29. MOBIL MERAH PUTIH

664 52 0
                                    

Lapangan bola SMA Agora ramai akan siswa-siswi yang mengenakan pakaian olahraga berwarna hijau tosca. Bola yang sedari tadi di tendang oleh kaki yang rakus dan penuh obsesi untuk mencetak gol ke gawang menjadi bahan perebutan setiap anggota.

"Guh, oper ke gue!" Teriak Yugo pada Aksara yang sedang fokus menggiring bola.

"Aksara!!"

"Go Aksara go!"

"Aksara semangat, Sa!"

Dukungan yang sedari tadi terdengar membuat semangat Aksara semakin bertambah. Aksara mengangguk, dengan kesenangan yang membuncah cowok itu menendang bola sesuai arahan Yugo.

Bugh!

Prank!!

"Shit!" umpat Aksara. Cowok itu terlalu bertenaga mengoper bola ke Yugo yang berjarak lima meter hingga menembus kaca laboratorium kimia dengan ganas.

"TEGUHHHHHHH!!!" teriak Pak Wanto.

"BK lagi.. BK lagi," lirih Yugo.

***

Brak!!

Pak Wanto memukul meja dengan kayu yang berada di tangannya. Emosi guru itu benar-benar diambang batas kewajaran. Menghadapi murid bandel seperti Aksara membuat Pak Wanto cepat mati muda.

Sudah kedua kalinya Aksara memecahkan kaca jendela sekolah ini. Aksara berdiri tanpa rasa takut sedikitpun. Sudah menjadi makanan sehari-harinya di sekolah ini menghadapi kemarahan Pak Wanto.

"Untuk keduakalinya kamu pecahin kaca sekolah ini, Aksara!"

"Kamu pikir sikapmu seperti itu mencerminkan sikap seorang pelajar?"

"Buat malu nama sekolah," hardik Pak Wanto.

"Lihat buku tebal ini. Nama kamu ada dimana-mana. Kakimu itu gatel apa gimana ha?!"

"Kemarin melempar kaca sekolah dengan batu sekarang menendang bola hingga kaca kembali pecah."

"Sekolah ini tidak mendidik anak untuk menjadi bandel sepertimu, Aksara."

"Heh, kamu mendengarkan saya apa tidak?" Pak Wanto menodongkan kayunya pada Aksara. Aksara bergeming. Bahkan cowok itu tak memperdulikan apa yang dikatakan Pak Wanto.

"Panggil orangtua kamu untuk menemui saya besok. Saya ingin berbicara dengan beliau."

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Bu Ema sudah berdiri diambang pintu. "Tidak perlu, Pak. Orangtua Aksara sudah berada di ruangan Pak kepsek."

Sekujur tubuh Aksara menegang. Ada apa orangtuanya dipanggil ke sekolah?

***

Pak Adi sang kepala sekolah sudah duduk dihadapan ketiga wali murid dari Aksara, Yugo dan Mario. Di sofa samping sudah ada Yugo yang sedari tadi menatap kebawah. Pandangan cowok itu terangkat ketika suara knop pintu terbuka.

"Aksara kamu duduk di samping Yugo."

Aksara tidak datang sendiri melainkan bersama Pak Wanto yang tadi juga ikut di panggil. Cowok dengan cincin karet hitam di kelingkingnya menyikut lengan Yugo.

"Pucat amat lo udah kayak mayat di formalin," tukas Aksara tak tahu tempat. Keadaan sangat tegang tapi cowok itu sempat-sempatnya melempar candaan pada Yugo. Didalam hati Yugo benar-benar mengutuk Aksara berubah seperti tai lincung bau kemenyan.

"Kalau bukan di ruangan kepsek udah gue cincang lo, Guh!"

"Kemarin lo juga bilang gitu waktu di kantor polisi."

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang