41. SUPERMARKET

604 52 5
                                    


Hai semuanya!

Pada saat part ini update, kalian lagi ngapain?

Suka SEKARAKSARA (new version) karena apa?

Kalian tahu SEKARAKSARA (new version) dari mana?

Sejauh ini, part mana yang kalian suka dari SEKARAKSARA (new version)?

Suhu udara di kota Jakarta terasa lebih hangat karena pancaran sinar matahari dilangit cakrawala menunjukkan cahaya jingganya. Jalanan yang kini dilalui oleh Sekar dan Aksara terlihat ramai dilalui kendaraan dengan tujuan terakhir mereka hari ini. Sekar berjalan lesu di atas trotoar dengan raut wajah cemberut. Aksara mendorong Dinda yang kembali mogok seperti biasanya. Niat yang mereka miliki hari ini untuk mencari barang bekas ternyata tidak membuahkan hasil. Sekar menatap dua buah botol bekas minuman berada ditangannya. Itupun ia dapatkan karena membeli disebuah warung pinggir jalan.

"Capek banget!" keluh Sekar tiba-tiba saja duduk dipinggir trotoar.

Aksara melihat Sekar menundukkan kepalanya diantara lipatan tangan gadis itu. Aksara menepikan Dinda dan ikut duduk di samping Sekar dengan jarak satu hasta. "Deket sama lo sial mulu!" ketus Aksara membuat Sekar mengangkat pandangannya.

"Gak ada yang deket-deket," ujar Sekar dengan tatapan melotot dan pipi menggembung. Badannya ikut menjauh dari Aksara sebagai bukti ucapannya.

Untuk sesaat keduanya terdiam seraya terfokus pada lalu lalang kendaraan. Sekar kembali menatap Aksara dari samping. Kepala cowok itu terkena sedikit sinar matahari membuat rambut Aksara menjadi kemerahan.

"Aksa, capek!" keluh Sekar menunjukkan raut memelasnya. Namun Aksara sama sekali tak menggubris. Pandangan cowok menerawang jauh.

"Hari ini susah banget cari botol bekasnya!" Sekar kembali menelungkupkan kepalanya. Tak berapa lama kepalanya terangkat dan menatap Aksara masih dalam posisi sama.

"Aksa, jangan-jangan udah diambil pemulung semua!" panik Sekar. "Kita cari pemulungnya aja, yuk! Terus beli sama mereka."

Aksara melihat Sekar yang begitu panik di sampingnya. Tangannya terangkat dan menyentil pipi Sekar yang menggembung seperti bakpao.

"Gak usah aneh-aneh lo!" ketus Aksara.

"Awwhhh!" Sekar mengelus pipinya yang terasa nyeri akibat sentilan jari telunjuk Aksara. "Aksa, sakit!" gerutu Sekar dengan mata yang semakin melotot.

"Lebay!" cibir Aksara dengan pandangan teralihkan ke jalanan yang mulai merayap.

***

"Kak, ini kita dimana?" tanya Dea menatap sebuah rumah dihadapannya. Banyak sampah plastik serta kardus bertumpuk yang sebagian sudah terususun rapi dan diikat. Terdapat satu ibu sedang menimbang kardus dan seorang ibu lagi sibuk merapikan sampah-sampah plastik seperti botol bekas.

"Tempat pengepul," jawab Alvian yang baru saja melepaskan helmnya.

"Kita mau cari disini, Kak?"

"Mau beli."

Dea sontak menatap Alvian dengan sedikit mengangkat kepalanya. "Kak, kita kan disuruh cari barang bekas. Bukan beli barang bekas."

Alvian terkekeh melihat wajah terkejut dan juga panik Dea. "Hei, mau cari dimana, hm? Keduluan pemulung yang pagi-pagi udah curi start."

Dea sontak menundukkan pandangannya. Sedikit malu karena Alvian begitu tepat sasaran.

"Udah, ayok! Gue habis ini ada urusan." Alvian menggenggam telapak tangan Dea untuk berjalan di sampingnya.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang