37. SEKOLAH ADIWIYATA

623 56 0
                                    

Lapangan parkir khusus guru pagi ini tampak lebih ramai dari biasanya. Banyak mobil dengan plat nomor kendaraan asing di mata murid Mandala. Sebagian mungkin berpikir bahwa para guru berbondong-bondong membeli mobil baru untuk di perlihatkan kepada guru yang lainnya. Tapi, pemikiran itu musnah ketika seorang pria setengah baya keluar dari salah satu mobil berplat merah dan menggunakan baju dinas pemerintahan kota setempat.

Pengurus OSIS juga sebagian ada yang membantu mengeluarkan bibit pohon yang sudah tertanam di dalam polybag dengan jumlah yang banyak. Tidak hanya pengurus OSIS tapi juga ada tim ekskul jurnalis yang sudah sedia dengan kamera di leher mereka.

Tak lama dari itu, sebuah pengumuman yang ditujukan oleh seluruh murid untuk berbaris di lapangan sekolah karena ada beberapa agenda yang akan di laksanakan hari ini.

***

Seluruh murid sudah berbaris rapi sesuai kelas dan jurusan mereka. Ada Sekar yang berada di barisan depan di apit oleh Dea di sebelah kiri dan Handi sebelah kanan.

Juga ada Aksara dan Yugo yang berada di di barisan belakang jurusan IPS. Semua murid sudah berpenampilan rapi menggunakan seragam khas SMA Mandala, yakni rompi merah dengan rok atau celana berwarna hitam.

"Ini ada apaan sih?" tanya Sekar sembari menatap ke depan memperhatikan setiap dewan guru yang sibuk membentuk barisan, sebagian ada juga yang menyalami beberapa anggota dari kedinasan.

"Nanya ke gue apa ke Dea nih?" celetuk Handi.

"Elo juga boleh."

"Gak mau nanya ke gue aja, Kar?" tanya Dea dengan nada sedikit cemburu. Gadis itu merasa Sekar mengabaikannya dan itu sangat tidak Dea sukai.

"Dih, gak gue ambil enggak bestie lo!" cibir Handi membuat Sekar terkekeh di sampingnya.

Sekar lantas memeluk Dea dari samping lalu menatap wajah sahabatnya. "Ini mau nanya. Jangan marah dong, De."

"Tau ah, merajuk gue!"

Sekar menggembungkan pipinya dengan sorot sedih menatap Dea. "Dea, ih, merajuk. Gak seru ah!" Sekar melepaskan pelukannya dan melipat kedua tangannya di dada.

Dea lantas mencubit pipi Sekar—gemas. "Gue yang merajuk malah lo yang ngambek! Gak usah bikin gemes Sekar pipi lo!"

"Awwww... Dea sakit!" rintih Sekar menjauhkan tangan Dea dari pipinya yang sudah memerah.

"Iya, iya, maaf. Habisnya lo lucu tau!" ujar Dea.

"Terus sekolah kita mau ada acara apa, De?" ulang Sekar bertanya pada Dea.

Dea meletakkan jari telunjuknya di dagu, pura-pura berpikir keras—sengaja ingin membuat Sekar sedikit kesal.

"Dea, ih, kelamaan mikirnya!" gerutu Sekar.

"Hehe.. iya, iya, gue kasih tau. Biasanya kalau udah banyak tanaman gitu, sekolah bakal ngadain green school."

***

"Baru tau gue, disini ada green school. Di sekolah lama kita ada kagak ya, Guh?" tanya Yugo sembari menyenggol lengan Aksara yang berdiri di sampingnya.

Aksara sedari tadi terlihat begitu cuek dan tidak bersemangat memulai harinya. "Lo kira gue tau."

"Iya juga, ya. Kalau lo tau kiamat nih dunia. Lo kan taunya si hantu Alsya–"

Plak!

"Sakit bego!" Yugo mengusap kepala bagian belakang yang baru saja di tampar oleh Aksara.

"Apa lo bilang? Ulangi!"

"Teguh.. Teguh. Move on kali! Banyak noh cewek cewek yang naksir sama lo." Yugo menunjuk dengan dagunya kepada beberapa cewek yang diam-diam ataupun secara terang-terangan menatap Aksara. "Lo gak perlu berjuang, cukup terima bersih pasti mereka mau jadi pacar lo," ungkap Yugo membuat Aksara semakin tajam menatapnya.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang