kamera jurnalis sudah siap untuk mengabadikan momen berkesan di bulan ini. Alvian, Farki dan Sekar sudah berfoto secara formal dengan kepala sekolah dilanjutkan sesi foto dengan bebas khusus mereka bertiga.
"Satu.. dua.. ti..ga!"
Cekrek!
Cekrek!"Ok!"
"Selamat ya, Bang. Sekar, lo keren!" Ujar fotografer memberi selamat pada ketiganya.
Farki berdecak. "Adek gue cantik lo bilang keren!"
Selanjutnya Farki menatap kearah Sekar, menepuk puncak kepala adiknya. "Widih.. adek gue.. baru sebulan!"
"Sekar, selamat ya!" Ucap Alvian. Farki menepuk pelan dada Alvian, berniat menjauhkannya dari Sekar.
"Modus lu!"
"Makasih ya, Kak. Lo juga selamat!" Balas Sekar sambil tersenyum.
"Gue abangnya yang diselametin malah cowok lain!" Sindir Farki.
Seluruh barisan sudah bubar. Diberi waktu 10 menit untuk istirahat menjelang memulai pelajaran pertama.
"Durhaka lo ya, Dek!" Rajuk Farki.
"Is, Abang apaan sih?!"
"Jangan lupa. Anter pulang nih adek gue nanti!" Suruh Farki pada Alvian dengan gaya ala bos besar.
"Gunanya lo jadi abangnya Sekar apa?" Tanya Alvian sarkasme.
"Ngemanjain adek gue lah!" Balas Farki cepat. "Iyakan cantik?" Goda Farki pada Sekar.
"Abang ih!" Alis gadis itu sudah mengkerut kesal serta pipi yang menggembung dengan mata sedikit melotot.
"Jangan merajuk gitu. Jelek ah!" Tegur Farki sambil mengusap pipi Sekar.
"Don't touch my face!" Pipi Sekar semakin menggembung menandakan dirinya sangat kesal. Alvian terkekeh melihat raut lucu milik Sekar.
"Kalau di cium bolehkan?"
Cup!
Dengan kurang ajarnya Farki mengecup pipi Sekar lalu pergi setelahnya. Takut mendengar amukan adiknya yang seperti terompet.
"ABANGGGGGG!!" teriak Sekar di tengah lapangan. Farki malah terkekeh dalam langkahnya.
Asal kalian semua tau. Mengerjai seorang adik apalagi dengan menggodanya itu adalah hal yang paling menyenangkan sedunia. Dan itulah yang Farki amat sukai. Apalagi memiliki adik yang cantik seperti Sekar. Garis wajah milik Risa—mamanya benar-benar diturunkan pada Sekar.
"Jangan teriak. Nanti sakit tenggorokan nya Sekar," peringat Alvian membuat gadis itu menutup mulutnya.
"Habisnya Abang nyebelin!"
"Jangan cemberut gitu, Sekar. Gak malu diliatin?" Tanya Alvian sambil mengelus pipi Sekar agar tidak menggembung lagi.
Sontak saja gadis itu menatap sekeliling. Tidak banyak yang berada di lapangan. Hanya saja banyak murid lelaki yang memandangnya.
"Malu," cicit gadis itu.
"Makasih ya, Kak," ungkap Sekar tiba-tiba.
"Untuk?" Tangan Alvian sudah berada di saku celana kirinya. Memandang Sekar tepat dihadapannya. Bahkan dalam hati Alvian amat memuji kecantikan adik sahabatnya.
"Di apartemen, Kak Al."
Alvian mengangguk paham. "Kalau ada apa-apa lain kali cerita, ya. Jangan nangis kayak gitu. Gue bingung, Sekar. Gimana kalau Farki tau? Mau di marahin, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Novela JuvenilSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...