan akhirnya segera melanjutkan kegiatannya.
"Serius ah, lo mah sering lupaan."
"Demi Allah, ya kang?"
Kakang yang sedang sibuk mengunyah mengangguk saja menanggapinya.
Esa kini mengalihkan perhatiannya pada Jeje yang sedang sibuk melepas daging ayam dari tulangnya.
"Jeje gimana hari ini?" tanya laki-laki itu.
"Laper ngab," jawab Jeje asal dengan mulut yang masih mengunyah.
Nathan cekikikan melihatnya, emang Jeje kadang tingkahnya sebelas dua belas sama kakang, ada aja gitu tingkahnya.
Tapi kadang-kadang doang, nggak serajin kakang.
Sementara itu Esa udah keliatan males nanya lagi.
Tapi semales-malesnya Esa nanya, tetep bakal kalah sama rasa penasarannya akan rasa masakannya. "Gimana masakannya? Enak nggak?"
"Enak Lur," jawab kakang.
"Enak Gan," timpal Athan.
"Yeuu ga Esa masakin lagi ya!" protes Esa, beneran murka banget.
Nathan sama Abian ketawa aja, beneran puas banget ngejailin Esa yang biasanya ngejailin mereka.
Tetapi tawa mereka tiba-tiba berhenti saat mendengar suara bel rumah.
Esa beranjak dari duduknya, mencuci tangannya, lalu segera melangkah menuju depan rumah untuk membukakan pintu.
"Siapa deh? Malem-malem gini," gumam Kakang.
"Paling Si Joko, kan sering kurang ajar tuh datengnya," sahut Athan.
"Joko lebih kurang ajar, ga pernah dia dateng ke rumah bunyiin bel rumah," pungkas Jeje.
Tetapi tak lama Esa datang menuju ruang makan bersama seseorang di sisinya.
"Halo! Assalamualaikum...."
Kakang tersentak, menoleh, lalu matanya melebar dengan sempurna. "MAMAAA!!" serunya langsung loncat ke pelukan mama---padahal tangannya masih kotor bekas makan yang belum dicuci.
"Kang, cuci tangan dulu," ucap Esa.
"Eh iya, astaghfirullah... maaf ma," kata Abi segera pergi mencuci tangan.
Pelukan Abi digantikan oleh pelukan Nathan. "Mama kirain pulangnya bakal minggu depan gitu," ucap Nathan. "Kaget banget Ya Allah... ma."
"Kan biar surprise," kata mama.
"Surprise mah ga bakal bilang-bilang atuh ma."
Mama ketawa aja mendengar ucapan itu. Kemudian tawanya terhenti saat melihat Jeje yang sedang anteng makan.
"Je," panggil Esa.
Jeje berdecak amat pelan, segera mencuci tangan, dan menghampiri mama.
Kakang yang udah jalan mau peluk mama lagi malah tertikung Jeje.
"Anak perempuan mama satu-satunya udah gede ya?" ucap mama seraya mengusap-usap punggung Jeje. "Makin cantik aja."
"Makasih," cicit Jeje.
"Yeu! Minggir lu, kakang mau peluk lagi mama," kata kakang langsung mendapat delikan sinis dari Jeje. Mama ketawa, segera membalas pelukan erat kakang. "Kangen mama banget!" ucap kakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_