Di tengah-tengah murid SMA Mandala yang berlalu lalang di koridor sekolah ada Alvian dan Sekar yang sedang membicarakan hal yang menurut Alvian sangat penting. Jam istirahat masih tersisa sekitar sepuluh menit lagi. Hal itu tentu saja di manfaatkan oleh Alvian.
"Ada apa, Kak?" tanya Sekar menatap Alvian yang berdiri sambil bersandar di tiang.
"Gue minta maaf karena nanti lo pulang terlambat. Tapi tenang aja, gue udah bicara sama Abang lo soal ini." Ujar Alvian membuat Sekar mengernyit heran.
"kenapa harus terlambat?"
"Gue nanti ada ekskul basket, Sekar. Jadi lo tunggu selama satu jam. Bentar doang kok, gak lama." Jelas Alvian.
"Satu jam lo bilang gak lama, Kak?"
"Biasa juga gue latihan tiga jam." Jawab Alvian menatap lurus mata Sekar. Gadis itu sudah tidak memperhatikannya. Bola matanya terfokus pada satu titik di belakang nya.
"Ya udah deh, Kak. Eh, gue ke sana dulu, ya!" Sekar langsung berlari meninggalkan Alvian. Dengan segera Alvian berbalik badan dan detik itu pula pandangannya jatuh pada Dea yang juga sama menatap nya. Tidak sampai sepuluh detik, tatapan itu terputus karena Sekar mengalihkan perhatian Dea.
"Hai, De!" sapa Sekar dengan senyum manis milik nya.
Dea hanya bergumam sebagai jawaban.
"Kusut banget sih muka lo. Nih minum dulu!" ujar Sekar sambil menyodorkan sebotol minuman yang tadi di belinya.
Dea menerima dengan lesu sambil mendudukkan diri di kursi panjang yang di sediakan pihak sekolah.
"Pasti lo capek banget ya, De. Mana cuacanya panas banget lagi." Kata Sekar melihat muka Dea yang memerah.
Dea memberikan kembali botol minum itu pada Sekar setelah menghabiskan isi nya.
"Yeee.. giliran sampah nya aja lo kasih ke gue!" gerutu Sekar.
"Thanks!"
"Wait!" Sekar menahan Dea yang ingin pergi entah kemana dengan membawa wajah lesu tak bersemangat milik gadis itu, "ada apa sih, De? Cerita dong! Siapa tau gue bisa bantu."
"Ntar aja deh, Kar. Pusing gue!" jawab Dea lesu.
"Ya makanya cerita, Dea. Biar gue bisa bantu." Ulang Sekar membuat Dea sedikit menatap nya.
"Lo serius, Sekar?"
"Dua rius. Udah cepetan cerita!" tuntut Sekar tak sabaran.
Mata Dea yang tadinya lesu langsung berbinar. Sepertinya ada harapan untuk nya kali ini meminta bantuan pada Sekar. Badan dengan posisi lemas tak berdaya seperti orang puasa kini kembali tegak sempurna.
"Masuk ke grup tari gue ya, Kar, plisss!" ajak Dea sambil memegang tangan Sekar.
Detik itu juga Sekar langsung menunjukkan raut cemberut nya dan memalingkan wajahnya dari Dea.
"Gak mau deh gue kalau di suruh masuk ekskul tari! Kirain tadi lo kenapa." Rajuk Sekar melipat kedua tangan nya di depan dada.
"Gue minta lo masuk ke grup tari gue. Bukan ekskul tari, Sekar!" ualng Dea dengan geram.
"Ya sama aja, De!" kekeh Sekar masih tidak mau.
"Lo tau kan grup tari Mandala bakal tampil empat hari lagi di perlombaan antar sekolah?" tanya Dea membuat Sekar mengangguk membenarkan.
"Terus hubungannya sama gue apa?"
"it's good question girl!" jawab Dea cepat.
"Nama nya Pelita. Dia salah satu anggota tari di tim gue. Sial nya waktu jam istirahat si Pelita jatuh di kamar mandi. Kaki nya cidera. Dan dia gak bisa ikut tampil beberapa hari lagi-"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKARAKSARA (new version) [END]
Fiksi RemajaSekar, Permata Merah Alantra sebutan gadis itu. Ia mempunyai misi untuk membuat orang tuanya pulang dari luar negeri dengan berusaha menjadi siswi paling berprestasi, ia dikenal multitalenta dan acap kali berkontribusi dalam perlombaan sekolah. Teru...