Esa menghela napasnya berat. Tampilannya amat berantakan, kantung matanya besar dan bola matanya memerah karena setelah kejadian kecelakaan itu, ia tak pernah bisa tidur lagi.
Pukul satu malam hari, Esa datang ke rumah sakit. Selalu seperti itu setiap harinya. Esa tidak siap melihat mamanya, Nathan, Sonia, Jusuf, Joko, dan orang-orang terdekat kakang juga Jeje sehingga dirinya kerap kali datang untuk melihat kedua adiknya saat semua sudah terlelap.
Ia melangkah, memasuki ruang rawat Jeje dan mendapati mamanya yang tertidur di sofa ditemani om Danish, juga ada Joko yang tertidur duduk di kursi samping Jeje.
Esa kemudian melangkah, ke sisi lain brangkar Jeje. Mengusapi tangan si bungsu seraya berucap dengan amat pelan dan lirih. "Maaf... Esa minta maaf."
Air matanya terjatuh, melewati sebelah pipinya, segera ia menghapusnya. Sebuah pergerakan yang entah bagaimana bisa membangunkan tidurnya Joko.
Pemuda itu melenguh pelan, mengucek sebelah matanya dengan pandangan yang masih terlihat buram. Ia mengernyit, tidak ada siapa-siapa di depannya.
Padahal jelas sekali ia mendengar suara isakan tangis seseorang.
Joko kini menoleh ke arah belakang, melihat seseorang yang baru saja keluar melewati pintu ruang rawat Jeje.
Walau tak sempat melihat wajahnya, tetapi Joko tau siapa orang tersebut bahkan hanya dilihat dari perawakannya.
Itu Esa. Orang yang ia dengar isakan tangisnya juga Esa.
♔♔♔
Esa pernah mendengar sebuah ucapan yang mengatakan bahwasannya orang baik itu disayang tuhan, oleh karena itu orang baik seringkali lebih cepat diambil kembali oleh tuhan
Abian, adalah salah satu orang paling baik yang pernah Esa temui. Sebuah kebaikan yang justru kini menjadi sebuah ketakutan terbesar bagi Esa. Bahkan saat ini, rasanya amat berat sekali kaki Esa melangkah melewati lorong rumah sakit yang sudah sepi itu, melangkah menuju ruang ICU tempat dimana kakang di rawat secara intensif.
Esa yang semula menunduk, kini mengangkat kepalanya. Langkahnya terhenti begitu melihat Jesya yang tertidur di samping Nathan sambil bersandar kepada pundak pemuda itu, Nathan juga sama tertidur dengan bersandar kepada kepala Jesya. Di seberangnya ada Jusuf yang tertidur dengan kepala menunduk dan di sebelah Jusuf ada Sonia yang menunduk dengan mata yang terpejam sambil merapalkan do'a dengan sungguh-sungguh. Begitu khusyuk sampai-sampai tidak menyadari keberadaan Esa.
Esa lalu membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah kaca besar yang menjadi pembatas untuk ruangan ICU yang ditempati kakang. Terlihat dari tempat Esa, kakang yang terlelap dengan alat-alat yang membantunya untuk tetap bertahan hidup.
Tadi, tepat pada pukul 11.45 malam, kakang telah selesai dioperasi. Syukurnya operasi berjalan lancar walau kini, tidak ada yang tahu kapan Abian akan bangun kembali.
Abian masih dalam keadaan kritis pasca operasi.
Tanpa Esa sadari, sejak tadi ada seorang gadis yang diam-diam bangun dari tidurnya. Jesya menggerakkan kepalanya dan baru sadar Nathan bersandar pada kepalanya membuat pemuda itu juga turut terbangun.
"Kenapa Jes?" tanya Nathan dengan suara seraknya khas orang baru bangun tidur.
Jesya menggerakkan kepalanya, menunjuk Esa dengan dagunya. Posisi Esa kini membelakanginya dan cukup jauh dari posisi Jesya dan Nathan, sehingga si sulung tak menyadari pergerakan kedua orang itu.
"Jesya kasian sama Kak Esa," ucap Jesya dengan suaranya yang pelan. "Dia pasti ngerasa bersalah banget."
Jesya kini menunduk saat dirasa matanya mulai memanas membuat Nathan segera merengkuhnya.
"Jesya keinget Jean," kata gadis itu dengan suaranya yang perlahan mulai bergetar. "Apalagi kondisi Jean waktu itu, sama banget kayak Jeje. Tulang rusuknya patah nyampe neken paru-paru gara-gara ditendang bapak."
Kini isak tangis Jesya mulai terdengar pelan. "Jesya waktu itu pura-pura tidur biar nggak dipukulin bapak. Jesya nggak ngelindungin Jean, Jesya ngerasa bersalah banget."
"Sshh... gapapa-gapapa...." ujar Nathan sembari mengusapi punggung Jesya yang emosinya memang sedang tidak stabil akhir-akhir ini.
"Jesya nggak bisa bayangin, segimana merasa bersalahnya Kak Esa sekarang," kata Jesya, kini tangisannya semakin tak terkendali dengan dada yang perlahan terasa sesak sampai Jesya terbatuk-batuk.
Nathan segera melepas pelukannya, kini mengusapi kedua tangan Jesya berusaha menenangkan. "Hei it's okay, ada Athan di sini, sshh... gapapa. Tarik napasnya Jes, keluarin pelan-pelan, gapapa-gapapa."
Dirasa sudah mulai tenang, Athan segera mendekat dan dengan hati-hati memeluk gadis itu.
"Bang Athan... Jesya pengen Abi sama Jeje sehat lagi."
"Aamiin, do'ain ya? Athan juga pengen mereka sehat lagi."
"Aamiin," gumam Jesya setengah sadar karena kini rasa kantuknya kembali menyelimuti dirinya. Perlahan, ia kembali tertidur dalam dekapan Nathan.
Nathan dengan lembut dan sabarnya mengusapi Jesya, berusaha membuat gadisnya itu merasa nyaman.
Nathan kini menoleh, melihat pada Esa yang masih berdiri melihat kakang. Nathan jarang sekali bertemu Esa akhir-akhir ini, kakak satu-satunya itu bahkan sulit untuk dicari dan ditemui. Awalnya, Nathan sempat marah karena merasa Esa tak punya hati sampai tak pernah mengunjungi rumah sakit.
Tetapi malam ini, begitu melihat Esa yang terus berdiri melihat kakang tanpa bergerak atau berkeinginan untuk duduk sedikit pun, Athan akhirnya menyadari bahwa mungkin penyebab Esa jarang ada di rumah sakit pada siang hari adalah karena perasaan bersalahnya yang amat dalam. Mungkin Esa merasa tak punya malu jika menunjukkan dirinya di depan banyak orang sehingga laki-laki itu selalu datang pada larut malam disaat orang lain sudah terlelap.
Esa juga mungkin tak ingin menunjukkan sisi rapuhnya, Esa selalu tegar selama ini. Ia bahkan berani bertanggung jawab serta membiayai pengobatan kedua adiknya. Tetapi Esa akan amat rapuh setiap kali melihat kedua adiknya yang sampai saat ini belum sadarkan diri, oleh karenanya pria itu selalu datang pada larut malam, disaat yang lain sudah terlelap sehingga tak seorang pun dapat melihat sisi rapuhnya.
Ini semua salah Esa, sudah sepantasnya ia menanggung akibatnya sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.