48. PERLAHAN MENURUN

659 52 0
                                    

Hampir dua Minggu terakhir Yugo memperhatikan Aksara yang semakin hari semakin dekat dengan Sekar. Hal itu tentu membuat Yugo merasa senang. Senang karena sahabatnya bisa membuka hati kepada gadis lain. Tak hanya itu saja, Yugo kerap kali melihat aksara dengan wajah berbinar seperti bersama Alsya dulu.

Tapi, ada satu hal yang kini lebih besar mengganjal pikiran Yugo. Sebagai sahabat yang baik, Yugo memiliki tugas untuk mengingatkan Aksara akan tujuan awal cowok tersebut. Yugo tak ingin bila Aksara kembali di hadapkan dengan rasa kecewa yang di ciptakan sendiri oleh Aksara.

"Ngapa lo?" tanya Aksara menyenggol pelan lutut Yugo yang sedang duduk bersandar memegang sebuah novel yang telah terbaca habis.

Yugo menatap Aksara sekilas guna meyakinkan perasaannya. Lalu Yugo meletakkan novel di atas meja tengah agar terlihat lebih enak.

"Guh!" panggil Yugo dengan suara terdengar serius.

Aksara menatap Yugo dengan pandangan bertanya. Sahabatnya terlihat sedikit aneh sore ini.

"Lo gak suka sama Sekar kan?" tanya Yugo hati-hati. Tapi, di dalam hatinya justru merutuki pertanyaan bodohnya.

Bibir ranum dengan garis yang terlihat tegas dan tajam itu mengembang sempurna. Deretan gigi putih yang membuat Aksara semakin tampan pun terlihat.

"Kalau gue suka kenapa?" tanya Aksara balik. Dipikirannya saat ini hanya ada Sekar dan tingkah lucu gadis itu.

Pandangan Yugo menjurus pada Aksara seolah mengingatkan sahabatnya itu. "Gue gak masalah lo suka sama Sekar. Tapi lo gak lupain hal itu kan?"

Pandangan mata Aksara sontak berubah dan bibirnya kembali tertutup rapat. Pikirannya mulai menerawang jauh. Yang tadinya hanya ada Sekar, kini terlintas Dea, Alsya dan pesan-pesan yang Yugo pernah sampaikan padanya. Lagi-lagi Aksara di hadapkan oleh hal yang begitu besar dan membuatnya bimbang.

"Gue senang lo bisa buka hati dengan yang lain. Tapi gue juga gak mau liat lo nyesel karena lagi-lagi melanggar aturan main yang udah lo buat sendiri," jelas Yugo memberikan nasihatnya. "Gue udah peringatkan dari awal, Guh. Semua keputusan ada di elo. Gue sebagai sahabat cuma bisa ingatin lo doang," cetus Yugo.

Raut wajah Aksara benar-benar berbeda dari semula yang terlihat sumringah. Hati dan pikiran Aksara setelah mendengar ucapan Yugo seolah berperang dan ingin Aksara memilih salah satunya.

Aksara adalah tipikal orang yang selalu memegang teguh ucapan dan janji-janjinya. Ia tidak ingin dianggap sebagai laki-laki plin-plan dan tidak punya pendirian karena ucapan serta janjinya yang tidak bisa di pegang.

Tapi kebimbangan apa yang dialaminya kini. Aksara terjebak oleh aturan main yang telah dibuatnya sendiri.

Segala keceriaan dan aura positif yang Sekar pancarkan pada Aksara membuat perasaan cowok itu sedikit melunak. Dan bohong, bila Aksara berkata bahwa ia tidak menyukai gadis itu. Tapi di sisi lain ada Dea dan Alsya yang keduanya sudah terikat janji dengan Aksara. Janji untuk selalu menjaga Dea dari bahaya apapun atas permintaan Alsya. Aksara baru menyadari jika pesan-pesan yang Yugo sampaikan ternyata sebuah peringatan untuknya agar lebih menjaga jarak dan berhati-hati dengan perasaannya pada Sekar.

Aksara menatap lurus pada meja tengah yang terisi penuh oleh beberapa minuman, makanan dan juga novel Yugo. Fokusnya tidak pada benda-benda itu, melainkan pada pikirannya yang tengah berkecamuk. Mana yang harus Aksara pilih. Apakah perasaan membuncah yang lama tak ia rasakan dapat di hentikan? Dan janjinya pada Alsya dan Dea apakah harus ia lepaskan?

Aksara mengacak rambutnya membuat Yugo paham betul dengan satu kebiasaan Aksara. Sebuah persimpangan kini berada di depan Aksara. Dan Aksara wajib untuk memilih salah satunya, dan juga wajib untuk melepaskan dan mengorbankan salah satunya.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang