Luas area taman hampir di seluruh permukaan tanah ditumbuhi rumputan hijau yang begitu sejuk di pandang mata. Beberapa gazebo yang disediakan juga terisi penuh oleh anggota keluarga yang sedang menghabiskan waktu akhir pekannya. Bunga-bunga yang tumbuh subur menjadi ikon yang wajib ada di setiap taman. Di bagian tengah taman ini juga terdapat kolam lebar dengan teratai tumbuh subur di atas permukaan air. Tak hanya itu, hewan berbulu putih nan bersih tersebut juga menari-nari indah di tengah kolam. Sesekali suaranya yang nyaring membuat pengunjung sekitar memperhatikan angsa dengan jumlah lebih dari lima tersebut.
Di kursi panjang yang cukup di duduki oleh dua orang dewasa kini ditempati oleh Sekar. Sejak setengah jam yang lalu, gadis itu datang memperhatikan mereka yang asik menikmati dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Senyum kecut yang terlihat samar muncul dari permukaan bibir ranum tersebut. Sayang Sekar tak dapat merasakan momen bahagia tersebut.
Pikiran Sekar saat ini berkecamuk terbukti dari kerutan yang berada di atas alisnya. Ada cabang yang tumbuh liar di kepalanya seolah ingin dipangkas dan segera enyah saat ini juga.
Orang tua dan Aksara. Dua nama itu yang membuatnya rumit belakangan ini. Sudah lama sekali Sekar tidak menghubungi orang tuanya itu. Entah bagaimana keadaannya saat ini, Sekar pun tak tahu. Di lihatnya Farki juga sangat sibuk belakangan ini. Apakah ada masalah dengan perusahaan besar itu?
Kehadiran Aksara dan kedekatan Sekar dengan Aksara berhasil membuat Sekar tidak begitu fokus pada perasaan rindunya pada kedua orang tuanya. Sekar memainkan bandul angsanya lalu tersenyum dengan begitu manis dan tulus. Dilihatnya gelang yang selalu Aksara lepas paksa dari tangannya. Sekar benar-benar bahagia bisa berdekatan dengan Aksara. Sebagian dunianya bahkan teralihkan oleh cowok itu. Tapi satu yang kini membuat Sekar bingung, kenapa sikap dan sifat Aksara kerap kali berubah-ubah padanya?
"Sekar!"
Panggilan dengan nada berat tersebut mengalihkan atensi Sekar dan membuat gadis itu menyadari kehadiran Alvian.
Ah, kakak kelasnya itu. Apakah Farki masih menggajinya atau tidak Sekar juga tidak tahu itu.
"Kak Al, duduk Kak!" pinta Sekar menepuk porsi tempat kosong di sampingnya. "Kak Al apa kabar?" tanya Sekar dengan binar mata yang begitu bahagia.
"Baik. Kamu apa kabar?"
Sekar lantas menggigit bibir dalamnya kala mendengar gaya bahasa dan nada yang begitu lembut dari Alvian. Cowok di hadapannya ini bahkan tak pernah berlaku kasar dan berbicara kasar padanya.
"Sekar kangen Kak Al!" aku Sekar dengan mata berkaca-kaca.
Alvian tersenyum, lantas mendekat pada Sekar. Menarik tubuh mungil milik adik sahabatnya lalu mengelus penuh kasih sayang kepala Sekar.
Sekar melingkarkan tangannya dileher Alvian dengan erat. Ia benar-benar rindu pada Alvian.
"Gimana berangkat bareng Aksara?" tanya Alvian masih mengelus puncak kepala Sekar.
"Aksa baik Kak Al, tapi," Sekar menghapus air matanya lalu menatap Alvian.
"Dia gak ngapa-ngapain kamu kan Sekar?" tanya Alvian dengan sorot begitu khawatir.
Sekar terdiam seraya menggembungkan pipinya. Ia bingung harus bercerita atau tidak dengan Alvian. Pelan-pelan Sekar menatap mata Alvian lagi membuat Alvian memperhatikan secara intens.
"Janji jangan marah!" pinta Sekar mengacungkan jari kelingkingnya.
Alvian mengangguk setuju lalu mengaitkan jari kelingkingnya.
"Kak, menurut lo kenapa seseorang kadang berubah?" tanya Sekar ingin tahu.
"Mungkin ada sesuatu," jawab Alvian balas menatap Sekar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Teen FictionSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...