Namanya Anya Ayunda, seorang puan yang berhasil membuat seorang Esa jatuh cinta ampun-ampunan.
Esa sendiri bisa dibilang seorang laki-laki yang amat menjaga harga dirinya, tetapi kehadiran Anya membuat dirinya rela banting harga. Padahal, Anya bukan tipe perempuan yang cuek, dingin, dan susah untuk didekati. Anya malah orangnya amat baik, ramah pula, pintar, cantik, pokoknya paket komplit.
Yang kurang dari Anya itu hanya perempuan itu yang seringkali tidak enakan dan tak bisa mengungkap keinginannya bahkan kepada orangtuanya sendiri.
Kata Yogi, sepupunya Anya yang juga menjadi sahabat Esa, Anya itu amat penurut kepada orang tuanya. Segala tetek-bengek nya sudah diatur sedemikian rupa oleh sang bunda, mulai dari pendidikan sampai sekarang masalah perjodohan.
Iya, jodoh pun sudah diatur oleh sang bunda.
Dulu, Anya sempat mau dijodohin dengan mas Wiwi, tetapi karena waktu itu usia Anya yang masih bisa dibilang belum siap untuk kehidupan rumah tangga, akhirnya perjodohan itu ditunda.
Ditunda bukan dibatalkan yang artinya perjodohan itu bisa saja bisa dilaksanakan, terlebih sekarang mas Wiwi pun sudah kembali ke Indonesia.
Mas Wiwi sendiri adalah seorang pengusaha sukses. Latar belakang keluarganya pun bisa dibilang dari keluarga yang kaya raya dan juga amat suksesnya. Orangtuanya pebisnis besar yang juga sama suksesnya.
Segala yang diceritakan Yogi berhasil membuat Esa ciut.
"Gue aja kaget kok Anya bisa langsung jujur gitu ke elo."
Esa menghela napasnya, dengan pandangan menerawang balong di depannya. Sebuah pancingan di tangannya segera ia tarik begitu merasakan umpannya telah dimakan ikan.
Seekor ikan yang kesekian berhasil Esa dapatkan.
"Gue kok nggak tenang gini ya?" ucap Esa.
Yogi tidak langsung menyahuti, kini giliran dirinya yang mendapatkan seekor ikan.
"Ngapain takut sih? Si Anya udah jujur-jujuran gitu artinya dia percaya sama elo," sahut Yogi, kemudian menyimpan ikan di tangannya ke dalam ember.
"Ya tapi gue ga bisa kalo urusannya gini apalagi nyangkut perjodohan yang udah direncanain orang tuanya."
"Lo samperin lah orangtuanya, bilang mau seriusin Anya."
"Terus kalo orangtuanya tetep mau jodohin Anya, gimana?"
Yogi berdecak pelan mendengar tanya itu. Heran juga, ini yang katanya rela banting harga demi Anya? Baru denger Anya mau dijodohin aja udah ciut gini. "Lo belum juga usaha udah banyak takutnya ya? Tau gitu gue mending dukung Anya dijodohin sama si Wiwi."
"Brengsek!" umpat Esa kemudian segera beranjak dari posisi jongkoknya.
"Kemana?" tanya Yogi.
"Balik lah!" jawab Esa seadanya.
Yogi kemudian melihat ke arah ember di dekatnya yang berisi ikan hasil pancingannya. Masih terisi sedikit.
"Brengsek."
♔♔♔
Hembusan napas itu keluar dengan begitu beratnya, Jesya mendongak, menatap pada rintikan hujan di hadapannya.
Sudah pukul setengah sepuluh malam, tapi Jesya masih belum pulang.
Selalu seperti itu. Sekuat-kuatnya Jesya pasti ia punya titik lelahnya juga, lelah akan kenyataan bahwa kehidupannya telah berubah menjadi seperti ini. Maka dari itu Jesya seringkali kabur, sengaja pergi sendirian sampai larut malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_