Abian melirik sekilas, lalu mengernyit sambil menggerakan bahunya. Mengganggu Jeje yang nempelin pipinya di bahu lebarnya sambil bengong liatin jalanan.
Langit mendung sore itu.
"Kenapa sih? Cemberut gitu?" tanya Abi.
Jeje hanya menghela napas menanggapinya. Masih terpikirkan ucapan Juan, kenapa pemuda itu bisa mengenal Risa? Terus, gimana kalo ternyata Juan bersekongkol sama Risa buat gangguin Jeje?
Jeje tiba-tiba saja merengek membayangkan jika hal itu terjadi.
"Lo kenapa anjir? Astagfirullah," ucap kakang, ia kemudian menghentikan motornya dan memanggil mang Asep.
Mang Asep datang segera membukakan gerbang. "Kunaon neng? Lemes kieu?" tanyanya.
"Tau nih mang, omelin aja!"
"Mang Asep huhu! Jeje nggak punya temen lagi!" rengeknya mengadu kepada mang Asep.
"Jeje digangguin???" tanya kakang panik yang dibalas gelengan kepala oleh Jeje. "Kenapa? Janji cerita pokoknya ya!"
Kemudian kakang segera kembali melajukan motornya memasuki halaman rumah, berhenti di garasi, dan membuka helmnya.
Jeje segera turun, juga membuka helmnya. Baru saja gadis itu hendak memberikan helmnya kepada Abian, sebuah bunyi panggilan dari ponsel Abian segera menahan pergerakannya.
Abian meraih ponselnya, menampilkan nama kontak 'Bu Dian' sedang memanggilnya, kemudian segera ia mengangkatnya.
"Wa'alaikumsalam, kenapa bu?" tanyanya.
"Kang, ini Sonia jatoh dari motor, kenapa ya? Anaknya nggak mau cerita."
Kakang spontan melotot terkejut mendengarnya. "Aduh kakang kurang tau bu, tadi pulangnya nggak bareng. Kakang sekarang ke sana ya bu."
Kemudian panggilan telepon pun berhenti sampai sana. Kakang segera memakai kembali helmnya.
"Ke mana?" tanya Jeje.
"Ke rumah Sonia, jatoh dari motor katanya," jawab kakang segera menyalakan mesin motornya. "Ikut nggak?"
"Ikut!" sahut Jeje, memasang kembali helmnya, ia segera kembali naik ke jok belakang motor Abian.
Motor itupun melaju meninggalkan kediaman Kusmawan.
♔♔♔
"Asslamualaikum...."
Jusuf yang semula sedang meniupi luka pada telapak tangan Sonia menoleh, menatap pada sosok Abi yang memasuki rumah dengan Jeje mengekori dibelakangnya.
Lalu pegangan tangan itu segera dilepaskan Sonia.
"Waalaikumsalam," sahut ibu. "Sini kang."
Kakang mendekat, duduk di samping Sonia yang tengkurap di atas karpet tebal. Bagian punggung samping dekat pinggangnya dilumuri obat rempah-rempah yang Abian sendiri gatau deh itu namanya apa, tapi baunya mirip kayak seblak. Hidung gadis itu terlihat memerah sisa-sisa menangis dengan bulu mata yang basah.
"Lo bikin panik tau nggak? Kok bisa kayak gini sih?" tanya Abian dengan wajah paniknya yang kentara.
"Ketabrak motor katanya Bi. Jadi pas ditikungan kan, motor yang dari arah berlawanan tuh tekor, terus udah jatuh duluan, motornya nyorolok nabrak motornya Sonia. Yaudah anaknya jatuh deh," jelas bu Dian.
Tangan Abi begerak, hendak meraih tangan Sonia. Tetapi gadis itu menghindar, segera menariknya dan meniupi telapak tangannya sendiri.
"Ini punggungnya nggak papa, bu?" tanya Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Acak"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_