69. FAKTA SEBENARNYA

2K 106 0
                                    

Seluruh saluran televisi nasional maupun internasional terutama di belahan bumi Eropa, tepatnya di negara Swiss menyiarkan kabar terbaru dari pebisnis asal Indonesia tersebut. Perusahaan yang sudah memiliki cap Tbk di belakang nama kini terlibat kasus pembunuhan berencana di mana sebagai tindakan kriminal yang memalukan.

Semua hal sudah di susun dengan matang oleh Aksara dan papanya. Kedua pria tersebut terlalu handal dalam mempermalukan lawannya. Perihal kepergian mereka ke Surabaya itu semua hanyalah pengalihan belaka untuk mengecoh perhatian Mr. Alantra. Yang sebenarnya terjadi adalah mereka mengunjungi salah satu pulau yakni, Pulau Sabira untuk bertemu dengan pengacaranya.

Kini Aksara, Dea dan Kriss sedang berada di tempat peristirahatan terakhir Praja Arkana. Angin yang berhembus pelan serta awan sedikit kelabu menjadi suasana identik ketika menyambangi tempat ini. Bunga Kamboja tumbuh mekar dan berjatuhan menghias gundukan tanah di bawahnya. Aroma khas mulai tercium ketika memasuki TPU ini.

"Saya berhasil menuntaskan masalah ini, Praja. Setahun kejanggalan ini tersembunyi namun, Allah maha baik padamu."

"Kini kau bisa beristirahat dengan tenang, kawan. Putrimu akanku jaga layaknya putriku sendiri," ucap Kriss mengelus nisan milik sahabatnya yang lebih dulu pergi. Rasa rindu akan canda tawa bersama jelas memeluknya dengan erat. Kini semua hanya tinggal kenangan.

"Papa, maafin Dea. Selama ini Dea terlalu menutup mata dan menganggap semua ini hanyalah musibah. Tapi nyatanya, orang tua dari sahabat Dea sendiri yang udah.." Dea tak sanggup meneruskan perkataannya. Tangisnya pecah mengingat kejadian setahun yang lalu.

"Sudah, Dea. Ikhlaskan orang tuamu. Semua sudah selesai sampai di sini," kata Kriss seraya mengelus puncak kepala Dea.

Dea mengangguk segera menghapus bulir air matanya. Rasa kehilangan kembali mendatanginya membuat dirinya merasa takut untuk sesaat. Namun tak di pungkiri setitik kelegaan juga Dea rasakan. Tatapannya beralih pada Aksara yang sudah berada di samping pusara Alsya. Sejak kemarin Dea melihat Aksara tanpa air mata dalam menuntaskan ini semua namun, hari ini aliran air mata berkali-kali di hapusnya.

"Om, Dea mau ke mobil," pinta Dea di angguki oleh Kriss. Sebelum mereka pergi Kriss menyempatkan untuk memberi tahu Aksara. Tak ada jawaban. Hanya linangan air mata dari putranya.

Dengan tangan bergetar, dan rasa rindu luar biasa menikam batinnya Aksara mulai berbicara pelan pada Alsya. Tak peduli bila kekasihnya itu akan mendengar atau tidak.

"Sayang, Alsya, maafin aku," ungkap Aksara menatap dalam nisan bertuliskan nama dengan tiga kata tersebut.

"Aku udah banyak langgar janji ke kamu. Dia yang sekarang dihati aku justru penyebab kamu pergi ninggalin aku untuk selamanya, Sya. Dan aku menyesal untuk semuanya," tutur Aksara terdengar pilu dengan suara bergetar.

"Lagi apa kamu di sana, Sya? Apa kamu rindu aku juga? Aku di sini sendiri, Sya. Sepi gak ada kamu. Aku kangen kamu, Sayang," ungkap Aksara merasakan sepi yang teramat kejam lepas kepergian kekasihnya.

"Kamu gak marah sama aku kan, Sayang? Kamu gak pernah lagi datang ke mimpi aku sejak aku dekat sama Sekar. Alsya aku mohon maafin aku. Sekali kamu datang, Sayang. Aku kangen senyum kamu, aku kangen kamu panggil aku, Sya."

"Selamanya aku akan sayang dan cinta sama kamu, Sya. Kamu orang pertama yang buat aku bisa ngerasain kasih sayang perempuan setelah Mama udah gak ada."

Aksara mengingat setiap sentuhan lembut, dan omelan dari Alsya ketika dirinya tak menuruti permintaan Alsya. Baginya Alsya begitu mirip dengan mendiang mamanya. Aksara benar-benar hancur sepeninggal mamanya. Lalu kehadiran Alsya, si gadis kecil yang sesekali manja mencuri perhatiannya. Dunianya teralihkan dengan sekejap. Semua tampak baik-baik saja kala itu. Namun sama sekali tak terpikir oleh Aksara bila kejadian pahit terulang kedua kali di hidupnya.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang