42. NESTAPA

632 50 1
                                    

42. NESTAPA

Pedagang kaki lima yang biasa berjualan ketika malam menghampiri menemani perjalanan kaki Sekar dan Aksara. Tak hanya mereka berdua, motor bangkotan seperti kata Yugo juga ikut menemani keduanya. Aksara begitu setia mendorong Dinda dengan perasaan sabar dan penuh kasih sayang. Sepanjang jalan Sekar terus menggembungkan pipinya dengan alis berkerut kesal. Aksara sengaja meninggalkannya dan membiarkannya membawa dua kantong belanjaan dari supermarket. Tak hanya itu Aksara juga kesal karena ada orang lain yang berani memanggilnya Teguh selain sahabatnya. Bisa-bisanya Sekar dengan tatapan tak berdosa berani mengucapkan nama rahasia itu.

"Aksa, tunggu!" pinta Sekar dengan suara memohon agar Aksara sedikit kasihan dan mau menunggunya. Sekar tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menemukan sebuah ide. "Aksa, nanti gue jatuh lagi loh!" adu Sekar dengan pipi menggembung sempurna.

Ketika Aksara berbalik dan menatapnya, wajah Sekar sontak berubah sedih dengan raut tak tertolong. Aksara mentap ke bawah, Sekar berhenti tepat di depan jalanan berlubang. "Kalau lo jatuh banyak yang nolongin!" ketus Aksara kembali mendorong Dinda. Wajahnya benar-benar kesal. Sekar menjadi merasa bersalah karena dengan lancang memanggil Teguh pada Aksara.

"Aksa, maaf!" ujar Sekar menatap punggung Aksara. Tangan Sekar meremas kantong belanjaan. Takut Aksara kembali marah padanya.

Aksara berhenti dan menghembuskan nafas kasar. Ia yakin gadis angsa itu sebentar lagi pasti akan menangis. Aksara berjalan dan mengambil dengan kasar kantong belanjaan yang dibawa Sekar. "Kalau lo nangis, gue tinggal lo kayak waktu itu!" ancam Aksara mengingat pada kejadian ketika Sekar jatuh tersandung dijalanan. Sekar sontak menggeleng kuat membuat pipi berisinya ikut bergoyang.

"Aksa!" panggil Sekar setelah keduanya berjalan berdampingan. "Capek!" adu Sekar menatap Aksara dari samping.

"Aksa, kita makan nasi goreng, yuk!" ajak Sekar menunjuk sebuah stand kaki lima.

Aksara sebenarnya juga lapar, tapi ia harus buru-buru kembali ke Dinda Castle. "Gue buru- buru, cewek gue udah nunggu," tolak Aksara.

Pandangan yang sedari tadi berbinar seketika meredup setelah mendengar penolakan dari Aksara. Sekar cepat tersadar bahwa dirinya hanya seorang gadis yang Aksara benci, tidak akan pernah bisa lebih. Bahkan maaf dirinya saja berkali-kali tak ditanggapi oleh Aksara.

Aksara sibuk mengotak-atik ponselnya disalah satu aplikasi ojek online. Aksara sengaja tak melanjutkan perjalanan karena menunggu seorang driver. Tak hanya itu, Aksara juga tidak tahu bahwa Sekar sudah menunduk dengan pandangan berkaca-kaca.

"Dengan Mas Aksara?" tanya driver tersebut.

"Anterin temen saya sesuai alamat yang diaplikasi ya, Pak."

Sekar mengangkat pandangannya dan menatap Aksara yang sama sekali tak menatapnya. "Aksa," lirih Sekar.

"Pulang lo. Gue buru-buru!" usir Aksara. Suasana hati Aksara mendadak tidak baik malam ini. Rindu yang amat menyesakkan benar-benar menggumpal didalam dadanya.

"Makasih, Aksa!" lirih Sekar. Lagi-lagi Aksara tak menanggapinya. Bahkan melihatnya pergipun tidak.

Setelah kepergian ojek online tersebut, sebuah mobil Mercedez Benz datang menjemput Aksara.

***

Sepanjang jalan Sekar terfokus pada sosok Alsya yang menurutnya begitu amat beruntung mendapatkan laki-laki seperti Aksara. Satu yang Sekar tahu dari Aksara adalah, walaupun cowok itu galak tapi Aksara begitu setia dan sayang pada Alsya. Padahal Aksara tahu bahwa Alsya telah lama meninggalkannya.

Pasti Alsya cantik banget, makanya Aksara sampai gak bisa move-on gitu.

Alsya pasti gak pernah bikin Aksara marah, makanya Aksara sampai sayang banget sama Alsya.

SEKARAKSARA (new version) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang