Hari ini Sekar sudah berada di lantai bawah mall dimana khusus untuk tempat makan dan kafe sekadar bersantai. Gadis itu duduk disudut kafe dengan segelas kopi dan sepotong red Velvet cake. Sedari tadi Sekar menatap panggilan yang terhubung dilayar ponselnya. Hanya terhubung tapi belum ada jawaban dari belahan dunia yang jauh tempat orangtuanya berada.
Keberadaan Sekar di mall ini bukan tanpa alasan. Ia ingin memberi ruang bagi dirinya sendiri atau me time, sekaligus memberikan self reward atas pencapaian yang amat luar biasa bagi dirinya semenjak pindah ke Jakarta.
Kepindahannya tanpa diketahui orangtuanya, masuk di sekolah ternama Jakarta, menjadi murid baru dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru serta tantangan yang pastinya lebih besar, ditambah dirinya harus menjadi bagian ekskul tari yang akan tampil dalam hitungan hari lagi. Semuanya tidak mudah untuk Sekar. Harus belajar dan mengimbangi teman-teman sekelasnya. Ia benar-benar berusaha keras selama sebulan ini.
Lama Sekar termenung panggilan masih belum terjawab. Sedang apa orangtuanya disana? Apakah mereka tidak ingin tahu prestasi yang berhasil Sekar peroleh hari ini? Jujur dalam hati gadis itu berharap. Kemenangannya hari ini bisa menjadi alasan orangtuanya kembali walau hanya sebentar.
Gadis itu menghela nafas. Menyeruput kopinya lalu melirik pada sepotong cake tanpa minat. Gadis itu memanggil seorang pelayan untuk memesan satu minuman lagi. Ternyata kopi tidak begitu membantu dalam me time nya kali ini.
"Hot chocolate nya satu, mas."
Sekar mencoba menghubungi sekali lagi. Kali ini ke nomor Mamanya. Harap-harap Mamanya itu akan menjawab teleponnya.
Satu panggilan tidak terjawab. Tiba-tiba saja gadis itu mendapatkan notifikasi satu postingan baru dari akun Mamanya.
Buru-buru gadis itu melihatnya. Swafoto mesra sepasang suami-istri sedang berciuman di salah satu kota yang terkenal di Swiss—World Economic Forum (WEF) julukan untuk kota Davos. Mengenakan pakaian musim dingin lengkap. Tampaknya orangtuanya sedang bermain ski dimana kota Davos terkenal dengan resort ski nya.
Pantas saja orangtuanya tidak menjawab teleponnya. Pelayan kafe tadi datang membawa pesanan Sekar. Sebelum mengetik pesan gadis itu menyempatkan menyeruput hot chocolate nya.
To: Mr. Alantra
Pa, sekolah Sekar menang di lomba tari dan akan mewakili kota Jakarta. Kemarin Sekar jawab pertanyaan juri yang sebenarnya diperuntukkan untuk ketua tarinya tapi ketua tarinya gak bisa jawab, Pa. Jadi Sekar yang jawab. Sekar hebat kan, Pa? Anak baru tapi udh bisa buat sekolah bangga dan menang. Anak siapa dulu. Mr. Alantra<3!
Sekar kangen kalian. Untuk kesekian kalinya Sekar bawa kemenangan untuk kalian. Pulang, Pa. I really miss you! Mana janji Papa? You lied, Dad :(Sekar menyeruput sekali lagi hot chocolate nya. Lalu berkemas untuk menaiki lantai selanjutnya menuju toko buku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...