Semenjak kejadian tempo hari, saat Juan menanyakan kepada Jeje tentang Risa, pemuda sangat amat menyadari jika Jeje telah menjauhinya.
Tentang Risa sendiri, bagaimana cara Juan mengenal perempuan itu adalah karena Risa tetangganya, banyak digosipkan karena kenakalannya, sering malakin anak SD juga. Terakhir kali kasus yang lumayan digosipin banget sama tetangganya itu adalah saat orang tua Risa dipanggil ke sekolah karena kasus pembullyan yang perempuan itu telah lakukan.
Saat Juan tau jika ternyata Jeje satu SMP dengan Risa, pemuda berjiwa julid itu jadi penasaran bagaimana kelakuan Risa di sekolahnya, makanya ia menanyakannya kepada Jeje.
Tapi setelah menanyakan hal itu, Jeje malah menjauhinya. Bahkan untuk diajak bicara saja amat sulit.
Dan dari sana pula, Juan mulai curiga.
Pagi itu, Juan baru memasuki kelasnya dan sudah mendapati Jeje duduk di kursi belakangnya. Pemuda itu melangkah, berniat untuk duduk di bangkunya saat baru saja ia tiba di bangkunya dan hendak menyimpan ranselnya, Jeje langsung melangkah keluar dari dalam kelas.
Pemuda itu segera menyimpan ranselnya, lalu melangkah menyusul Jeje. Sudah tak kuat dengan gadis itu yang tiba-tiba saja menjauhinya.
"Jeje," panggil Juan saat mendapati Jeje ternyata sedang duduk di kursi depan kelas. Laki-laki itu segera turut mendudukkan diri di samping Jeje. "Lo kenapa ngejauhin gue, sih?"
"Nggak,"elak Jeje cuek.
"Iya tau! Gara-gara gue nanya Risa, ya?" tuduhnya yang langsung mendapat delikan sinis dari Jeje.
"Gue ga kenal Risa."
"Ya makanya, kalo ga kenal kenapa ngejauh?"
"Juan!"
"Jeje!"
Juan menatap kedua mata Jeje yang menatapnya marah. Pemuda itu melunakkan tatapannya, seolah berusaha memberi Jeje kepercayaan. "Biar gue jelasin dulu, kenapa gue bisa tau Risa," ucapnya.
"Buat apa sih? Nggak penting!" sinis Jeje, gadis itu sudah beranjak dari duduknya hendak pergi dari sana. Tetapi Juan segera menahan pergelangan tangannya.
"Penting. Biar lo nggak ngejauhin gue lagi," kata Juan sambil berusaha membujuk Jeje untuk kembali duduk. "Dengerin dulu ya? Please."
Jeje mendengus sebal, menepis tangan Juan dan kembali duduk di kursi.
"Jadi Risa itu tetangga gue, anaknya emang terkenal nakal bahkan sering digosipin tetangga. Terakhir kali Juan denger dari tetangganya Juan yang gosip sama mamah, katanya orangtua Risa dipanggil ke sekolah karena dia ngebully temennya," jelas Juan berusaha secepat mungkin agar Jeje tak pergi.
"Bukan temennya," sahut Jeje. "Mana ada sih? Orang yang di-bully nganggep yang nge-bully temennya?"
Juan mengangguk, kini semakin yakin dengan segala kecurigaannya.
"Ini, cuma prasangka gue aja ya Je, maaf banget dan semoga nggak bener." Juan menarik napasnya cukup dalam sebelum akhirnya dengan berani menanyakan satu hal yang selama ini tersimpan dalam kepalanya. "Lo bukan korbannya kan?"
Jeje meneguk ludahnya. Tangannya perlahan berkeringat sambil mencengkram ujung roknya. Udara disekitarnya mendadak terasa menipis. "Kenapa lo bisa mikir gitu?" tanyanya berusaha untuk terlihat setenang mungkin.
"Gue merhatiin lo," jawab Juan seadanya. "Gimana lo yang segitu takutnya pas Cintya minta izin buat duduk di samping lo. Tubuh lo yang gemeteran pas ketauan kalo ternyata lo adeknya Kak Abian si sepupunya kak Sonia yang mendadak terkenal. Gimana kakang lo yang selalu minta orang lain buat janji jadi orang baik."

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_