Kamis yang cerah. Langit biru berawan terlukis di atas sana.
Tetapi rupanya, ada seorang gadis yang hatinya tak secerah mentari hari itu.
Pukul sebelas Jeje dipulangkan karena guru rapat, tetapi sayang para abangnya pun jua masih sibuk dengan urusannya masing-masing. Di rumah tidak ada siapa-siapa, Jeje malas pulang.
Sehingga siang itu, ia pergi menuju Indomaret hanya untuk membeli sekotak susu Cimory rasa Almond-susu favorit Jeje.
"Eh ada Jeje."
Jeje yang saat itu sedang membuka pintu lemari pendingin menoleh, dan tersenyum pada sosok itu. Joko si teman yang satu geng dengan para abangnya, juga adik laki-laki dari pacarnya Esa.
Jeje kini sepenuhnya memperhatikan pada Joko yang berjalan menghampirinya, luka pada dahi dan pangkal hidungnya membuat Jeje berpikir, pria ini habis berantem.
Joko sedikit membungkuk setelah membuka salah satu pintu lemari pendingin dan mulai melihat-lihat isinya. "Kok jam segini udah pulang Je? Atau bolos?" tanya Joko dengan tatapan masih fokus mencari-cari minuman yang hendak dibelinya.
"Sembarangan!" jawab Jeje. "Kak Joko kali yang bolos?"
Sebuah tawa berhasil lolos dari mulut Joko. "Istirahat tadi Je, tapi malah kelabasan," belanya lengkap dengan alasan.
"Sama aja," balas Jeje seraya kini meraih susu kotak favoritnya itu. "Nanti dimarahin Ratu Mas Cempaka loh!" ucapnya sekali lagi sebelum segera pergi menuju kasir, membayar susunya, kemudian duduk di bangku yang tersedia di depan Indomaret itu.
Perempuan itu mengembungkan kedua pipinya, lalu mengeluarkan udara dalamnya.
Pipinya tidak tetap tidak mengempes, Jeje punya pipi chubby yang menggemaskan.
"Beda Joko, Je," celetuk Joko tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Jeje. "Masa Joko yang ini disamain sama Jokonya Cempaka? Dia mah raja Je."
"Terus bedanya apa dong?" tanya Jeje kini menghadapkan tubuhnya ke arah Joko.
"Kalo yang itukan Jokonya Wulan," jawab Joko kini memperhatikan Jeje yang terlihat membuka plester yang baru saja dibeli perempuan itu tadi saat berbarengan dengan membeli susu.
"Kalo Joko yang ini?" tanya Jeje kini mengangkat kedua tangannya, menempelkan plester pada luka di dahi Joko.
Tetapi pemuda itu kini terdiam saat matanya tak sengaja menangkap sesuatu pada pergelangan tangan kiri Jeje. "Je?" tanyanya seraya memegang tangan Jeje.
Jeje mematung, kini berusaha melepaskan pegangan tangan Joko pada tangannya. Joko pun tidak menahannya, membiarkan Jeje menyembunyikan sesuatu pada pergelangan tangannya itu.
Gadis itu kembali menghadapkan tubuhnya ke arah jalanan, berusaha untuk tidak menatap pada mata Joko yang mengkhawatirkannya. Ia berdehem pelan, menggendong ranselnya kemudian segera beranjak dari duduknya. "Duluan ya kak, udah ada angkot," pamitnya.
"Gue anterin," sahut Joko, kini turut beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Jeje.
"Eh? Nggak usah! Aduh ngerepotin," tolak Jeje.
"Disuruh kakang," ucap Joko kini memberikan bukti chatan-nya kepada Jeje.
Ucup
| bolos mulu lo gue laporin ya?Joko
| gue ketemu Jeje di indomaretUcup
| anterin pulangAkhirnya Jeje mau tidak mau menurut saja, segera menaiki motor Joko setelah yang laki-laki terlebih dahulu naik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_