40. Diajarin Jadi Reog

134 40 5
                                    

"Gue yakin banget deh anjrit! Itu Kak Sonia sama Kak Abi ada apa-apa!"

Jeje yang sedang menyedot es teh manisnya melirik pada Cintya di sisinya yang sibuk memperhatikan Sonia dan Abi di meja lain kantin siang itu.

"Bener anjir! Lo harus percaya, motivasi gue masuk sekolah ini tuh buat mata-matain mereka anjir!" sahut Sendi, sukses bikin Jeje terbatuk-batuk.

Juan di sisi lain segera mengusapi punggungnya. "Minum lagi nih, pelan-pelan."

"Terus kalo ternyata mereka nggak ada apa-apa gimana?" tanya Sakura.

"Gapapa Kur, yang penting
mayan pernah satu sekolah sama seleb," jawab Ujang.

"Lo dari kemarin bahasanya mayan seleb-mayan seleb mulu deh perasaan?" celetuk Reno.

"Ya emang kenapa sih? Suka-suka gue lah!"

"Selain karena sekolahnya bagus, alasan gue masuk sekolah ini juga emang pengen jadi dispatch-nya Sobi sih, duh anjir liat tuh diusapin kepalanya!" ucap Suci menggebu-gebu.

Jeje menoleh ke arah belakang, mendapati Abian yang menidurkan kepalanya di atas meja kantin sembari diusapi oleh Sonia.

"Kak Abi kenapa deh itu pipinya merah-merah?" tanya Cintya.

"Alergi udang," jawab Jeje tanpa sadar.

Tapi untung saja teman-temannya juga tidak ada yang menyadari dan curiga.

Bel pertanda istirahat selesai berbunyi, para anak kelas sepuluh dengan cepat kembali ke kelasnya masing-masing.

Hari ini adalah hari terakhir MPLS, dan sejauh ini orang-orang di kelas juga di luar kelas Jeje belum ada yang mengetahui jika perempuan itu adalah adiknya Abian.

Semuanya berjalan dengan lancar hingga saat para pembimbing itu masuk, sesuatu terjadi.

Jeje mengangkat sebelah tangannya. "Kak, boleh permisi ke toilet nggak?" tanyanya memberanikan diri.

"Iya boleh dong!" sahut Joan.

Lalu Jeje---yang memang sejak saat SMP apa-apa selalu sendiri---segera pergi menuju toilet dengan langkah tergesa. Sendirian.

Perempuan itu memasuki bilik toilet paling ujung, menutupnya dan menguncinya.


Dan di sanalah sesuatu terjadi.

♔♔♔

Cintya meringis pelan dengan kaki terlipat berusaha menahan keinginannya untuk pipis. Niatnya menunggu sampai Jeje kembali baru ia akan izin ke toilet.

Tapi Jeje nggak balik-balik.

"Anjing!" umpat Cintya pelan, akhirnya mengangkat sebelah tangannya. "Kak izin ke toilet dong! Udah nggak kuat!"

"Sendirian tapi ya!"

"Iya!" sahut Cintya akhirnya melangkah dengan cepat ke luar dari dalam kelas.

Ia melangkah, memasuki toilet terdekat dan terkejut bukan main saat melihat Jeje yang berjongkok sambil menangis sesenggukan seraya ditenangkan oleh Sonia dan Jesya.

"Je? Kenapa?" tanya Cintya, tetapi kemudian mengernyit tak bisa menahan lagi hasrat ingin pipisnya. "Aduh bentar ya, mau pipis dulu!"

Cintya melangkah, hampir saja memasuki bilik toilet paling ujung jika saja Jesya tidak segera menahannya. "Jangan yang itu dek! Pintunya rusak."

"Oh iya, makasih kak!" ucap Cintya kemudian segera memasuki bilik toilet yang lain.

Ia menghela napasnya lega begitu pipisnya keluar, samar ia mendengar percakapan Sonia dan temannya.

Our PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang