Epilog
Sudah berlalu satu tahun setengah Aksara lewati seorang diri tanpa Sekar di sampingnya. Selama itu pula ia hidup di selimuti dengan penyesalan yang hampir membunuhnya setiap detik. Sekar benar-benar menghukumnya dengan cara luar biasa sakitnya.
Selama itulah Aksara bolak-balik terus memohon pada Farki agar di pertemukan oleh Sekar. Aksara tak lagi memikirkan malu bahkan harga dirinya. Kesalahan karena sikap ceroboh dan perkataannya yang begitu menyakitkan pada Sekar menjadi penyebab semuanya. Aksara akan menebusnya dengan cara apapun itu. Ia akan perjuangkan wanitanya sekuat yang ia mampu hingga Tuhan kembali mempertemukan keduanya. Tekad Aksara tak main-main. Ia akan membuktikan ucapannya di hari kelulusan waktu itu.
Usaha tak ada yang mengkhianati hasil. Tuhan melihat semua perjuangan dan penyesalan yang Aksara rasakan. Kini ia menerima secarik kertas serta satu box berwarna merah identik dengan warna kesukaan Sekar. Farki sendiri yang memberikannya pada Aksara.
cemetery in Winterthur in the canton of Zürich, Switzerland
jangan buka kotak ini sebelum lo sampai ke alamat di kertas ini.Setelah menempuh perjalanan melalui jalur udara selama 17 jam 15 menit Aksara tiba di bandar udara Internasional Zurich, Switzerland. Aksara tidak seorang diri, Yugo bersikeras ingin menemani Aksara. Yugo takut Aksara kenapa-kenapa di Swiss. Bagaimanapun juga Yugo tahu keadaan sahabatnya sedang tidak baik.
Sesampainya Aksara di tempat tujuan sesuai alamat yang tertulis, Aksara mematung dengan pandangan berubah kosong. Jantungnya seolah mencelos begitu saja, dadanya jauh lebih sesak dari sebelumnya, nafasnya tak lagi teratur bersamaan dengan pikirannya yang kian kacau dan harapannya yang pupus di depan mata.
Setitik Air mata jatuh membasahi pipinya yang masih sama keadaannya seperti satu setengah tahun yang lalu. Jemarinya bergetar hingga secarik kertas yang di pegangnya jatuh ke rerumputan.
Sinar mentari yang terik membuat bayangan nisan yang berdiri tegak menciptakan bayangan yang tak terlalu tinggi. Langkah Aksara bergetar menyaksikan nisan bertuliskan nama Sekar dengan begitu lengkap. Tanggal yang tertulis juga tidak jauh dari hari kecelakaan satu setengah tahun yang lalu.
"Se..Sekar.." lirih Aksara dengan tubuh perlahan jongkok dan satu tangan mengelus nisan milik kekasihnya.
Mata Aksara terbuka lebar dengan air mata terus menetes. Ia tak pernah menyangka kedatangannya justru di sambut dengan makam milik kekasihnya. Rasanya seperti mimpi. Tidak! Tidak mungkin ini yang di lihatnya. Tapi kenapa elusan nisan yang bergesekan dengan telapak tangan Aksara terasa begitu nyata. Bahu Aksara gemetar hebat dengan air mata terus berjatuhan. Satu setengah tahun lamanya ia mencari dan hidup terkurung dengan rasa penyesalan justru jawaban menyakitkan seperti ini yang ia terima.
"Ucapan gue gak mungkin jadi kenyataan.. Kamu gak bener-bener pergi tinggalin aku kan, Sekar? Ini semua bohong kan sayang?" tanya Aksara dengan pikiran yang berulang kali membantah kenyataan di hadapannya.
Yugo menepuk pundak Aksara memberi kekuatan pada sahabatnya. "Sa, ikhlasin Sekar. Lo harus kuat."
"Go, pergi yang gue maksud waktu itu bukan ini. Kenapa Sekar tinggalin gue selamanya, Go? Kenapa Sekar hukum gue kayak gini, Go?" tanya Aksara dengan nafas sesak hingga membuat suaranya bergetar.
"Gue sayang Sekar, Go! Gue cinta sama dia! Gue gak mungkin di tinggalin untuk kesekian kalinya sama orang yang gue sayang kan, Go?"
"Ini pasti bukan Sekar. Farki salah ngasih gue alamat. Dia bohong sama gue! Ini pasti bukan Sekar. Ini bukan Sekar!" racau Aksara mulai kehilangan kendali.
Yugo menenangkan Aksara yang sedang kalut menarik rambutnya serta kepala bergelang kuat. "Sa, udah, Sa. Lo tenang! Ini bukan di Indonesia. Kendalikan diri lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Genç KurguSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...