49. AKUR

631 49 1
                                    

Sekar mengedarkan tatapannya dengan begitu teliti menatap satu persatu kakak kelasnya. Gudangnya ilmu dari setiap sekolah saat ini cukup ramai, hal itu didukung oleh ujian yang dalam beberapa bulan lagi akan di hadapi oleh kelas dua belas SMA Mandala. Tak hanya itu, persiapan untuk ikut ujian seleksi perguruan tinggi negeri sudah mulai mereka siapkan dari jauh-jauh hari.

"Kar, kita duduk di sana aja, yuk!" ajak Dea menarik tangan Sekar. Keduanya melangkah dengan sopan setiap melewati beberapa kakak kelas yang berada di sekitaran menuju tempat duduk belakang.

Setelah keduanya sampai dan duduk dengan nyaman. Dea lantas membuka buku tebal matematika mereka.

"Kar, mau dari bagian yang mana dulu?" tanya Dea menyenggol siku Sekar.

"Terserah, gue ngikut lo aja," jawab Sekar seadanya. Pandangan gadis itu tidak berfokus pada objek di depannya.

Dengan geram Dea mencubit kedua pipi Sekar. Hal itu berhasil membuat Sekar mengaduh dan menatap ke arah Dea.

"Sekaaaarr.. lo dari tadi liatin apa sih?!" tanya Dea sedikit kesal.

Sekar mengelus kedua pipinya karena rasa nyeri yang menghujam. "Gak mau belajar di sini! Nanti kalau ketemu Abang gimana?" tolak Sekar dengan kedua mata melotot sempurna.

"Ya kalau ketemu tinggal baikan lah. Dosa tau, lebih dari tiga hari gak tegur sapa. Apalagi dia abang lo. Kualat ntar lo, Kar," saran Dea seraya menunjuk Sekar sesaat.

"Abang jahat, Dea! Gue benci Abang!" ungkap Sekar dengan pipi menggembung dan mata yang semakin lebar.

Tanpa sadar percakapan keduanya telah mengganggu kakak kelas mereka. Hingga Lula yang berada tak jauh dari Sekar dan Dea menutup buku dengan kasar, dan pandangan sinis mulai menjurus pada Sekar.

"HEH, BISA DIAM GAK LO? PERPUSTAKAAN NIH!" marah Lula semakin membuat perhatian murid lain mengarah padanya dan Sekar.

"Maaf, Kak," cicit Sekar meremas rok Dea yang berada di sampingnya.

"Kalau mau gosip di luar, bukan di sini tempatnya!" lanjut Lula dengan wajah semakin tertekuk, dan pandangan menjurus tajam.

"JANGAN BERISIK!" bentak penjaga perpustakaan guna melerai keduanya.

***

Suasana telah kondusif setelah lima menit lalu begitu tegang dan mengerikan. Ketiga remaja memasuki perpustakaan dengan wajah berbinar dan niat ingin menambah pengetahuan lebih.

Farki, Lia dan Alvian menatap seluruh isi perpustakaan. Mata Farki menangkap sosok cantik nan anggun yang menggarisi wajah mamanya.

"Ada adek gue, Al!" celetuk Farki dengan suara begitu bahagia. Terbukti dari gesture nya yang menepuk pundak Alvian.

"Ayo, honey!" ajak Farki menggandeng tangan Lia.

"Princess nya Abang!" sapa Farki bersiap mengelus kepala Sekar.

Namun Sekar lebih dulu berdiri dan mengambil tempat di samping Alvian. "Kak Al!" sapa Sekar.

"Hai!" balas Alvian dengan senyum menawannya.

Lia segera mengusap punggung tangan Farki ketika tahu bagaimana perasaan kekasihnya itu terluka.

"Kak Al udah makan?" tanya Sekar menatap Alvian dengan senyum cerahnya.

Dea sontak menatap Sekar dengan sekali kedipan. Pandangannya terlihat tidak begitu ceria seperti tadi.

Alvian mengusap kepala Sekar—sesaat. "U-udah," jawab Alvian terdengar kaku.

Sekar berjinjit untuk menyamakan tingginya, mengingat dirinya habis di marahi oleh Lula karena terlalu berisik. Namun, hal yang tidak mengenakkan justru di lihat oleh Sekar. Dua orang murid sedang merayap di tembok tinggi dengan beberapa lubang yang menjadi hiasan alami pagar pembatas.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang