70. LAKI-LAKI JAHAT

4.2K 209 7
                                    

70. LAKI-LAKI JAHAT

Sekar terus memutar pembicaraan Sekretaris Yun seolah di kepalanya ada sebuah CD yang mengungkapkan kebenaran di balik terjadinya masalah besar ini. Sekar bertekad hal ini harus sampai pada Aksara. Laki-laki itu telah salah paham menanggapi semuanya tanpa ingin mencari tahu terlebih dahulu.

Dalam hati dan pikiran Sekar, ia akan membela apapun kesalahan papanya. Saat ini ia benar-benar di butakan oleh kasih sayang kepada orang tuanya. Ia tak ingin orang tuanya tersiksa di sana. Untuk itu Sekar harus bertemu Aksara dan meminta kekasihnya untuk mencabut tuntutannya.

Sembari menyetir menuju rumah Aksara, Sekar menghapus bulir air mata yang terus menetes. Sekar berharap tujuannya kali ini menemui Aksara akan terlaksana. Tapi nahas, semua sia-sia. Lagi-lagi Sekar tak bertemu Aksara melainkan asisten rumah tangganya. Tak ingin kehilangan kesempatan dengan segera Sekar melajukan mobilnya menuju Dinda Castle. Ia yakin Aksara berada di sana.

Terlihat mobil Maserati berwarna abu-abu telah terparkir sedikit menyerong ke kiri. Dengan cekatan Sekar ikut menepikan mobilnya tepat di samping mobil Aksara. Sekar membuka pintu papan Dinda Castle lalu beralih pada deretan tombol angka untuk membuka dinding di hadapannya.

Seorang laki-laki dengan lutut terlipat ke atas serta sebatang rokok disela jarinya mengepulkan asap tipis. Sekar tahu benar siapa orang itu. Dia adalah Aksara pacar yang begitu di sayang dan cintanya. Telah lama Sekar tak melihat Aksara bersama rokoknya.

Sekar menelan salivanya dengan berat, gugup bercampur takut untuk sekedar memanggil nama yang dulu berulang kali ia teriaki hanya sekedar menuruti permintaan kecilnya. Sekar menatap dalam punggung Aksara berbalut jaket hitam yang sering di pakainya. Tanpa sadar ia bergetar memanggil Aksara.

"A..aksa?"

Panggilan kecil dan hampir tak terdengar belum berhasil membuat Aksara tersadar dari lamunannya. Sekali lagi Sekar mencoba dengan lebih kuat walau hatinya terlampau sakit mengingat perlakuan Aksara pada keluarganya.

Tatapan dingin menyapu iris cokelat khas Asia tersebut. Mata Sekar memanas ketika melihat keadaan Aksara dengan rambut berantakan, mata sembab sama sepertinya, dan bola mata terlihat kemerahan serta baju kaos yang sedikit kotor karena tanah. Ingin sekali Sekar menyergap dada bidang yang begitu nyaman untuknya. Sekar rindu pada Aksara. Air matanya menetes tanpa di minta berharap Aksara merasakan hal yang sama.

Namun hal itu sirna ketika nada dingin bercampur hinaan memasuki gendang telinga Sekar. "Pembunuh. Mau apa lo ke sini?"

Sekar lantas menatap Aksara dengan pandangan terluka. Dadanya bertambah nyeri untuk kedua kalinya Aksara mengecapnya seperti itu.

"Aksa, aku.. aku bukan pembunuh-"

"Papa lo pembunuh!" sela Aksara begitu kejam dengan pandangan penuh dendam dan amarah.

"Aksa, kamu harus dengar penjelasan aku. Papa aku ngelakuin itu karena ada sebabnya, Aksa," tutur Sekar berusaha meraih tangan Aksara namun laki-laki itu dengan cepat menghindar.

Aksara mengangguk dengan rokok yang kembali ia hisap lalu ia hembuskan di depan Sekar. "Karena uang? Butuh berapa banyak bokap lo untuk memperkaya diri dengan membunuh orang lain? Perlu gue transfer berapa M, hah?" tanya Aksara begitu sarkas membuat Sekar menggeleng.

"Sekalinya pembunuh ya pembunuh. Rendahan cara keluarga lo kalau hanya demi uang!"

"AKSA!" seru Sekar dengan mata menyorot marah.

"Kasih tau ke bokap lo yang lagi di penjara itu. Bilang, perempuan yang dia bunuh, keluarga yang dia bakar hidup-hidup itu adalah masa depan bagi gue."

"Aksa, maksud kamu apa?" tanya Sekar menatap Aksara.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang