41. Hati Lembutnya Jean

123 32 9
                                    

Abi menghela napasnya, menidurkan kepalanya di atas meja. Matanya terpejam sudah hampir tertidur ketika tiba-tiba saja Yuta datang dan menepuk-nepuk bahunya heboh.

"Woi! Ini adek lo ketauan?" tanyanya seraya menunjukkan story WhatsApp Sakura yang di sana terlihat video 'klarifikasi' yang tadi direkamnya.

Abi mengangguk saja kini sudah hendak kembali tidur .

Tetapi Yuta bacot banget.

"Pecah juga kan anjing! Lo makanya nggak usah banyak drama, lo nggak seterkenal Sonia," ujar Yuta beneran, mulutnya lemes banget.

"Si Jejenya yang minta," sahut Abi akhirnya memilih untuk tidak melanjutkan tidurnya. Tubuhnya kini menegak, bersandar pada dinding kelasnya.

"Terus gimana aja tuh, tadi?" tanya Jesya di bangku belakangnya.

"Rame banget anjir, si Jeje nyampe ketakutan banget. Lo tau ga sih? Dia tuh kayak trauma gitu, nyampe gemetaran njir," jawab Abi.

"Ih gila ya, bullying bisa nyampe orang punya trauma gitu. Tadi di WC juga gemetaran banget dia punya history jelek ya? Sama yang namanya WC?" sahut Jesya.

"Hah? Adek lo pernah jadi korban bullying?" tanya Yuta melotot tak percaya.

"Tiga tau anjir Ta, terus selama itu gue ga tau. Sakit hati banget anjing!" jawab Abi, terlihat jelas helaan napasnya yang berat, membuktikan bahwa ia tidak berbohong dengan ucapannya.

"Ih gila, gue kalo jadi lo dah ngamuk banget. Gue labrak tuh sekolah, nyari yang ngebully-nya anjir gue pukulin nyampe mampus!" ujar Yuta berapi-api.

"Lo nggak bawa Jeje ke psikolog? Eh? Apa psikiater?" tanya Jesya malah bingung sendiri. "Ya pokoknya yang psi-psi gitu, pasti ngaruh kan ke kondisi psikologis nya dia?"

"Jejenya nggak mau," jawab Abian kini menghela napasnya panjang, lalu tersentak sadar tak ada Sonia dan Jusuf. "Sonia mana?"

"Jajan ke kantin sama Jusuf," jawab Jesya. "Oh iya tadi ada tugas kelompok, lo sama gue, Jusuf, Sonia, Oki."

"Eh iya anjir, gue belum ada kelompok," celetuk Yuta kemudian segera beranjak dari duduknya. "WOII ADA YANG MAU SEKELOMPOK SAMA GUE NGGAK?"

Tapi nggak ada yang nyaut. Abian geleng-geleng kepala saja melihatnya. Kini ia sepenuhnya menghadap ke belakang.

"Jes," panggilnya yang hanya dibalas deheman oleh Jesya yang kini sibuk berkaca. "Lo kenapa deh?"

"Gue? Merasa cantik aja sih," jawab Jesya asal, masih fokus pada kacanya.

"Tadi pas di kantin, gue liat tangan lo." Abian mengulum bibirnya melihat Jesya yang kini tiba-tiba saja mematung. "Lo selfharm ya?"

Jesya yang kini masih menghalangi wajahnya dengan kaca, benar-benar terdiam, menatap pada pantulan dirinya di kaca yang dimatanya kini terlihat amat menyedihkan.

"Nggak sekali loh Jes, waktu itu juga gue liat luka memar di leher sama tangan lo. Lo kalo ada apa-apa, cerita aja Jes, gue siap dengerin," ucap Abi.

Jesya kini melirik, lalu pandangannya menangkap pada sosok Sonia dan Jusuf yang baru saja memasuki kelas dengan sekeresek jajanan di tangan masing-masing.

"Coki-coki gue mana?" tanyanya segera menghampiri dua orang itu.

Membuat Abian menghela napasnya. Ia tau, ada yang tidak beres dengan Jesya, tapi Abi tak tau harus bagaimana mencari taunya. Bukannya Abi terlalu kepo atau bagaimana, tapi Abi merasa memang ada sesuatu yang buruk yang disembunyikan gadis itu.

Tetapi Jesyanya beneran tutup mulut banget, bikin Abi juga susah nyari taunya.

"Ih! Bentar dong Jes!" sahut Sonia seraya mendudukkan diri di atas kursinya, Jusuf juga turut duduk di kursi samping Abian.

Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang