Joko menghela napasnya berat, berdiri di depan pintu ruang rawat inap Jeje. Dengan berat, tangannya bergerak membuka pintu ruangan itu.
Ia menoleh, lalu tersentak sedikit terkejut dengan keberadaan mamanya Jeje di dalam sana. Pemuda itu kemudian kembali keluar hanya untuk merapikan bajunya, baju setagam yang semula keluar, segera ia masukkan ke dalam celana. Outer emwarna coklat yang tangannya semula dilipat, segera ia buka lipatannya. Pemuda itu kemudian mematung sadar outer yang dipakainya ini milik Abian yang saat itu ia pinjam dan belum dikembalikan. Ia menepuk jidatnya sembari merutuk dalam hati. Pemuda itu kemudian segera kembali masuk ke dalam ruang rawat Jeje.
"Assalamualaikum," ucapnya kikuk seraya tersenyum kepada perempuan yang terlihat awet muda itu.
Mama Dina tersenyum segera membalas salam dari Joko. "Waalaikumsalam...." sahutnya, matanya terlihat membengkak dan lelah akibat terus-terusan menangis.
Joko melangkah mendekat dan menyalami mama, kemudian duduk di salah satu kursi setelah dipersilahkan oleh mama.
"Ini Joko ya? Temennya kakang?"
"Iya tante," kata Joko super canggung. Dalam hati mah pengen bilang kalo dirinya ini pacarnya Jeje. "Jejenya, gimana kabarnya tan? Ada perkembangan nggak?"
Sebuah harapan kecil Joko miliki, dan sebuah gelengan lesu menghancurkan harapan kecil itu.
"Sayang banget Joko, Jejenya belum ada perkembangan apa-apa. Kemarin alhamdulillah operasinya lancar, tapi tante gatau Jeje kapan bangunnya," jelas mama Dina yang mengundang tatapan prihatin dari Joko.
Joko tau, kemarin Jeje dioperasi karena tulang rusuknya patah dan menekan paru-parunya. Joko tau kondisi Jeje sangat jauh dari kata baik.
"Kalo tante gimana kabarnya?" tanya Joko, khawatir juga liat penampilan mama Dina yang biasanya terlihat sangat young and fresh kini terlihat berantakan.
"Nggak ada mama yang baik-baik aja kalo liat anaknya kenapa-napa Joko," jawab Dina. "Minta do'anya aja ya Joko, semoga tante bisa kuat dan sabar ngadepinnya. Semoga Jeje sama kakang dikasih kekuatan biar kembali sehat kayak sebelumnya."
"Aamiin..." sahut Joko mengaminkan do'anya mama Dina. "Tante, udah makan belum? Mau Joko beliin makan nggak, tan?" tawar Joko kini benar-benar khawatir liat wajah pucetnya mama Dina.
"Belum Joko, tapi udah dibeliin makan kok sama Nathan, lagi dijalan. Makasih ya udah nawarin," ucap Dina.
"Tante istirahat dulu aja, udah pucet banget tan, Jeje biar Joko aja yang jagainnya. Tante kan harus sehat ya? Biar anak-anaknya tante juga nanti cepet sehat," kata Joko yang mengundang tawa renyah, pelan, dan singkat dari Dina. Lucu liat berondong yang perhatian gini, jadi inget jaman dirinya masih muda.
"Gapapa ini teh Jejenya dititipin ke Joko?" tanya Dina, karena sebenarnya dia juga ngantuk semaleman nggak bisa tidur.
"Gapapa banget Tan," jawab Joko.
"Maaf ya tante malah ngerepotin," ucap Dina sembari beranjak dari duduknya. "Titip Jejenya bentar ya?"
"Siap!" sahut Joko.
Dina pun segera melangkah pergi menuju sofa yang ada di sana, merebahkan tubuhnya, dan tertidur untuk beristirahat sejenak.
Joko melirik, setelah dirasa situasi aman, ia diam-diam mengeluarkan plastik berisi cimol dari dalam saku celananya. "Liat deh Je, masa nggak tergoda sama cimol ini? Ayo dong bangun, keburu abis dimakan Joko nih!" ucap Joko berusaha terlihat seperti biasa saja dan tidak terlihat sedih, walau begitu menelan kunyahannya tetap saja terasa berat.
Joko menghela napasnya berat, benar-benar tidak mood makan. Ia kemudian menoleh ke arah belakang saat dirasa ada seseorang yang memasuki ruangan itu. Nathan orangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_