23. THE BEST PERFORMANCE

793 62 1
                                    

Udara malam ini terasa begitu dingin. Awan mendung menambah warna langit semakin gelap. Bintang hanya tampak satu atau dua di langit cakrawala. Bahkan sinarnya pun tidak begitu terang. Redup, sama seperti kondisi cuaca.

Segelas hot chocolate berada dimeja bundar sudut balkon kamar Sekar. Gadis itu mengenakan baju tidur bermotif Angsa menutupi seluruh tubuhnya. Rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai mengikuti angin dengan kecepatan sedang.

Sedari tadi ditangan Sekar sudah menggenggam ponsel yang dipandangnya tanpa henti. Satu panggilan yang terhubung namun belum mendapat jawaban dari belahan negara Eropa sana. Pesan yang terakhir Sekar kirimkan juga tidak mendapatkan jawaban dari orangtuanya. Putri bungsu keluarga Alantra benar-benar merindukan sosok Papa dan Mamanya untuk berada dekat dengannya. Layaknya seperti anak seumuran dirinya.

***

Farki baru saja menerima dua buah paket yang diantar Sekretaris Yun kerumahnya. Katanya paket itu untuk Sekar-adiknya. Farki melangkah menaiki anak tangga lalu membuka pintu kamar Sekar. Dilihatnya kamar yang kosong dengan buku matematika berserakan di meja belajar.

"Barusan aja les, udah belajar lagi," celetuk laki-laki itu.

Farki mengenakan celana pendek selututnya dan baju kaos hitam melekat membentuk tubuh proposionalnya. Paper bag berwarna oren dengan logo H yang sudah tidak asing di mata dunia serta paper bag berwarna hitam dengan logo YSL di sodorkan pada Sekar secara tiba-tiba.

"Abang ih, buat kaget tau!" Kesal Sekar. Gadis itu buru-buru mematikan sambungan telepon yang tak kunjung mendapat jawaban.

"Pasti gak diangkat," sindir Farki.

"Nih, buat lo. Hadiah nya sampai orangnya malah enggak!" Lagi-lagi Farki menyindir pasutri gila kerja itu.

"Sekar gak mau!" Tolak gadis itu mentah-mentah.

"Hadiah karena lo udah berhasil menang."

"Sekar gak mau!"

"Ok, gue buang aja!"

"Kok di buang sih?!!" Tanya Sekar mendelik.

"Papa Mama belinya pakai uang. Kerja keras tau!"

"Kerja keras tapi anaknya gak diperhatiin mentang-mentang udah besar?" Tanya Farki sarkas.

Tanpa aba-aba laki-laki itu mencampakkan kebawah paper bag hingga terdengar suara pecahan kaca.

"ABANG!!" Sekar melotot kaget. Dirinya cepat-cepat turun namun di tahan oleh Farki yang lebih gesit.

"Bukan ini yang kita butuhkan, Sekar, dan ingat, kalau lo terpaksa, berhenti," ujar Farki menatap lurus pohon yang tumbuh di samping kamar Sekar. "Utamakan kebahagiaan lo."

"Abang sendiri gimana? Abang bahagia?" Tanya Sekar menatap Farki.

"Kalau Sekar berhenti. Sekar gak tau prestasi yang mana yang akan buat Papa sama Mama pulang," lirih Sekar.

"Udah banyak yang lo raih, Sekar. Lantas prestasi macam apa yang membuat Papa pulang? Bahkan lo sampai pindah ke Jakarta mereka masa bodoh!" Tekan Farki.

Nafas Sekar mulai merasa sesak. Menahan sekuat tenaga agar tidak menangis.

"Papa janji bakal pulang!" Keukeh Sekar.

Farki mendengkus. "Promise is bullshit!"

Air mata Sekar menetes dengan tubuh yang meluruh ke lantai. Ucapan Farki benar-benar menghantam tembok pertahanan Sekar selama ini. Gadis itu meremas kuat jemari tangannya. Tangis itu pecah dengan sesenggukan yang amat pilu.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang