Jam pertama di kelas XI IPA 3 di awali dengan pelajaran Matematika oleh Bu Nanik sang wali kelas. Pelajaran akan di mulai sekitar 15 menit lagi bersamaan dengan bel yang nantinya akan berbunyi. Kelas XI IPA 3 tergolong kelas yang baik di mata SMA Mandala. Muridnya tidak neko-neko. Sampai di kelas letak tas dan duduk manis menunggu bel berbunyi. Tapi, jika di mata Bu Nanik tidak begitu. Kelas XI IPA 3 tergolong kelas yang malas. Malas menghafal rumus-rumus yang akan berguna untuk mereka saat ujian.
Sistem belajar dengan Bu Nanik ya seperti itu. Harus menghafal rumus-rumus di setiap materi baru. Karena rumus adalah kunci terpeting di pelajaran Matematika. Jika tidak bisa ya harus menerima nasib. Di banding-banding kan dengan kelas sebelah yang menurut Bu Nanik lebih perfect.
Waktu luang selama 15 menit di manfaatkan dengan sangat apik oleh mereka. Ada Handi yang sedari datang sudah membuka ponsel nya dan memiringkannya.
"Dihh.. Han, ML mulu lo!" ujar Reza menyenggol bahu Handi.
"Apalagi.. Bu Nanik belum masuk. Mabar kuy!" ajak Handi membuat Reza langsung menarik kursi dan ikut memiringkan ponsel nya.
Lain hal nya dengan murud cewek. Sebagian dari mereka sudah berkumpul di meja Hana untuk bergosip ria. Sangat berbeda dengan Dea yang sibuk membolak-balikkan buku cetak MTK nya.
"Kayak nya nanti bakal pengumuman nilai quiz, deh!" kata salah satu siswi yang ikut hadir di meja Hana.
"Gue mah santai aja. Qiuz yang kemarin-kemarin juga nilai gue bagus. Yang ini pasti gak ngecewain lah!" tukas Refa. Siswi berambut ikat ekor kuda yang selalu memegang juara tiga sejak kelas 10.
"Sombong bener lo, Re!" sindir Hana setengah kesal melihat sifat sombong Refa sejak pertama kali mereka kenal saat MOS.
"Bukan sombong, Hana. Percaya diri dikit boleh lah!"
"Pasrah aja deh gue. Kalau nilai gue bagus ya berarti gue lagi kedapetan hoki. Kalau jelek, kan ada Hana temennya.. hahaha!" sambung cewek bernama Rafika yang selalu membuat semboyan nilai jelek gak masalah yang penting ada temennya!
"Dea!" panggil Hana.
Dea yang sedari tadi fokus terpaksa menutup buku MTK nya dan berbalik badan melihat ke arah Hana.
"Menurut lo hasil qiuz lo nanti gimana?'' tanya Hana. Dea sedikit mengernyit mendapati pertanyaan aneh dari Hana.
"Dea udah pasti bagus lah, Han. Gila lo pake nanya lagi!" seru Refa setengah kesal dan kaget dengan pertanyaan Hana.
"Ya elah, Re. Santai kali. Kan gue nanya nya Dea bukan elo!" ketus Hana mendelik ke arah Refa membuat Handi dan Reza sedikit tertawa.
"Eh, Hana! Jelas Dea perfect lah nilai nya. Kan dia juara satu nya. Pake di tanya lagi," sambung Handi sambil memainkan game nya.
"Diem ya lo, Han. Lo aja tukang tidur pake sok-sok lagi!" seru Hana tak kalah kesal.
Apa yang salah dari pertanyaan Hana? Bisa sajakan kemampuan manusia itu menurun. Tidak ada yang abadi termasuk kadar kepintaran otak manusia.
"Feeling gue sih kayak nya Sekar yang bakal perfect!" ucap Hana ketika melihat Sekar yang akan memasuki kelas.
"Maksud lo apa, Han?" tanya Dea sedikit kaget. Tapi juga tidak menutup kemungkinan kan? Dea tau jelas Sekar sepintar apa. Buktinya waktu di kejuaraan olimpiade tahun lalu nilai mereka seri.
Hana tertawa pelan mendengar nada kekhawatiran dari Dea. Lalu Hana menunjukkan satu postingan MandalaSquad yang berisi berita seputar Mandala.
"Grup tari yang akan tampil itu udah bikin sekolah gempar. Ya gak heran juga sih, karena kan Mandala terkenal dengan ekskul tari nya. Tapi, yang bikin jauh lebih gempar adalah berita jatuh nya Pelita di kamar mandi," jeda Hana. Semua orang yang berkumpul di sekitar nya mendengarkan dengan seksama. "Pelita salah satu anggota yang bakalan tampil. Kalau tahun ini Mandala menang bakal lanjut ke provinsi. Tapi di mading tadi gue liat, lagi pada sibuk cari pengganti Pelita, tuh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Novela JuvenilSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...