"Jesya apa kabar deh? Bang?"
Nathan melirik, menyecap kopinya sebelum menjawab pertanyaan dari Abian. "Sekarang udah lumayan baikan, gif di tangannya juga besok lusa udah dibuka," jawab Nathan seadanya.
Abian menganggukkan kepalanya menanggapi itu. Ia kemudian bersandar pada pilar di teras depan rumah sambil menikmati hembusan angin malam. Selepas makan malam, Abian dan Nathan nongkrong di luar karena merasa sumpek aja di rumah terus. Ditemani mang Asep dan rokoknya, kedua pemuda itu sibuk cerita satu-sama lain.
"Lo tau ga sih? Dulu tuh Jesya pernah cerita ke gue kalo katanya dia tuh sebenernya susah percaya sama laki-laki, tapi pas liat Nathan yang treat Jeje like a queen, Jesya langsung kayak terpesona gitu. Langsung mikir juga kalo katanya ga semua cowok tuh brengsek," ucap kakang menceritakan kembali kisah dulu saat Jesya awal-awal mulai menyukai Nathan. "Awalnya gue tuh ngira dia ga percaya laki-laki tuh gara-gara mantannya, ternyata gara-gara bapaknya sendiri."
"Jesya punya mantan kang?" tanya Nathan.
"Nggak," jawab Abian. "Lo tuh udah dipercaya Jesya, makanya baik-baik ya ke dia? Treat Jesya like a queen juga, Jeje mah biar di trear like a queen nya sama gue aja."
"Ya gue treat dua-duanya like a queen lah!"
"Nanti ga spesial dong?"
"Lah? Elu juga nanti Sherin gimana?"
"Yeuu si anjir!" pungkas Abian, karena tak bisa melawan lagi, ia kini mengalihkan perhatiannya kepada mang Asep yang keliatan enak banget nikmatin rokoknya. "Mang As, pengen nyoba dong!"
"Emang bisa?" tanya mang Asep sambil tersenyum meremehkan.
"Bisa lah! Dulu pas SD pernah nemu puntung rokok di jalan, terus dicoba sama si Jusuf," jawab Abian, jujur banget padahal ada Nathan di sana.
"Jorok banget ih!" komentar Nathan sambil melirik jijik pada Abian yang mengedikkan bahunya tak peduli.
Tetapi memang betul adanya kok jika dulu Abian pernah nyoba merokok dari puntung rokok yang ia temukan di jalan. Setelahnya ia tak pernah lagi mencoba, itu yang pertama kali dan satu-satunya pengalaman yang pernah Abian rasakan dalam dunia merokok.
Nyampe sekarang, barulah ia mencoba lagi saat mang Asep memberikan sebatang rokok baru yang telah dinyalakan kepada Abian.
Abian mulai menghirupnya, lalu melepaskan rokok dari mulutnya, dan mengeluarkan asapnya. Setelah dirasa asap dari mulutnya dikeluarkan semua, Abian menjilat bibir bawahnya.
"MANIS ANJING!" serunya excited sendiri.
"Nyoba dong!" celetuk Nathan mendadak tertarik. Abian menurut segera memberikan batang rokok di tangannya.
Nathan mulai melakukan kegiatan merokok sesuai dengan yang diketahuinya. Kemudian terbatuk-batuk.
Gagal.
"Lo emang ditakdirkan buat nggak ngerokok sih bang, udah ga usah ngerokok lagi," kata Abian jumawa padahal ia juga baru kali ini lagi mencoba merokok.
Abian merebut kembali batang rokok di tangan Nathan, dan melanjutkan kegiatan merokoknya. "Enak ya, ngerokok," celetuknya.
"Emang enak, kang. Makanya Mang Asep gemar merokok," sahut mang Asep sambil menikmati rokoknya juga.
"Awas lo! Jangan ketagihan!" tandas Nathan, agak khawatir juga Abian bakal jadi perokok aktif kayak Joko.
Gapapa sih sebenarnya, tetapi nanti yang rugi ga cuma Abian, orang-orang di sekitar Abian juga bakal kena dampaknya.
Tepat setelah Abian menghabiskan satu batang rokok itu, Jeje membuka pintu rumah dan menjulurkan kepalanya dari dalam. "Mama video call," katanya yang langsung dimengerti kedua pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Acak"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_