29. Bangga

104 34 5
                                    

Hari ini adalah hari pembagian raport, Esa nggak bisa dateng, Nathan juga, apalagi Jeje, alhasil hari ini Abian dibawain raportnya sekalian sama bu Dian.

Abian sebenarnya sedih sih, pengen gitu sekali-kali dibawain sama orang tua sendiri, tapi mau gimana lagi? Mamanya aja jauh tinggal di negeri orang.

"Jes, ini siapa deh namanya anjrit lucu banget," ucap Abi seraya mengajak main Jean.

"Jangan dibilang lucu, nanti caper njir!" sahut Jesya seraya kini menarik Jean dari hadapan Abi.

"Apaan sih, Jean nggak caper," protes Jean.

"Tapi emang bocil seumuran gini tuh suka caper gitu ga sih? Apalagi kalo cewek terus ada temen kakaknya yang cowok main ke rumah, beuh anjrit caper banget," celetuk Sonia.

"Tapi kok adek gue nggak ya? Kalo ada orang ke rumah malah kabur ke kamar, sembunyi udah berasa dirinya ga pernah ada di rumah," ucap Abi seraya kini meraih satu cokelat dari dalam keresek yang tadi sempat ia ambil bersama Sonia. "Mau?" tawarnya pada Jean.

"Adek gue sukanya cilor," balas Jesya seraya menarik tangan Jean yang hendak menerima coklat dari Abi.

Jeannya langsung mendongak, protes karena tetehnya mengada-ada fakta tentangnya.

"Ambil aja nih, Jean," ucap Abi seraya kini menyodorkan keresek di tangannya. "Yaudah pilih sendiri deh."

Jesya kini membiarkan Jean untuk mengambil coklat dari keresek Abi. "Bilang apa?" tanyanya sudah seperti ibu guru TK.

"Makasih..." ucap Jean.

"Sama-sama!" sahut Abi kini menoleh ke arah Jesya. "Lo mau?"

Jesya menggeleng menanggapinya membuat kini Abi beralih pada Jusuf di sisi lain, juga menawarkan coklat di dalam kereseknya. Jusuf mah langsung sumringah ngambil dua batang coklat. "Mau Son?" tanya Abi kini beralih pada Sonia.

Sonia yang semula sibuk scrolling Instagram, hanya mengambil asal sekebawanya.

Tidak lama, orang tua yang semula ada di dalam ruang kelas ke luar, langsung menghampiri para anaknya yang sejak tadi menunggu di luar kelas.

Terlihat bu Dian sedang ngobrol-ngobrol dengan ibunya Jesya sambil berjalan menghampiri Sonia dan kawan-kawan.

"Sonia peringkat berapa bu?" tanya Sonia dengan tubuh yang tak bisa berhenti bergerak karena penasaran.

"Kamu peringkat lima, dari dulu nge-stuck mulu di sana, makanya kayak Abi tuh belajar yang bener! Jangan nge-vlog mulu!" omel ibu yang langsung membuat Sonia menurunkan bahunya lesu.

"Abi, bu?" tanya Abian.

"Kamu peringkat ke dua, naik banyak ya Abi? Keren! Ibu bangga sama Abi!" jawab bu Dian yang dibalas ucapan hamdalah oleh Abi.

Kini ketiga orang itu menoleh ke arah Jesya di hadapannya saat tak sengaja mendengar percakapan gadis itu dengan sang ibu.

"Kamu peringkat enam, naik nak! Ibu bangga sama kamu!"

Begitu bunyi ucapan ibunya Jesya yang dibarengi dengan mengusap pucuk kepala sang putrinya, sorot matanya terlihat amat bangga membuat siapapun yang menyaksikan kejadian itu akan merasa haru.

Termasuk Abian, Sonia, bu Dian, Jusuf, bahkan abahnya Jusuf yang kini terdiam menyaksikan itu.

"Bu, pak, saya duluan ya," ucap ibunya Jesya segera menyadarkan lamunan kelima orang itu.

Setelah bersalaman, ibu dengan dua anak itu segera pergi dari sana, yang setelahnya disusul Jusuf dan abahnya. Meninggalkan Sonia, Abi, dan bu Dian.

"Sonia mau sama Abi?" tanya ibu yang dibalas anggukan oleh Sonia. "Kalo gitu ibu duluan ya, ke parkiran, ayah udah nungguin sama Silvina."

Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang