58. KEMBALI DI PERTARUHKAN
"Bagaimana ini, Dek? Dua belas hari lagi kita akan tampil malah datang cobaan kayak gini!" ujar Mbak resah dengan kedua tangan sibuk meremas jari tiada henti.
Seluruh anak tari telah berkumpul setengah jam yang lalu. Dea, Destin, Keyla, Lala hanya bisa memperhatikan kegelisahan dari guru tarinya itu.
"Itu karena Sekar gak ikut pemanasan, Mbak, makanya jadi kayak gini deh!" celetuk Lala dengan nada terdengar kesal.
Celetukan dari Lala ternyata memancing Destin berpendapat untuk masa depan grup tari yang akan tampil. "Mbak, gimana kalau kita panggil Pelita atau Amelia, waktu juga masih cukup kan, Mbak?"
"Mbak tadi juga mikirnya gitu, Destin. Menurut kamu gimana, Dea?"
"Kalau baik untuk kita dan grup tari ini, saya se-"
"Dea, enggak! Awhhh!" Sekar tiba-tiba datang menyela ucapan Dea. Tak berapa lama datang pula Aksara dan juga Alvian yang sepertinya kewalahan menjaga Sekar.
Sekar berjalan dengan menahan nyeri yang amat luar biasa di kakinya. Terlihat bengkak dan sedikit memar akibat cidera yang dialaminya.
"Gue mohon jangan, De, biarin gue tetap ikut tampil kali ini!" mohon Sekar dengan memegang kedua tangan Dea. Tatapan gadis itu benar-benar memohon pada Dea, belum lagi Dea melihat ada setitik air yang akan menetes dari kelopak matanya.
Dea hampir saja goyah dan tidak tega melihat sahabatnya berjuang di hadapannya dan memohon padanya.
"Mbak, saya mohon! Biarin saya ikut tampil sampai perlombaan ini selesai. Saya janji gak akan buat kesalahan dan saya janji akan berusaha sampai Mandala menang kayak kemarin!"
"Tapi saya mohon, Mbak, jangan ganti posisi saya!" Sekar segera menyeka air matanya. Ia tak ingin terlihat lemah di hadapan Mbak saat ini.
Mbak Rina menggeleng pelan, tak tega hatinya melihat anak didiknya begitu bersemangat. Namun ia juga tak bisa egois kali ini. "Dek, tapi kamu lagi sakit. Gak papa istirahat dulu. Masih ada Pelita dan Amelia kok yang bisa."
Sekar menggeleng kuat, tangannya memohon pada Mbak. "Saya udah gak apa-apa, Mbak lihat sendiri kan saya udah bisa jalan sampai ke gedung tari ini. Dua hari kemarin saya gunakan untuk istirahat total, Mbak."
Mbak Rina sungguh tak tega melihat kaki Sekar yang jelas menggambarkan apa perasaannya kini. "Sekar istirahat ya, sayang, gak akan mungkin kamu lanjut kalau kodisi kamu seperti ini," ucap Mbak dengan begitu pelan.
Seluruh anak tari hanya bisa melihat usaha Sekar meluluhkan hati Mbak Rina. Tiba-tiba saja Aksara menyenggol siku Alvian membuat sang empunya menatap dingin.
"Lo ngerti kan apa yang harus di lakuin?" tanya Aksara dengan pandangan mengarah pada Dea.
***
Sore ini Aksara maupun Alvian rutin bergantian menjaga dan memulihkan kaki Sekar dengan cara mengajak gadis itu berjalan ataupun menggerakkan telapak kaki gadis itu agar sendi dan otot di sekitar cedera bisa lebih rileks. Walaupun lebih banyak Alvian yang mengambil alih dan itu sukses membuat Aksara cemburu. Hal itu juga di dukung oleh Farki yang tidak memperbolehkan Sekar berdekatan dengan Aksara.
Namun kali ini Farki terpaksa merelakan adiknya bersama Aksara. Mengingat Alvian memiliki kewajiban setiap jum'at membantu ayahnya yang bekerja di rumah sakit.
Tanah berlapis rumput dengan beberapa bunga yang terawat juga dua buah gazebo yang di bangun sebagai tempat berteduh di taman belakang kediaman Alantra. Kini Aksara sedang memapah Sekar berjalan secara perlahan atas keinginan gadis itu. Aksara baru mengetahui jika gadis yang sedang memegang erat baju bagian belakangnya memiliki sifat keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Ficção AdolescenteSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...