58. Dua Gigi Patah

159 34 8
                                    

Abian melirik, kemudian menunduk untuk membuka ruang obrolan dengan Sherin. Pemuda itu menjilat bibir bawahnya sudah hendak mengirimkan pesan ketika tiba-tiba saja seorang gadis memanggilnya.

"Kak Abi!" seru gadis itu bersemangat sambil berlari-lari kecil menghampiri Abian.

Abian menoleh, kemudian tersenyum. "Eh? Lily!" sahutnya menyebutkan sama salah satu tetangganya itu.

"Ngapain di sini?" tanya Lily.

"Mau ketemu ayang dong! Eh? Temen-temen Lily juga ada di sana ya?" jawab juga tanya Abian saat menyadari pakaian Marching Band yang dipakai Lily senada dengan orang-orang yang ada di dalam sebuah bangunan bercat putih tulang di depan Abian.

Upacara telah selesai sejak lima menit yang lalu, dan kini Abian hendak menemui Sherin. Sekolah juga jadi bebas, ada yang langsung pulang, ada juga yang masih di sekitaran lapang untuk jajan-jajan.

Upacara 17 Agustus kali ini cukup meriah seperti tahun-tahun sebelumnya. Pada pagi harinya ada pawai menuju lapangan sebelum memulai upacara, ada anak TK yang cosplay jadi berbagai profesi sambil membawa bendera merah putih yang berukuran kecil, ada yang dari daerah rt/rw nya dengan berbagai kostum, ada yang memakai kebaya, batik, ada Marching Band---dari sekolahnya Lily---ada juga yang ikut pawai dari sekolah dan hanya mengenakan seragam sekolah biasa sambil membawa bendera kecil dengan stiker merah putih di pipi. Abian salah satunya.

"Abian boleh ke sana nggak sih?" tanya pemuda itu setelah sebelumnya mendapat jawaban anggukan dari Lily.

"Boleh lah! Ayo, Lily anter ketemu ayangnya!" sahut Lily si ceria. Alhamdulillah peka.

Kakang langsung melukiskan senyuman lebarnya dan mengekori Lily yang memandu jalan.

"Tuh!" ucap Lily setelah menunjukkan gerombolan paskibra. "Lily tinggal ya kang."

Kakang mengangguk yang bertepatan dengan perginya Lily, Sherin menyadari keberadaan Abian.

"Kak Abii!" seru gadis itu sambil berlari kecil menghampiri Abian.

"Sheriin! Widiih keren banget!" sahut Abian sambil menatap kagum pada Sherin di hadapannya. "Eh, difoto dulu yuk! Aduuh, Abian bangga banget sama Sherin."

Sherin menunduk sambil tersenyum, tersipu malu-malu. "Bentar ya, Sherin panggilin dulu temen buat fotoin," ucapnya lalu segera melangkah menghampiri salah satu temannya, meminta tolong kepadanya untuk fotoin Abian dan Sherin, lalu kembali bersama.

Beberapa pose sudah dipotret, Sherin dan Abian juga sudah merasa cukup tetapi temannya Sherin tiba-tiba saja memberikan sebuah ide. "Bentuk hati dong, pake jari gitu setengah-setengah. Gapapa alay dikit, yang penting lope-lope."

Abian tertawa renyah, kemudian segera menuruti ide temannya Sherin itu. Satu jepretan lagi, sudah selesai.

"Makasih ya, Ris!" ucap Sherin kemudian bersamaan dengan Abian melihat-lihat fotonya.

"Ini yang ini bagus, nih," komentar Abian. "Abian masukin Instastory ya?"

"Iyaa boleh," sahut Sherin. "Kirimin fotonya dong kak."

"Oke!"

Sherin kembali ke arah teman-temannya untuk mengambil ponsel di dalam tasnya dan menerima foto-foto itu dari Abian. Ia kemudian kembali menghampiri Abian yang masih fokus dengan ponselnya.

"Kak Abi, Sherin bentar lagi ulang tahun loh! Ini ada undangan buat Kak Abi!" kata Sherin sambil memberikan invitation card ke Abian.

Abian segera menerimanya dan membaca setiap kata pada undangan itu. Acaranya tanggal 19 Agustus, pukul tujuh malam di rumah Sherin. Berbarengan dengan rencana ngasih surprise kepada Jeje.

Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang