Bi Inah tergopoh-gopoh membuka pintu kamar Sekar agar Farki bisa masuk dengan mudah melihat Sekar yang berada di gendongannya.
"Makasih ya, Bi."
"Iya, Tuan. Bibi kebelakang dulu mau buatkan makan malam untuk non Sekar."
Farki mengangguk. Tatapannya tegas seperti garis wajahnya. Langkah kakinya membawa Farki menuju tempat tidur berukuran besar milik Sekar.
"Abang, Sekar mau belajar!" ujar Sekar secara tiba-tiba ketika Farki hampir menurunkannya.
"Abang!" rengek Sekar saat Farki tak mendengarkan ucapannya. Farki mendudukkan Sekar dengan benar dan bersandar pada tempat tidur.
"Tolong ambilkan buku Sekar, Abang."
Farki melangkah menuju lemari pakaian yang berisi khusus baju tidur milik Sekar. Mengambil sepasang baju dan menyodorkannya pada Sekar.
"Sekar mau belajar, Abang," ujar Sekar ketika melihat Farki menutup pintu lemari.
"Ganti baju kamu," ucap Farki dengan aura tak ingin di bantah.
"Tapi Sekar mau belajar."
"Lafera Alantra!" tukas Farki dengan suara tegas.
"Iya," lirih Sekar dengan suara sedikit gemetar.
Farki lantas pergi begitu saja ketika adiknya sudah menerima baju yang di berikan nya.
"Tuan Farki, kenapa menunggu di sini?" tanya Bi Inah dengan kedua tangan memegang nampan berisi makan malam.
"Sekar lagi ganti baju. Tolong di bantu. Nampannya biar saya yang pegang."
Bi Inah mengangguk cepat. Wajah tuan mudanya seperti sedang menahan amarah saat ini. Tak menunggu lama bi Inah masuk dan segera membantu Sekar.
***
Farki kembali masuk setelah bi Inah selesai membantu Sekar. Adiknya itu sedang duduk dengan kaki lurus ke depan. Tatapannya tertuju kebawah selimut dengan kedua jari yang sibuk di mainkannya.
Jantung Sekar berdetak kencang ketika aura dingin mengisi seluruh kamarnya. Bahkan untuk menatap Farki saja Sekar butuh waktu mengumpulkan keberaniannya.
Farki duduk dipinggiran tempat tidur dengan arah mata tertuju pada Sekar yang sibuk dengan jarinya. Nampan yang di bawanya saat ini terletak di kedua pahanya. Tangan Farki terulur mengangkat dagu Sekar.
"Jangan nunduk."
Sekar menurut saja. Tapi tatapannya tidak berani menatap abangnya. Tangan Farki sibuk menyiapkan lauk beserta nasi yang akan di masukkan ke mulut Sekar.
"Buka mulutnya."
Sekar melirik pada makanan yang sudah siap masuk ke dalam mulutnya. Gadis itu lantas menggelengkan kepala.
"Sekar gak mau kuning telurnya!" tolak gadis itu mentah-mentah..
Ayam suwir pedas manis dan telur ceplok menjadi menu makan malam Sekar. Farki segera memisahkan kuning telur dan putihnya. Farki lupa bahwa adiknya itu tidak pernah menyukai kuning telur sejak kecil. Alasannya hanya satu. Katanya amis dan tidak nikmat. Farki memilih memakan kuning telur itu bulat-bulat lalu menyuapkan Sekar.
Tidak ada pembicaraan lebih antara Farki dan Sekar hingga makan malam habis. Farki mengambil segelas air putih di meja lalu menyodorkannya pada Sekar. Setelah itu menatap lurus mata adiknya yang kini belum mau menatapnya.
"Abang ada di sini Sekar. Kenapa gak mau lihat Abang?" tanya Farki. Ia merasa adiknya tidak menganggap keberadaannya.
Sekar kembali memainkan jemarinya. Perlahan pandangannya mulai menatap kearah Farki.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...