Jesya melangkah, memasuki rumah dengan mengendap-ngendap. Pukul setengah sembilan malam ia pulang. Ada ibu menunggunya di ruang tamu dengan wajah penuh khawatir.
"Jesya, alhamdulillah..." ucap ibu, Jesya membuka mulutnya sudah hendak menanyakan bapak, tetapi ibu segera memotongnya. "Bapak belum pulang, masuk kamar ya? Kunci pintunya."
Jesya menurut, segera memasuki kamar dan mengunci pintu kamarnya. Ia menghela napasnya lega, kemudia segera tersenyum dan menjerit tertahan sambil mulai mengirimi pesan kepada Abian.
Jesya
| Abang lo!!!!!
|abang lo bilang suka sama gue><Abian
|YANG BENER LO ANJRIT???Jesya
|BENER ANJRITT GUE SALTING BANGET SETAANNNN><
|BANG NATHAN PLEASE BE MINE><Abian
|anjrit tolol kirain udah pacaran><Jesya tersentak kaget mendengar suara gebrakan pintu rumah. Tubuhnya sedikit bergetar ketakutan, tetapi kemudian ia menghela napasnya berusaha untuk tidak peduli.
Jesya ingin menikmati malam minggunya untuk kali ini saja, tolong jangan dihancurkan ya? Semesta, Jesya mohon.
Tetapi rupanya malam itu, bapak sedang kalut. Mabuk berat karena kalah dalam judinya. Rugi nanyak. Bapak murka, bapak marah.
Bapak tak bisa mengendalikan diri.
Abian
|kenapa belum jadian deh Jes?"JESYA ANAK BANGSAT!"
Tubuh Jesya bergetar hebat mendengar teriakan itu. Matanya terpejam dengan napas yang perlahan terasa memberat.
"MANA ANAK BANGSAT ITU?!"
"BAPAK!! JANGAN PAK! JANGAN GANGGU ANAK-ANAK!" teriak ibu seraya memukul-mukul pintu yang Jesya yakini sang ibu telah dikunci di dalam kamarnya oleh bapak.
"KELUAR LO ANAK BANGSAT!"
Tangan bergetar Jesya bergerak, menyalakan fitur voice note pada ponselnya. Ia memejamkan matanya berharap Tuhan menolongnya. Gadis itu menghela napasnya panjang sebelum akhirnya bersuara untuk mengirimkan voice note.
"Gatau kenapa deh Bi, meskipun Bang Nathan udah confess gitu, tapi gue masih ngerasa susah buat menggapai dia." Tubuh Jesya semakin bergetar begitu mendengar dobrakan pada pintu kamarnya.
Abian
|nggak gitu kok Jes, lo udah sejauh ini
|gue yakin nathan ga bakal berani main-main sama loJesya menutup mulutnya, berusaha menahan suara tangisannya. Sementara itu matanya sudah berair, meneteskan air matanya. Ia meneguk ludahnya, lalu kembali mengirimkan sebuah voice note. "Abang lo tuh...." ucapan Jesya terhenti, suaranya bergetar semakin ketakutan. Ia menghela napasnya, mengucapkan sebuah kalimat dengan suara bergetarnya sebelum pintu itu berhasil didobrak oleh sang bapak.
"Dia itu bagai puisi, terlalu indah buat Jesya dapatkan."
♔♔♔
"Abang lo tuh...."
Abian mengernyit, saat samar telinganya mendengar suara gebrakan diseberang sana.
"Dia itu bagai puisi, terlalu indah buat Jesya dapatkan."
Abian merasa, cukup itu yang hendak Jesya sampaikan. Tapi menitan pada VN itu masih panjang. Kini, ia justru mendengar suara pintu yang berhasil didobrak serta suara teriakan seorang laki-laki.
"Anak bangsat!" begitu bunyi umpatannya yang segera disusul oleh jeritan Jesya.
Terdengar suara gebrakan-gebrakan serta pukulan-pukulan dari seberang sana, belum lagi suara seorang pria yang membentak marah dengan umpatan-umpatan kasarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Princess
Casuale"Our princess," begitu katanya abang. Tapi Jeje nggak pernah ngerasa diperlakukan seperti princess oleh ketiga kakak laki-lakinya. ⚠️⚠️⚠️ tw // abusive tw // mention of bullying tw // harsh word Copyright © 2021, faystark_