79. Bikin Abian Bahagia

85 19 10
                                    

Tanggal 11 Desember 2018, sudah terhitung lima hari semenjak insiden kecelakaan yang menimpa Jeje, kakang, dan Esa. Hari Selasa, hari terakhir perbaikan nilai.

"Ini ges nilai biologi sama matematika, sisanya ga ada remedial. Yang nilai matematikanya di bawah KKM disuruh kerjain soal, soalnya udah dikirim ke group," ucap Theo siang itu, di depan kelas seraya menyimpan dua lembar kertas berisi nilai matematika dan biologi yang segera diserbu oleh para murid di kelas itu.

Sonia maju paling depan, segera melihat nilai dari si absen pertama; Abian Yusuf Yudhayana. Amat bersyukurnya Sonia adalah karena nilai Abian dan dirinya yang jauh di atas KKM.

"Son, matematika Abian paling gede. Biologinya elo," kata Theo membuat Sonia ternganga sejenak.

Nggak aneh sih kalo Abian dapet nilai paling tinggi karena memang pemuda itu otaknya beneran encer banget. Lah? Sonia? Kok bisa-bisanya ia mendapatkan nilai paling tinggi.

"Alhamdulillah," ucap Sonia pelan. "Berarti Abian aman ya, Yo? Nggak ada yang diremed?"

"Nggak ada," jawab Theo sembari menggelengkan kepalanya. "Keren ya, dia? Kayaknya bakal naik peringkat deh soalnya si Rama yang kemaren peringkat satu aja ada yang diremed."

"Aamiin deh," sahut Sonia, kini pandangannya menurun merasa sedih. Abian pasti bakal bahagia dan bangga banget kalo tau semua nilai-nilai ujian semester akhirnya pada jauh di atas KKM.

"Gimana kondisinya sekarang, Son?" tanya Theo, kini tangannya bergerak membuka karet dari tumpukan kertas undangan di tangannya. Ia kemudian memberikan dua undangan pengambilan rapot itu kepada Sonia. "Nitip buat orang tuanya Abian satu."

Sonia mengangguk segera menerimanya. "Kemarin abis dioperasi Theo, tadi pagi dapet kabar katanya Abian koma," ucap Sonia.

"Ya tuhan...." ujar Theo prihatin. "Emang parah banget ya, kecelakaannya? Katanya lo liat langsung?"

"Gue liat dari jauh sih, tapi emang Abian kebantingnya kenceng banget," balas Sonia, ia menghela napasnya. "Kadang serem nggak sih Yo, liat kuasa tuhan? Naik sepeda yang bisa dibilang resiko kecelakaannya kecil aja ternyata bisa nyampe separah itu."

"Betul Ni, nggak ada yang tau sama takdir tuhan," sahut Theo. "Makanya gue juga selalu usahain bawa helm dua tiap bawa motor, buat Jennie atau buat orang yang nebeng ke gue karena emang nggak pernah ada yang tau kan, nanti di jalan bakal kayak gimana? Abian juga nggak pake helm kan pas waktu itu?"

"Iya, lo so sweet banget deh by the way, beliin Jennie helm padahal Jennie nggak bisa naik motor," ucap Sonia menyebutkan nama pacar dari Theo yang memang sudah sejak lama hubungannya terkenal manis dan jadi couple idaman seantero sekolah.

Theo tertawa renyah mendengar itu. "Emang Abian nggak gitu Ni?"

"So sweet juga tapi dia tuh kadang selalu mendahulukan orang-orang yang dia sayang dulu baru dirinya sendiri. Jadi kadang dia tuh nggak sadar ngorbanin dirinya sendiri buat orang yang dia sayang," kata Sonia kini malah kelabasan curhat ke Theo. "Pas malem kan dia juga ngasihin helmnya ke Jeje, dia...."

Napas Sonia tercekat, tiba-tiba saja tertegun, hatinya perlahan terasa sesak saat menyadari sesuatu.

"Dia ngorbanin dirinya sendiri buat Jeje. Theo...." panggil Sonia, kepalanya menoleh ke arah Theo dengan air mata yang sudah membendung pada pelupuk matanya.

"Abian ngorbanin dirinya sendiri buat Jeje."

♔♔♔

"Assalamualaikun ateu!"

Dina yang semula sedang berbincang dengan Danish dan putranya menoleh, lalu tersenyum kepada Sonia yang langsung salim kepada tantenya itu, lalu kepada Danish, terakhir kepada Jake. Di belakang Sonia ada Dian dan mas Jo suaminya.

Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang