63. BERTAHAN & SAHABAT KECIL
Tak ada lagi barang yang terletak tepat di posisinya. Semua telah turun berserak di lantai kamar. Semua piala, medali dan piagam yang terpajang apik pecah berjatuhan. Novel yang tertata rapi di rak juga terkena imbasnya. Semua bagai kapal pecah. Gadis yang semula tenang menyikapi segala hal kini telah di luar kendali dirinya. Hati dan perasaannya telah terlukai layaknya tergores serpihan kaca,
Nafas gadis itu telah memburu bahkan ia tak sadar bahwa dua kancing bagian atas kemeja sekolahnya telah terbuka sempurna. Rambut yang selalu menjadi mahkota kebanggaannya kini tak pantas untuk di lihat aura keanggunannya. Wajah ayunya bahkan sudah tak putih lagi melainkan memerah akibat tangisan yang tak kunjung reda.
Ia bahkan sudah tak peduli jika dirinya terkunci di dalam kamarnya sendiri. Orang tuanya memperlakukan dirinya layaknya seorang tahanan penjara. Semua berkecamuk menjadi satu di kepalanya. Permasalahan memboyongnya secara bersamaan.
"GUE BENCI DEWASA! GUE BENCI RUMAH INI! GUE BENCI SEMUA ORANG YANG UDAH BAIK KE GUE! GAK ADA YANG TULUS SEMUANYA PEMBOHONG!!" jerit Sekar menghabiskan seluruh suaranya. Bahkan tangannya begitu cepat menjambak rambutnya sendiri.
"PAPA JAHAT!"
Prang!!
"GUE BENCI PAPA!"
"PAPA GAK SAYANG GUE LAGI!"
"AAAAAA!!" Sekar berteriak sekencang ia bisa. Melempar lilin aroma yang telah padam ke arah cermin yang berada di sudut kamar.
"GUE BENCI AKSARA!"
"SEMUA ORANG PEMBOHONG!"
"PEMBOHONG-"
Jerit tangis Sekar seketika tertahan karena sebuah tangan datang memeluknya dengan begitu erat.
"Gak ada yang sayang sama gue.. hiks..hiks.." lirih Sekar hampir saja meluruh jatuh. Beruntung Aksara jauh lebih kuat menahannya.
"Sekar lo tenang. Ada gue di sini untuk lo. Ada gue yang sayang sama lo di sini," ujar Aksara begitu lembut berharap kemarahan dalam diri Sekar mereda.
Aksara membalikkan tubuh Sekar perlahan. Betapa terkejutnya melihat penampilan Sekar jauh dari kata rapi. Aksara yang ingin membenarkan kancing kemeja Sekar langsung di tepis oleh gadis itu.
"Gak usah lo sentuh gue Aksara!" ketus Sekar menatap nyalang Aksara untuk pertama kalinya. Rasa benci begitu mendalam di diri Sekar pada Aksara kali ini.
"Sekar, gue mau jelasin dan minta maaf ke lo semuanya. Gue mohon sekali aja dengarin penjalasan gue?"
"Jelasin apa hah? Kenapa lo ada di sini? Belum puas lo nyakitin gue?" tanya Sekar berbondong.
"Gue akui semuanya ini salah gue. Gue yang salah dan gue minta maaf Sekar. Gue bodoh udah ngikutin semua permainannya Dea. Tapi kali ini gue serius. Gue tulus sayang sama lo, Sekar. Gue tulus cinta sama lo-"
"Bullshit!" sela Sekar muak mendengar omong kosong dari laki-laki di hadapannya. "Gue kira lo beda kayak Papa. Gak taunya sama aja. Sama-sama pembohong!" kecam Sekar.
"Untuk apa lo klaim gue sebagai pacar lo kalau ini palsu? Untuk apa, Sa?!" tanya Sekar dengan jeritan kuat mengisi kamarnya. "Oh, gue tau. Untuk ajang pembuktian ke Dea kalau lo berhasil bikin gue jatuh ke hati lo?"
"Lo berhasil, Sa. Lo berhasil. Gue udah bener-bener jatuh ke hati lo. Tapi sialnya ini Cuma palsu dan permainan kalian berdua!"
"Sekar lo tenang dulu. Lo gak bisa berpikir jernih kalau kayak gini. Keadaan lo bener-bener kacau sekarang!" balas Aksara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...