Di taman gedung kesenian kota Jakarta banyak tersedia kursi panjang berwarna putih untuk tempat duduk siapapun yang sekadar berkunjung ataupun ada keperluan di gedung itu. Ada beberapa pohon yang tumbuh dengan rindang menambah kesejukan serta bunga-bunga yang mekar membuat tempat menjadi jauh lebih indah.
Taman gedung kesenian Jakarta berada di depan yang tak jauh dari gerbang masuk sekitar 20 meter.
Anak tari Megol-Megol sudah pulang bersama jemputan mereka masing-masing. Tadinya Mbak menawarkan kepada anak didiknya untuk pulang menggunakan mobil sekolah. Tapi mereka lebih memilih pulang sendiri.
Di bangku taman sudah ada Sekar dan Dea yang duduk berdua menunggu jemputan mereka tiba.
"Gue gak nyangka, Kar sekolah kita bakalan menang!!" Ucap Dea antusias masih tidak menyangka dengan pencapaian mereka yang bisa di bilang luar biasa.
"Sama, De. Tadi gue sama yang lain itu deg-degan banget. Mbak sampai kayak benar-benar panik," sambung Sekar menceritakan.
"Apalagi waktu juri minta penjelasan gerakan itu. Mbak nyuruh Lala tapi dia gak bisa, Destin juga sama. Amelia sama Keyla juga gak ada yang bisa."
"Tapi untungnya ada elo, Kar," sahut Dea. "Makasih ya, Kar. Karena lo sekolah kita menang. Gue bener-bener gak kepikiran soal nilai kita yang seri. Tapi lo hebat sih, bisa jawab pertanyaan dewan juri," puji Dea.
"Pasti lo udah belajar dari sekolah lo yang di Bandung kan? Makanya bisa jawab," tebak Dea.
Sekar lantas menggeleng kuat. "Enggak tau. Gue malah gak pernah pelajari soal yang kayak begituan. Ya sistem ekskul tari di Bandung juga gak jauh beda dengan yang Mbak ajarkan. Kebanyakan lebih fokus ke gerakannya."
"Terus lo tau dari mana, Sekar? Udah deh lo gak usah bohong sama gue!"
"Gue gak bohong, Dea. Tadi pas yang lain pada panik. Kan kita semua pegang hp. Ya udah gue manfaatkan aja kesempatan yang ada. Gue gak mau buat lo kecewa apalagi Mbak."
"Aaaaa.. Sekar. Lo sweet banget sih," sahut Dea terharu. "Jadi sayang kan gue."
"Gue udah bertekad bakalan sungguh-sungguh dan serius. Karena gue juga tau. Lo sampai rela mengorbankan jabatan lo sendiri di depan, Mbak. Itu pasti gak mudah, Dea. Lo hebat bisa sampai seberani itu!" Puji Sekar dengan tulus.
"Asal lo tau ya, Kar. Tadi di atas panggung gue panik banget sumpah! Si Ara langsung ngeliat ke gue. Dalam hati gue yakin kalau dia juga gak bisa jawab. Gue juga gak pernah tuh sampai kepikiran dewan juri bakal nanya sampai se-detail itu," ungkap Dea mengungkapkan perasaannya.
"Di panggung tadi gue bener-bener udah pasrah. Gue gak tau. Sebenarnya gue tau sih, tapi kan setiap gerakan ada namanya. Gak mungkin gue nyebutnya gerakan berputar lalu tangan di bengkokkan. Yang ada malah dewan jurinya yang bingung," lanjut Dea.
"Gue berharap banget salah satu diantara kita ada yang bisa jawab. Dan beruntungnya itu ada lo. Gak sia-sia gue mohon-mohon sama lo kemarin, Kar! Hahaha."
Sekar dan Dea tertawa bersama mengingat kejadian yang lalu. Dea yang datang memohon padanya serta Sekar yang berada diambang kebingungan.
"Tapi harus gue akui sih, SMA Gunda keren banget. Sampai bisa seri gitu sama sekolah kita," ungkap Sekar memuji rival nya itu.
"Kesel banget deh gue, sama sih Ara. Belum apa-apa udah sombong duluan!" Ketus Dea.
"Dan hasilnya apa? Mereka kalahkan!"
Sekar mengangguk setuju. "Gue gak kebayang kalau Lala ngamuk bakalan kayak apa ya tadi?" Tanya Sekar menerawang.
"Lala kalau ngamuk ngeri banget, Sekar! Lo sih gak tau. Walaupun dia alay dan Fangirl gitu. Tapi kalau udah ngamuk, beeeeuuuhhhh! Jambak-jambakan ujung-ujungnya dia yang nangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...