"Terus, nggak jadi putus?"
Kakang menggeleng menanggapinya. Benar, kemarin kakang berhasil membujuk Sherin untuk mempertahankan hubungannya. Berhasil menenangkan Sherin dari segala hal yang membuat gadis itu merasa tidak percaya diri. Sherin juga udah minta maaf sama Jeje, yang walaupun Jeje nya masih merasa kesal tetapi syukurnya dimaafkan.
"Dah ah, mau berangkat!" kata Jeje sudah hendak beranjak dari duduknya di tepi tempat tidur Abian.
"Bentar-bentar! Kakang punya ide," tahan pemuda yang kini masih tiduran di tempat tidurnya dengan masih mengenakan pajamas motif dinosaurus nya. "Coba fotoin kakang pas lagi tiduran gini, terus dibikin SW pake caption apa ajalah pokoknya yang nunjukin kalo kakang hari ini nggak sekolah."
"Gamau ah, alay!"
"Eeeh! Udah buruan nurut aja!"
Jeje berdecak kesal, akhirnya mengeluarkan ponselnya. "Buat apa sih?" tanyanya, walau begitu segera menurut mulai memotret Abian yang langsung berpose pura-pura sakit parah.
"Buat ngetes si Juan, Jusuf, sama Joko, kira-kira ada yang peka nggak jemput ke sini?"
Jeje diam sejenak, mengernyit, lalu tersadar. "Iya juga ya," ucapnya sambil mulai mengirim status WhatsApp nya.
Dan ketiga orang itu langsung menontonnya. Dan yang bikin terkejut Jeje dan kakang adalah keberadaan Joko yang langsung ada, masuk ke kamar Abian.
Padahal belum ada semenit Joko menonton status WhatsApp Jeje.
"Heh! Anjrit cenayang lo ya?"
Joko mengedikkan bahunya mendengar seruan itu, ia terus melangkah menghampiri Abian dan menyimpan sebuah yogurt yang tadi pagi dibelinya di Indomaret.
"Kok cepet banget udah nyampe sini?" tanya Abian, bersama dengan Jeje masih melotot tak percaya melihat keberadaan Joko.
"Hah?" balas Joko malah bertanya bingung. "Oh... ngetes ya? Barusan gue liat SW Jeje pas naik tangga."
"Kok cepet banget?"
"Abis nganter si Teh Anya ke rumah A Yogi, yaudah sekalian aja mampir ke sini jengukin lo, katanya kemarin kambuh ya?" kata Joko. "Sekarang nggak sekolah? Jeje? Mau bareng?"
Jeje melirik kakang, seolah meminta pendapatnya.
"Ya terserah elu lah!" ujar kakang, membuat Jeje mengerucutkan bibirnya, bingung juga sebenarnya.
Gadis itu membuka mulutnya, sudah hendak mengucapkan suatu kalimat ketika teriakan Athan tiba-tiba saja memotongnya.
"JEJE?? INI ADA JUSUF SAMA JUAN NIH!"
Jeje menghela napasnya, berdecak sambil menatap kesal ke arah Abian sebelum akhirnya melangkah ke luar dari dalam kamar pemuda itu.
Gadis itu menuruni tangga yang diekori Joko di belakangnya. Ia mengembungkan pipinya, mengeluarkan udara di dalamnya, lalu melangkah memasuki ruang tamu yang di sana sudah ada Juan dan Jusuf lengkap dengan seragam putih abu-abunya.
"Nggak jadi dianter abang berarti ya?" tanya Nathan sambil tersenyum penuh arti, tanpa menunggu jawaban, ia melengos pergi dari sana.
Jeje merapatkan bibirnya, menatap ke arah Juan dan Jusuf, lalu Joko di belakangnya.
"Sini dong anjrit! Jangan misah sendiri, harus sama!" protes Jusuf, sambil melambaikan tangannya ke arah Joko.
Joko menurut saja menghampiri Juan dan Jusuf.
"Kalian mau ngapain ke sini?" tanya Jeje.
"Jemput Jeje," jawab Juan dan Jusuf secara bersamaan.
"Nganterin Teh Anya, sekalian jenguk Abian, terus jemput Jeje," jawab Joko beda sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_