6. ALVIAN & GEMPARNYA SOSMED AGORA

1.3K 83 0
                                    

Dari tadi sebelum Sekar menuruni tangga dan menuju meja makan gadis itu terus saja tersenyum dengan begitu lebar. Farki yang sudah lebih dulu duduk di meja makan menunggu adik kesayangannya di buat heran melihat tingkah Sekar yang tak seperti biasanya.

Sekar meletak tas nya di samping kursi yang kosong. Kursi makan tersedia untuk empat orang. Tapi sayang, yang terisi hanya dua kursi. Hanya dirinya dan Farki.

"eh, ngapa lo senyum-senyum gitu? Serem gue."

"Abang apaan sih!" kesal Sekar sambil menyambar sehelai roti di hadapannya.

Bik Inah sudah menyiapkan sarapan satu jam yang lalu. Berbagai selai roti berjejer rapi di hadapan Sekar. Coklat, strawberry, bluberry, kacang. Semuanya selai kesukaan tuan putri mereka.

Tiba-tiba saja Sekar memelankan gerakan tangannya yang sedang mengoles selai. Gadis itu teringat akan sesuatu.

"Bang, Papa sama Mama apa kabar ya?"

Farki yang sedang mengunyah tiba-tiba saja berhenti dan meneguk susu coklat nya, "baik lah. Kan di sana seneng-seneng sama anak nya."

Sekar mengernyit, "anaknya?"

"iya. Berkas-berkas bisnis nya. Semua barang furniture yang Papa produksi. Itu anak nya, Sekar." Jawab Farki setengah jengkel.

"Sekar telfon Papa, deh. Kangen. Sekar suruh balik ke sini bareng Mama!"

Sambungan telepon tersambung, namun belum ada jawaban dari sana. Saat ini orangtua Sekar sedang berada di salah satu negara bagian di benua Eropa yaitu Swiss.

"halo honey." Suara beralun indah dari sambungan telepon milik Sekar. Senyum Sekar dan Farki tak dapat di elakkan.

"Mama.." jawab Sekar lirih. Ketahuilah bahwa dirinya amat sangat merindukan sosok yang setiap waktu ia pikirkan sebelum tidur. "Mama kapan pulang? Sekar kangen Mama.."

"halo sayang. Putri kesayangan papa." Suara bariton nan berwibawa itu menyapa gendang telinga Sekar dan Farki.

Sekar tak kuasa menahan air matanya agar tidak jatuh. Tapi semua nya terlambat. Farki bahkan sudah duduk di samping Sekar memeluk erat tubuh adiknya yang bergetar hebat.

"Papa sama Mama kapan pulang ke Indonesia? Sekar sama Abang udah kangen, Pa.."

"maaf ya sayang. Kita belum bisa pulang. Karena Papa baru aja jalin kerja sama dengan pengusaha yang ada di sini. Tapi kamu tenang aja. Kita bakal pulang dan temui kalian, ya."

"tiga bulan Papa sama Mama gak pulang. Bahkan Sekar sampai pindah ke Jakarta, Pa," ujar Farki, "Papa bahkan gak tau itu kan?"

"kamu serius Farki?bagus dong. Jadi kamu gak perlu repot untuk bolak-balik Jakarta-Bandung."

"Sekar pindah itu demi Papa sama Mama. Supaya keluarga kita ngumpul jadi satu, Pa. Gak mencar kayak gini. Papa sibuk tapi ingat anak. Jangan bisnis terus yang Papa pikirin!"

TUT!

Sambungan telepon langsung Farki putus secara sepihak. Ia masih tidak menyangka bahwa dengan mudahnya orangtua nya berkata seperti tadi.

"Abang?" panggil Sekar pelan karena melihat wajah Farki yang kesal.

Farki menarik Sekar ke dalam pelukannya. Mengelus pelan rambut milik Sekar yang selalu wangi.

"gak papa. Jangan nangis lo. Jelek. Sarapan dulu!" suruh Farki memberikan sehelai roti yang tak jadi Sekar makan.

Untuk beberapa menit Sekar dan Farki hanya diam. Sekar menyesal karena menelpon orangtua nya jika berakibat pertengkaran seperti sekarang.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang