71. Jejes Sang Pemersatu

112 22 3
                                    

"Gue mau cerita!"

"Ih, gue juga!"

Mata Sonia turut berbinar melihat mata Jesya di depannya yang juga sama berbinar-binarnya. "Mau siapa dulu?"

"Lo dulu deh, lo yang bilang duluan soalnya," ucap Jesya, sambil membenarkan posisi duduknya menjadi menghadap Sonia.

"Gue mau collab sama Ayun!"

"Serius??"

"Limarius!!"

Jusuf yang semula sedang bermain games di ponselnya segera menoleh ke belakang begitu mendengar nama Ayun disebut. Membuat Abian yang fokus dengan ponselnya sembari mendengar musik menggunakan earphone-nya pun sedikit turut menolehkan kepalanya.

"Ayun yang suka nge-cover lagu? Yang highnote nya edan banget itu ya?" tanya Jusuf.

"Iya yang itu," jawab Sonia, samar melirik ke arah Abian yang mulai melepas earphone-nya dan diam-diam turut mendengarkan percakapan mereka.

"Gue nge-fans banget sama dia, Nia, please kenalin dong! Ya? Please banget ini mah!" pinta Jusuf seraya menempelkan kedua telapak tangannya, memohon-mohon pada Sonia.

"Jangan Son. Ih anjir, buaya banget! Untung si Jeje milih Joko," celetuk Abian, tanpa sadar menyebut nama Sonia setelah sekian hari bahkan bulan tak pernah lagi menyebut namanya di depan orangnya langsung, bahkan untuk berbicara saja beneran jarang banget.

"Oh iya, Jeje udah pacaran sama Joko ya?" tanya Sonia, berusaha untuk tidak terdengar canggung.

"Iya," jawab Abian seadanya sambil kembali fokus pada ponselnya.

Pukul 15.30 sore itu, lima belas menit lagi bel pulang bersuara. Kelas Sonia jamkos pada jam pelajaran terakhir, beberapa sudah ada yang pergi menuju parkiran. Beberapa lagi masih diam di kelas, menunggu gerbang dibuka.

Pada sore itu juga, suatu hal tak terduga terjadi ketika seseorang tiba-tiba memasuki kelas yang sedang damai tentram itu. Wajahnya merah, marah, berteriak mencari-cari sosok Yuta.

"Sini lo bangsat!" teriaknya sambil berjalan menghampiri Yuta yang sedang asik dengan ponselnya di meja samping Abian. Pemuda itu menendang keras meja Yuta, menarik kerahnya dan memukulnya.

Sebuah aksi perkelahian yang sukses membuat Jesya menutup kedua kupingnya dengan tubuh yang gemetar ketakutan. Traumanya masih membekas cukup dalam.

Sonia yang berada di samping Jesya segera memeluk gadis itu, berusaha menenangkannya. Nayla di sisi lain kelas sudah menjerit ketakutan dengan temannya berteriak-teriak menyuruh keduanya untuk berhenti, siswa dari kelas lain malah menonton aksi perkelahian itu.

"Cup!" panggil Sonia kepada Jusuf yang malah bengong menyaksikan perkelahian itu. Jusuf dan Abian spontan menoleh mendengar panggilan itu. "Lerai anjir! Malah diem!"

Keduanya tersadar, siswa laki-laki yang tersisa di kelas itu hanya Abian, Jusuf, dan Yuta yang juga tak mau kalah membalas pukulan si pemuda dari kelas sebelah.

Abian segera menyela di antara keduanya sambil berusaha mendorong Yuta dan pemuda itu agar terpisah, setelah terdorong cukup jauh, Jusuf segera menahan Yuta dan Abian menahan si pemuda dari kelas sebelah.

"Udah dong anjing! Nggak malu apa? Udah gede masih berantem gini!" omel Abian, nggak ngaca dirinya sama Jusuf juga dulu gitu. "Kalo mau berantem jangan di sini anjing!" pungkasnya diakhiri umpatan, marah juga tadi ia melihat Jesya yang gemetar ketakutan karena perkelahian itu.

Pemuda itu kemudian segera melengos pergi dari kelas itu bersama Jusuf, menyusul Sonia yang tadi sudah keluar duluan membawa Jesya pergi dari dalam kelas itu.

Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang