24. Merah

128 33 16
                                    

Tiga hari setelah hari pemakaman itu, keluarga dari Pangandaran kembali pulang. Abi dan Jeje juga kembali sekolah.

Begitu berjalan melewati pintu utama sekolah, Abi sudah mendapati Sherin yang sejak tadi menunggunya.

"Kak Abi... Sherin turut berdukacita," ucap Sherin. "Semoga Kak Abi selalu diberi kekuatan."

Abi mengangguk pelan. "Makasih do'anya," ujarnya datar lalu segera kembali melangkahkan kaki menuju ruang kelasnya.

Begitu memasuki kelas langsung disambut Nayla. "Abii kangen banget," ucapnya.

Abi hanya tersenyum dan segera melangkah menuju bangkunya. Jesya yang duduk di bangku belakang Abi menepuk pundaknya, membuat Abi segera menoleh untuk mendapati wajah lusuh gadis itu.

"Abi, maaf ya dua hari kemaren ga ikut tahlilan," ucap gadis itu.

"Iya gapapa Jes," sahut Abi.

Melihat keduanya yang tampak amat lusuh, Jusuf selaku teman sebangku Abi dan sahabat Jesya jadi turut merasa sedih. Suasana kelas juga jadi berasa banget sedihnya.

Abi yang masih berduka, Jesya yang juga entah kenapa akhir-akhir ini terlihat murung dan tak secerah biasanya. Jusuf pengen kayak dulu lagi tapi memang sepertinya butuh waktu.

Bahkan saat jam istirahat pun keduanya tampak diam saja di kelas, Jusuf akhirnya hanya berdua bersama Sonia menuju kantin. Saat ditawari buat nitip pun Abi hanya menggeleng tak menitip jajanan dan malah sibuk berkutat dengan latihan soalnya. Jesya juga hanya nitip air mineral, biasanya ia senang jajan ini itu sambil sesekali minta ditraktir.

Saat waktu pulang tiba pun keduanya masih sama seperti itu, Sonia sampai heran ini ada apa sih? Kalo Abian mungkin Sonia bisa mengerti jika dirinya masih berduka, tetap Jesya? Kenapa perempuan itu pun terlihat turut bersedih?

"Lo biasanya semangat pulang Jes, kok sekarang murung aja kenapa?" tanya Sonia saat membereskan buku-bukunya ke dalam ransel.

"Gapapa, cuma kurang tidur aja. Begadang, nonton drakor," jawab Jesya bohong. "Duluan, ya!" pamitnya kemudian melangkah dengan terburu-buru.

Sonia kemudian menoleh pada Abi yang kini beranjak dari duduknya.

"Ga bawain coklat Bi?" tanya Sonia.

Abi hanya menggeleng menanggapinya. "Duluan ya," ucapnya lalu segera melangkah meninggalkan Sonia bersama Jusuf.

Langit di luar mendung, seolah menambah suasana semakin terasa sedih.

Ia terus melangkah dengan kini sebelah tangannya merogoh ponsel pada saku celananya lalu mengirimkan pesan kepada Joko.

Abian
| jok
| bawa motor ga?
| jemput jeje dong

Joko
| gue ga bawa motor

Abian
| pake motor gue nih

Joko
| terus lo gimana?

Abian
| kuncinya dititipin ke Jusuf

Usai mendapat balasan itu, abi dengan sengaja mematikan ponselnya. Lalu setelah menitipkan kunci motor ke Jusuf, ia segera pergi sendiri entah ke mana.

Hilang tak bisa dihubungi.

♔♔♔


Sonia mengangkat kedua alisnya saat melihat seseorang dengan nama kontak 'Kak Esa' tiba-tiba menghubunginya.

Gadis yang baru saja hendak pulang dari membeli sebuah pembalut dan payung dari salah satu mini market pinggir jalan itu segera mengangkatnya.

"Ni?"

Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang