"baik anak-anak hari ini kelas kita kedatangan murid baru," ujar Bu Nanik yang baru masuk tanpa assalamu'alaikum seperti biasa.
"HAH??!!" Kaget satu kelas menatap Bu Nanik yang tidak seperti biasanya. Ada yang lagi duduk di atas meja dan lupa cara turun seperti apa, yang lagi makan cilok tapi gak jadi, ada yang mau buang sampah tapi malah di masukkan ke kantong baju.
Sungguh dasyat perubahan mu Bu..
"HEH, KAMU TURUN! NGAPAIN DUDUK DI ATAS MEJA?"
"UDAH GANTI MEJA KAMU JADI KURSI?" Lanjut Bu Nanik mengomel pagi-pagi.
"Duduk woi, malah bengong!" Kata ketua kelas memberi instruksi. Bukan apa apa XI IPA 3 saat ini di landa kaget dadakan. Sosok Bu Nanik sangatlah berbeda hari ini.
"Kayaknya ini bukan Bu Nanik deh.." ujar salah satu cewek berkacamata berbicara pada temannya.
"Bukan gimana maksud lo?"
"Lo gak inget waktu pertama kali Bu Nanik jadi wali kelas kita. Dia itu selalu ngajarin kalau masuk pakai salam. Lah ini apa? Salam nya udah ganti jadi 'baik anak-anak hari ini kelas kita ada murid baru' gitu?" Ujar gadis berkacamata itu dengan nada bisik bisik.
"Nak, mari masuk." Ujar Bu Nanik pada seorang siswi yang sedari tadi menunggu di luar.
"Halo semuanya" ujar gadis dengan bandul gelang Angsa berwarna merah serta rambut yang panjang tergerai indah.
"Kenalin nama saya Sekar, pindahan dari Bandung." Ujar Sekar sambil tersenyum di akhir kalimatnya.
"Mungkin dari kelas ini sebelumnya sudah ada yang pernah bertemu Sekar?" Tanya Bu Nanik misterius namun berharap jawaban 'iya' datang dari muridnya.
"Sa-saya Bu.." jawab siswi berambut pendek ala gadis Korea.
Sekar langsung tersenyum kala melihat teman barunya itu, "elo kan yang waktu itu ikut olimpiade matematika di Bandung?"
"Gue Dea, perwakilan SMA Mandala waktu itu." Ujar nya dengan suara yakin dan tersirat bangga pernah mewakilkan sekolahnya di olimpiade Nasional.
"Ah iya.. nama lo Dea. Gak nyangka ya kita ketemu lagi," kata Sekar begitu senang. Pasal nya dulu Dea pernah menolong Sekar waktu gadis itu lupa membawa buku catatannya, dan dengan senang hati Dea meminjamkan buku miliknya dan belajar bersama.
Senyum sumringah dari Sekar membius seluruh tatapan terutama kaum Adam yang ada dikelas nya.
"Ya sudah, kalau begitu kamu duduk di samping Dea, ya. Kebetulan Dea duduk sendiri," ujar Bu Nanik.
"Makasih Bu," jawab Sekar sopan.
***
"Teguh.. Teguh! Kamu lagi, kamu lagi!"
"Aksara pak," koreksi cowok itu saat guru kurus bermuka setengah tua ini berdiri dihadapannya dengan ekspresi sangat kesal.
"Kamu manggil dia siapa?" Tanya pak Wanto pada laki-laki di samping Aksara-Yugo.
"Teguh, pak." Jawab Yugo.
Yugo memang senang memanggil Aksara dengan sebutan Teguh karena memang sikap cowok itulah yang selalu sama dengan perkataannya. Aksara yang terkenal selalu memegang teguh setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Hingga sebutan tersebut diketahui oleh seluruh warga sekolah.
"Gue tendang lo habis ini!" Sarkas Aksara.
"Becanda gue, Guh eh maksud gue Aksara" ujar Yugo cepat sambil nyengir di samping Aksara.
"Kemarin cabut, mecahin jendela sekolah, ngunci anak perempuan di toilet, coret-coret dinding kamar mandi, sekarang merokok. Kamu kira ini sekolah punya kamu?!" Ujar pak Wanto emosi dihadapan Aksara.
Aksara dan Yugo hanya diam saja ditempatnya berdiri. Cuaca sedang panas panasnya saat ini, keringat mengalir membasahi pelipis Aksara membuat cowok itu mengusapnya menggunakan jemarinya yang besar.
Plak!
Pak Wanto memukul tangan kiri Aksara membuat laki-laki itu kaget.
"Ini lagi apa!" Kata pak Wanto menunjuk jari kelingking Aksara, "pakai pakai cincin karet, udah kayak preman aja! Kalian ini anak SMA bukan preman pasar, terutama kamu Aksara. Lepaskan cincin itu!"
"Kan cincin saya gak ganggu, pak" jawab Aksara tapi tak urung melepaskan cincin nya sebelum urusan bertambah panjang.
"Kalian berdua, bersihkan seluruh lingkungan sekolah ini. CEPAT!" Teriak pak Wanto di lapangan basket.
"IYA PAK!"
"SIAP PAK!" Jawab Aksara dan Yugo tak kalah keras.
Bugh!
"Akh.. anjing!" Umpat Yugo yang sudah terjatuh di lantai lapangan yang panas.
"Apa lo!" Tantang Aksara menatap Yugo di bawahnya.
"TEGUH!" Umpat Yugo lalu berlari sebelum Aksara berhasil menangkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...