2. DINDA TERNODAI

2.1K 142 0
                                    

Bel pertanda pulang SMA Mandala baru saja berbunyi dua menit yang lalu. Dua orang yang baru saja bertemu seminggu yang lalu itu sedang mengemas perlengkapan sekolah mereka untuk kembali di bawa pulang.

"Besok jangan telat lagi ya, Kar." Ujar Dea mengingatkan Sekar yang sibuk memasukkan buku bercetak tebal kedalam tas merah milik gadis itu.

"Ntar dihukum lagi lo sama Bu Linda."

Sekar tersenyum mengingat momen langka yang baru saja ia alami beberapa jam yang lalu.

"Btw, baru ini gue telat" ujar Sekar membuat Dea menghentikan tangannya yang sibuk memasukkan pena dan Tipe-X kedalam kotak pensilnya. Tatapan tak percaya juga Dea tunjukkan pada Sekar.

"What! Serius lo?"

Sekar mengangguk, "iya, selama gue di Bandung belum pernah telat soalnya sekolah nya kan dekat, hehe.."

"Di hukum ngapain lo tadi?"

"Cuma disuruh nyapu halaman belakang,"

Dea mengangguk, "lumayan luas tuh, sendiri apa ada yang bantuin?"

"Ad–bentar De.." Sekar buru-buru mengangkat telfonnya yang berbunyi.

"Iya pak, oh iya. Bentar ya pak, Sekar bentar lagi keluar."

"Siapa?" Tanya Dea setelah Sekar mematikan sambungan teleponnya.

"Pak supir. Oh, iya lo pulang sama siapa, De?"

"Tadinya mau sama temen gue, tapi dia ada urusan," jawab Dea sambil berdiri bersiap ingin pulang.

"Terus?" Tanya Sekar menatap Dea.

"Naik taksi online deh, nih mau gue pesen"

"Sama gue aja yuk?" Ujar Sekar berharap Dea menerima tawarannya.

"Lo serius? Rumah kita kan beda arah, Kar," ujar Dea mengingat arah rumah mereka yang cukup jauh.

"Gak papa kali. Tapi mampir ke rumah gue dulu, mau ya?"

"Lo yakin?" Tanya Dea merasa sedikit tidak enak.

"Yakin lah, first time gue ngajak temen ke rumah gue yang ini." Kata Sekar membuat Dea mengernyit dan sedikit tertawa.

"Kayak banyak aja rumah lo, Kar."

Sekar dan Dea berjalan bersama melewati setiap pintu kelas yang masih terbuka karena sebagian murid masih ada yang piket.

***

"Sialan tuh guru si Dinda udah gak suci lagi!" Ujar Aksara emosi sambil berusaha menghapus tanda tangan haram dari tangki milik Dinda.

"Haaaahhh.." Aksara duduk di bangku kecil samping Dinda dengan menghembuskan nafasnya kasar. Aksara sungguh prihatin dengan keadaan Dinda yang sudah tidak suci.

"Sorry ya, Din.. gue gak bisa jagain lo." Kata Aksara mengungkapkan penyesalannya.

"WOI!!" Yugo melempar bola kertas ke arah Aksara yang duduk lesu di samping Dinda. Yugo sungguh bosan mendengar keluhan Aksara semenjak pelajaran terakhir tadi, "udah kali, motor lo banyak. Mahal mahal lagi, mobil lo bukan main semua. Masa iya kalah sama si Dinda?" Kata Yugo sambil menunjuk jejeran motor mahal dan mobil mewah milik Aksara di garasi luasnya.

"Dinda yang nemenin gue dalam sepak terjang gue selama ini," kata Aksara mengingat momen kebersamaannya dengan Dinda, "dari awal gue balapan gue pake Dinda. Lo kan tau sendiri,Go?"

"Sampai si Mario sialan itu datang, dengan seenak jidatnya nabrak Dinda sampai bangkotan kayak gini!" Kata Aksara menggebu-gebu mengingat kejadian naas tersebut. Dirinya bahkan menangis selama Dinda masuk rumah sakit sekitar seminggu.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang