34. Arigato

109 32 3
                                    

"Itutuh namanya intubasi!"

Jeje mengernyit, menoleh ke arah kakang di sisinya. "Apa ituteh?" tanyanya.

Kakang kini menghentikan drama Korea yang sedang ditontonnya bersama Jeje, lalu segera menjawab tanya dari si bungsu. "Buat bantu napas. Jadi nanti teh dimasukin kayak tabung gitu ke batang tenggorokan."

Jeje bergidik ngeri mendengar penjelasan itu. "Jeje mah kalo digituin kayaknya bakal muntah da, kayak... hoekk! gitu loh! Kayak masukin jari telunjuk ke dalam mulut," ucap Jeje dengan mata melebar berapi-api.

"Ya nggak lah, nanti lo dibius dulu." Tangan kakang bergerak, kembali melanjutkan tontonannya.

"Kok lo tau banget sih? Cita-cita jadi dokter ya?" tanya Jeje.

Kakang menggeleng menanggapinya. "Iseng doang nyari ke google," jawabnya.

Keduanya kini kembali fokus pada layar laptop. Kakang dan Jeje kini ditinggal berdua di rumah, Esa kerja lembur, Nathan juga ke rumah Haikal. Sudah hampir pukul sembilan tapi kedua abangnya belum juga pulang.

"Pintu rumah dikunci kang?" tanya Jeje begitu mendengar suara ketukan pintu rumah.

"Dikunci, tapikan abang bawa kunci cadangan," jawab Abi, kini tubuhnya tiba-tiba saja menegang. "Kak Esa belum pulang, kakang nggak denger suara mobilnya."

"Terus? Itu siapa?" tanya Jeje tiba-tiba juga turut menegang.

Ada sedikit kejanggalan di sini, pertama, bel pintu rumah ada di dekat gerbang cukup jauh di depan sana. Kedua, tamu asing biasanya juga menekan bel di depan sana karena gerbang rumah yang selalu tertutup. Ketiga, ini bukan Joko, karena lima belas menit yang lalu kakang melihat isi story Instagram Joko yang sedang bersama teman sekelasnya.

Yang aneh lagi, sekarang pintu rumah diketuk semakin kencang dan brutal. Bahkan kakang yakin, itu bukan lagi suara ketukan, melainkan dobrakan.

Kakang kini berdiri dari posisi tengkurapnya membuat Jeje juga turut bangkit. Pemuda itu berjalan menuju jendela kamar Jeje untuk mengintip ada siapa di bawah sana.

"Je," panggil kakang panik segera menghampiri Jeje. "Sembunyi ya?"

"Kakang ih takut!" ucap Jeje.

"Kakang juga takut Je." Abian menghela napasnya panjang berusaha untuk tenang, kini menuntun Jeje menuju lemari.

"Bawa HP," katanya seraya memberikan ponsel Jeje kepada pemiliknya. Pemuda itu lalu memasukkan Jeje ke dalam lemari, menutup pintunya, dan menguncinya dari luar. "Dengerin kakang. Di luar ada orang jahat. Jeje telepon siapa aja, minta tolong ya? Bilangin nanti pas nolongin diem-diem aja."

"Kakang gimana?" tanya Jeje, suaranya bergetar udah nangis karena benar-benar takut.

Kakang mengintip dari celah-celah lemari yang memang model lemarinya ada celahnya. Pria itu diam sejenak, gatau juga kakang harus ke mana. "Pokoknya Jeje sembunyi, jangan berisik ya?" ucapnya segera berdiri dari posisi jongkok.

Pemuda itu menggigit bibir bawahnya yang bergetar.

Sejujurnya kakang pun amat takut dengan apa yang dihadapinya saat ini. Ada dua orang jahat membawa senjata tajam yang berusaha masuk ke dalam rumahnya di luar sana, dan otak kakang benar-benar nge-blank. Tidak bisa berpikir jernih di saat seperti ini.

Kakang melangkah cepat menuju meja belajar Jeje, mengambil cutter lalu ke luar kamar dan berniat bersembunyi di dalam kamarnya yang bertepatan dengan itu, pintu utama rumah berhasil di dobrak.


Para perampok itu berhasil memasuki rumah disaat kakang belum sempat bersembunyi.

♔♔♔

Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang