Jeje bergegas menuruni tangga bersama Sonia dan Sherin untuk mendapati Abian yang sudah terkapar kesusahan untuk bernapas.
"Kak Sherin apain kakakng?!" bentak Jeje membuat Sherin terkejut hingga sedikit termundur.
Sementara itu Sonia sudah menghampiri Abian.
"Sherin tadi... tadi Sherin sama Kak Abi makan dimsum bareng," jawab Sherin tergagap. "Sherin nggak tau Kak Abi punya alergi udang."
"Gimana sih?! Katanya pacarnya kakang, kok hal penting kayak gini aja gatau!" omel Jeje.
"Je, udah! Bantuin Sonia," lerai Sonia.
Jeje yang semula menatap marah kepada Sherin dengan matanya yang mulai memerah segera menurut menghampiri Sonia yang siap menggendong Abian.
Jeje berusaha membangunkan Abian dan menaruhnya ke gendongan Sonia, tetapi gagal karena berat badan pemuda itu yang cukup membuat Jeje juga Sonia kesusahan mengangkatnya.
"Panggil Mang Asep, Je!" titah Sonia.
"Nggak kerja, lagi pulang kampung," sahut Jeje bikin Sonia memijat pelipisnya bingung gimana nolongin Abian yang alerginya udah parah banget. Mau telepon ambulan juga rasa-rasanya tidak akan sempat.
Baru saja Sonia hendak membuka ponselnya untuk meminta tolong kepada Yogi, Yasa yang sudah lama tak terlihat tiba-tiba saja muncul dengan mie goreng acehnya.
"Yasaaa bantuin!" seru Jeje
Yasa menoleh, lalu membelalak terkejut. "Loh? Innalillahi?"
"Gendong, bantu masukin ke mobil Sonia!" titah Sonia panik segera melangkah dengan cepat ke luar rumah untuk menyiapkan mobilnya.
Tak lama Yasa menyusul bersama Jeje, Sherin, dan Abian digendongan Yasa. Setelah memasukkan Abian di jok belakang bersama Jeje, mobil pun segera melaju dengan pesat.
Meninggalkan Yasa dengan indomie aceh nya.
♔♔♔
Esa melangkah bergegas dengan panik di lorong rumah sakit itu sembari berusaha mencari keberadaan Nathan yang tadi menghubunginya dan memberi tahu jika alergi kakang kambuh.
Setelah menemukan Nathan di sebuah lorong rumah sakit, ia segera menghampirinya.
"Kakang mana?" tanya pria itu.
"Di dalem," jawab Nathan sambil menunjuk sebuah ruangan di depannya.
Si sulung kemudian bergegas masuk dan mendapati kakang yang berusaha menenangkan Jeje dari tangisannya.
"Kamu tuh, sekali aja bisa nggak jangan bikin takut Esa?"
Kakang menoleh, melihat Esa yang baru datang sudah ngomel-ngomel.
"Kak Esa, atuh jangan dimarahin kakangnya..." cicit Jeje.
"Kak Esa mau ngomong dulu sama kakang, boleh?" ujar Esa tak menanggapi ucapan Jeje.
Mengerti maksud dari perkataan itu, Jeje akhirnya melangkah keluar dari sana. Meninggalkann kakang bersama Esa.
"Udah tau kamu tuh rawan banget, dari kecil selalu bikin panik Kak Esa. Tolong dong jaga diri," ucap Esa kembali melanjutkan omelannya. "Esa nggak bisa 24 jam jagain kakang. Kakang juga udah gede, udah bisa jaga diri jadi tolong dong ya? Esa mah cuma minta kakang buat jaga diri baik-baik aja, jangan bikin Esa takut."
"Maaf..." ucap kakang pelan tak berani menatap balik Esa.
Esa menghela napasnya sembari memijat keningnya pusing. "Maafin Esa juga ya... Esa ngomel-ngomel gini tuh karena Esa gamau kakang kenapa-napa."
![](https://img.wattpad.com/cover/283799980-288-k666839.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_