Mata Abian memicing, menatap curiga pada Sonia dan Jusuf di hadapannya yang kini si laki-laki sedang mengepang rambut Sonia.
Sebenarnya, dari kejadian kemarin Abian sempat curiga karena Jusuf yang bertanya kepada Sonia pasal perasaan gadis itu kepada Abian. Tetapi dipikir-pikir lagi, mungkin memang Jusuf bertanya untuk memastikan hati Sonia bukan untuk siapa-siapa.
Tapi tetep aja rasanya ada yang ganjal.
"Kak Abi?"
Abian tersentak, segera tersadar dari lamunannya saat Sherin tiba-tiba menyodorkan sendok ke hadapannya.
Pemuda itu kemudian segera membuka mulutnya, menerima suapan dessert box dari Sherin.
Malam ini, tanggal 18 Agustus, kediaman Kusmawan ramai didatangi the bujangs, ada mbak Anya, juga Sherin.
"Eh? Ini enak banget dong? Sherin nggak ada niatan jualan gitu? Enak loh ini!" seru Anya amat excited, kepalanya bergerak-gerak, sebuah kebiasaan yang sejak kecil sering ia lakukan setiap kali memakan makanan yang enak.
Tadi siang Sherin memang sudah menyiapkan beberapa dessert box untuk dimakan bersama-sama pada malam harinya, eh... nggak nyangka ternyata pada suka.
"Waah makasih kak, kalo jualan masih belum berani nih," sahut Sherin.
"Kenapa ga berani? Nanti aku bantu promosiin deh!" celetuk Abi. "Serius Rin, ini enak banget."
"Mau nyoba dong!" ucap Jeje, tiba-tiba meloncat menghampiri Abian.
"Itu ambil aja Je," balas Sherin sambil menunjuk beberapa kotak dessert box di atas meja.
Jeje menoleh, bertepatan dengan itu terlihat Haikal dan Joko yang mengambil dessert box buatan Sherin. "Neng Sherin, ditampi nya," kata Haikal.
"Rin, minta ya!" ucap Joko, turut mengambil dan setelahnya segera meloncat ke arah belakang untuk bergabung bersama Yogi, Nathan, dan Haikal.
Jeje memajukan bibir bawahnya melihat itu, kemudian kembali menghadap ke arah Abian. "Nyoba dulu punya kakang," katanya.
"Dih? Ga mau. Ambil aja sendiri," tolak Abian.
"Kakang ih!"
"Ambil aja ish!"
"By the way, kang... kata Cintya, Jeje sama Juan—"
"Ga penting! Ga mau denger!" potong Abian sambil menutup kedua kupingnya. Anti banget sama yang namanya Juan.
"Makanya minta!"
"Gamau!"
"KATA CINTYA, JEJE MIRIP JUAN LOH!" teriak Jeje sambil setengah bangkit untuk mendekatkan mulutnya ke kuping kakang.
Membuat kakang menjauhkan badannya untuk menghindari Jeje dan berakhir tubuhnya mepet ke Sherin yang senyum-senyum aja liat kegaduhan Abian dan Jeje.
"JEJE MIRIP JUAN! JEJE MIRIP JUAN! JEJE MIRIP JUAN! JEJE MIRIP JUAN! JEJE MIRIP JUAAAANNNN!!!!" teriak Jeje semakin menjadi-jadi.
"NGGAK ADA! JEJE NGGAK MIRIP JUAAANNN! KATA NENEK AJA JEJE TUH MIRIPNYA SAMA KAKANG! JEJE NGGAK MIRIP JUAANNN!" balas Abian tak kalah kencangnya.
"Mirip loh! Kemarin abis selfie, nih ya, Jeje tunjukin fotonya," kata Jeje sambil hendak menunjukkan foto pada ponselnya. Tetapi ponsel itu segera Abian rebut.
Pemuda itu mendekat, menempelkan pipinya dengan pipi Jeje. "Liat Rin, mirip kan ya? Sama-sama punya karang di pipi juga," ujar Abian, meminta pendapat kepada Sherin dengan besar harapan gadis itu akan mengiyakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Random"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_