Pelaksanaan bersih-bersih lahan baru saja selesai lima belas menit yang lalu. Saat ini menunjukkan pukul setengah dua belas siang yang artinya setengah jam lagi seluruh murid Mandala akan tiba di rumah mereka.
Setiap anggota regu sudah berbaris rapi setelah mereka mengisi tenaga untuk agenda terakhir hari ini. Dihadapan seluruh anggota, tepatnya di depan Bu Nanik berdiri saat ini sudah ada meja untuk meletakkan box kaca yang berisi enam puluh gulungan kertas.
Banyak dari setiap anggota yang sudah tidak sabar menantikan momen ini, yaitu mengambil undian untuk menentukan pasangan mereka. Bisik-bisik mulai terdengar disekeliling Sekar mengenai pencabutan undian hari ini. Membuat gadis bergelang angsa tersebut mencari tahu dengan menepuk lengan Dea pelan agar sahabatnya itu menatap kearahnya.
"Dea, habis ini ada agenda apa lagi?" tanya Sekar. "Dan itu kotak apa?" Sekar menunjukkan ke depan.
Dea menatap Sekar lalu beralih pada box yang berada di depan. "Oh, itu, cabut undian untuk cari pasangan kelompok."
"Hah?!" kaget Sekar dengan ekspresi melotot. "Jadi gak pilih sendiri anggota kelompoknya?"
Dea menggeleng. "Enggak, Sekar. Dari dulu juga kayak gini. Tahun kemarin, kluenya operasi matematika, yang hasilnya sama bakalan satu kelompok," jelas Dea begitu semangat mengingat serunya tahun lalu.
Sekar begitu takjub mendengar penjelasan Dea. SMA Mandala memang luar biasa menyambut dan mempersiapkan program Adiwiyata ini. "Kalau tahun ini kluenya apa?"
Dea menyipitkan matanya, dengan jari telunjuk berada didagu. "Heemmmm.. gak tau." Dea menggelengkan kepalanya. "Gak ada yang tau, Kar. Karena ini rahasia guru Mandala," bisik Dea diakhir kalimatnya.
Sekat manggut-manggut mempercayai apa yang Dea katakan. "Oh, rahasia, ya," lirih Sekar. Sementara Dea cekikikan melihat Sekar yang percaya saja apa yang diucapkannya.
***
"Anak-anak, seperti biasa agenda terakhir kita dihari ini adalah cabut undian untuk mencari pasangan dalam merawat tanaman yang akan kalian miliki nantinya."
Semua anggota regu bertepuk tangan dengan tak sabar ingin mengetahui siapa jodoh mereka dalam merawat tanaman kali ini. Bagi murid SMA Mandala pasangan adalah istri atau suami sementara tanaman akan mereka andai-andaikan sebagi anak yang harus dirawat dan dijaga hingga tumbuh menghasilkan manfaat yang kaya.
"Setiap kelas maju secara bergilir dan tertib dilanjutkan dengan kelas berikutnya hingga masing-masing dari kalian memegang satu dari enam puluh kertas undian didalam kotak ini. Paham?" jelas Bu Nanik dengan suara lantang agar murid yang berada dibarisan belakang juga kedengaran.
"Paham, Bu!"
Sekar menggenggam tangan Dea dengan semangat yang menggebu, bahkan melupakan sinar matahari yang menyengat di siang ini. "Semoga kita satu kelompok, Dea!"
Dea hanya mengangguk—matanya terfokus pada sederetan kakak kelas dari kelas Alvian yang mengambil undian dengan tertib.
"Pokoknya nanti gue harus baca mantra biar satu kelompok sama cewek cantik!" ujar Yugo dengan penuh tekad yang kuat. "Bosen gue satu kelompok mulu sama lo. Ntar gay lagi!"
Tentu saja lontaran mengenai gay itu ditujukan pada Aksara yang berada di samping Yugo.
"Gue masih suka Alsya!" ketus Aksara menolak mentah-mentah ucapan Yugo.
"Buka mata lo, Guh! Banyak cewek cantik di sini masih demen lo sama yang udah gelar alm?"
Aksara tak menanggapi ucapan gila Yugo yang apabila diikuti tidak akan ada habisnya. Saat ini mata Aksara tertuju pada barisan kelas Dea yang sedang mengambil undian. Satu keinginan dihatinya. Ia hanya berharap bisa satu kelompok dengan Dea.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...