Sudah terhitung satu hari semenjak kejadian Jeje yang pulang dengan keadaan basah kuyup, tetapi gadis itu tak kunjung jua bercerita ada apa pada papa.
Bahkan Jeje malah menyuruh jangan memberitahukan hal itu pada para abangnya.
"Mang, THR dong sebelum balik lagi ke Kalimantan."
Papa yang semula memperhatikan Jeje yang sedang tulis-tulisin telapak kaki Abi dengan pulpennya, kini menoleh, menatap pada Yasa si keponakannya.
"Lebaran masih lama Yas," ucap papa walau begitu segera merogoh dompet pada saku belakang celananya.
"Aasik mang, minta juga dong,", celetuk Bagas si adik laki-lakinya Yasa.
Siang ini di kediaman Kusmawan sedang banyak orang. Selain keempat anaknya, ada Yasa dan Bagas juga, lalu ada Anya yang sedang memasak ditemani Esa, ada Sonia yang lagi nahan Abi yang ketawa-ketawa geli karena telapak kakinya digambarin Jeje, dan ada dua adiknya Sonia, Silvina dan Surya yang lagi duduk santai sambil nonton televisi bersama Nathan.
"Kasih Sonia, Silvi, sama Surya juga ya," ucap papa seraya memberikan lima lembar uang seratus ribuan kepada Yasa.
"KORUP AH!" celetuk Yasa setelah pergi dari hadapan papa yang langsung mendapat seruan protes dari Sonia.
"PUNYA GUE!" sentak Sonia segera melepaskan pegangan tangannya yang menahan Abi, dan segera menghampiri Yasa.
Abi yang terbebas kini segera merebut paksa pulpen di tangan Jeje, lalu balas dendam dengan super brutal.
Sebelah tangannya bergerak menjepit leher Jeje, lalu sebelahnya lagi yang memegangi pulpen, segera mencoret-coretkannya ke muka Jeje.
"JANGAN DI MUKA IH! GA LUCU! KANG!!" protes Jeje seraya berusaha menjauhkan wajahnya dari pulpen.
"Diem dong aduh! Jadi nggak aesthetic gambarannya!" balas kakang.
Lalu Jeje segera menyikut perut Abi membuatnya terlepas dengan mudahnya.
"Nggak lucu!" protes Jeje sudah terlihat hendak menangis dan marah ketika Nathan tiba-tiba muncul di belakang Abi dan menahan pergerakan pemuda itu.
"Sini Je, bales coretin aja!" seru Nathan membuat Jeje tidak jadi menangis dan segera mencoret-coret wajah Abian.
"Pengeroyokan ini tidak diperbolehkan!" protes Abian sudah berusaha melepaskan diri ketika Yasa, Bagas, dan Sonia segera datang malah turut membantu Jeje.
"Gas, ambilin spidol Gas," ucap Yasa yang segera dituruti Bagas.
"Su! Lo ga boleh masak lagi mie di sini!" umpat Abian kini sebelah tangannya bergerak berusaha melepaskan tangan Nathan.
Tetapi tangan Sonia bergerak lebih cepat, menahan kedua pergelangan tangannya. "Di jidatnya Je, tulisin kambing!" usul Sonia.
Jeje dengan segera menuruti. Menyingkap poni Abian.
Abian tidak mau kalah dengan bergerak menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghindar, tetapi lagi-lagi kalah saat kedua tangan Yasa segera menahan kepalanya agar berhenti menggeleng.
Bagas datang tepat waktu, segera ia membuka spidol warna merahnya dan menggambar love pada bibir Abi.
"Anjing," umpat Abian. "Udahan dong! Nggak seru banget mainnya keroyokan!"
"Bentar, satu lagi," sahut Jeje. "Merem kang."
Abi menghela napas, yaudah deh pasrah aja.
"Jangan kasih kendor sih Je," celetuk Esa datang dari dapur bersama Anya yang baru saja selesai memasak churros.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_