Mentari naik setinggi tombak. Cahayanya memancar dengan hangat menerangi panglong kayu milik keluarga Alantra yang bekerjasama dengan pak Doni. Di samping panglong kayu terdapat pabrik pembuatan berbagai furniture milik keluarga Alantra. Banyak pekerja yang berlalu-lalang antara panglong kayu dan pabrik.
Lahan seluas kurang lebih 664 hektar itu di peruntukkan sebagai kawasan industri khusus furniture milik keluarga Alantra di Indonesia. Barang-barang yang di produksi juga sebagian akan di ekspor ke Swiss tempat di mana perusahaan kedua berada.
Di sinilah Farki bersama sekretaris Yun untuk menyelesaikan PR mingguannya. Di panglong kayu Mahoni bahan baku dari pembuatan furniture terbesar di Indonesia milik keluarga Alantra.
"Anda duduk saja sekretaris Yun. Saya bisa sendiri menyelesaikan ini semua," ujar Farki dengan yakin. Toh, tujuannya kesini bukan untuk hal yang berat. Hanya mempelajari setiap detail dari usaha keluarganya.
Sekretaris Yun mengangguk. "Ah, iya, anda benar. Saya akan ke pabrik untuk melihat perkembangan."
***
Pak Doni dengan perawakan berkumis tipis dengan beberapa helaian sudah berganti warna menjadi putih menunggu Farki sejak sepuluh menit yang lalu.
Farki yang melihat kehadiran Pak Doni segera mendekat dan menyalami tangan orangtua itu.
"Assalamu'alaikum Pak Doni. Sehat kabarnya, Pak?" Sapa Farki dengan hangat.
"Waalaikumsallam. Sehat, toh, di sini nungguin kamu dari tadi."
"Belum lama kan, Pak?"
"Belum. Santai saja," jawab Pak Doni dengan logat santai yang biasa ia gunakan.
Farki celingak-celinguk ke belakang Pak Doni, seperti mencari seseorang di sana.
"Lia nya mana, Pak?"
"Yang punya pacar siapa? Nanyanya ke siapa?" Seloroh Pak Doni.
"Ya kan bapak orangtuanya Lia."
"Kejatuhan apa anak saya bisa mendapat pacar dari anak pengusaha kaya negeri ini? hahah," lanjut Pak Doni berseloroh sebelum memasuki pembahasan serius.
Farki tertawa mendengar apa yang Pak Doni ucapkan. "Ah, Bapak bisa saja. Saya pelet kemarin anak gadis Bapak. Hahaha!"
"Yang kaya kan Papa saya Mr. Alantra. Saya mah gak punya apa-apa, Pak. Hanya pemuda miskin berseragam SMA," jelas Farki dengan gaya jenaka.
"Hanya pemuda miskin? Saya tidak ingin anak gadis saya hidup miskin bersama pemuda itu," balas Pak Doni.
"Hari ini saya memang miskin, Pak. Tapi besok seluruh pabrik ini akan jadi milik saya!"
"Makanya hari ini saya ada di sini. Mau belajar sama Bapak. Supaya nanti bisa nikahin anak gadisnya."
"HAHAHAHA!" Tawa Pak Doni dan juga Farki pecah saat itu juga. Tak ada yang lebih menyenangkan bagi Farki selain bersenda gurau seperti ini. Apalagi yang jadi objek pembicaraan adalah Lia—kekasihnya.
Kedekatan Farki dengan Pak Doni memang terbilang lama. Dari awal keluarga Alantra merintis bisnis furniture ini Pak Doni sudah bekerjasama. Jika di deskripsikan kedekatan Farki dengan Pak Doni layak untuk dibilang seperti anak dan ayah.
***
Pak Doni dan Farki sudah berada di area belakang panglong kayu. Di sana terdapat kolam berukuran besar yang berisi kayu Mahoni yang direndam.
"Nah, kolam ini adalah kolam perendaman kayu Mahoni. tujuannya untuk apa? Supaya kayu lebih awet dan tidak mudah terserang rayap ataupun jamur," jelas Pak Doni sambil menunggu kolam besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Fiksi RemajaSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...